Adik Kecilku

Hallo sahabat KSJ48.  Update lagi nih ff yang ceritanya tuh menguras bak mandi *eh maksudnya menguras air mata. Anw aja yang nulia sampe nangis. Happy Reading :v

"Fi, bangun. Udah setengah 8. Kamu ada mata kuliah gak hari ini." Suara itu, suara yang selalu membangunkanku dari alam mimpi.

"Luthfi bangun, udah siang. Jangan jadi pemalas ah" suara itu semakin jelas kudengar. Aku merasakan ada seseorang berada dikamarku.

"Fi bangun. Kakak berangkat kerja dulu yah, kalo mau sarapan udah kakak siapin dimeja makan" ucapnya, kurasakan tangannya menggoyang-goyangkan tubuhku, mencoba membangunkan diriku yang pemalas ini.

"Iya kak" suaraku tak begitu jelas, mungkin karena diriku yang masih ingin pergi kembali ke dunia mimpi.

Mungkin sudah beberapa menit, setelah kak Ve berusaha membangunkanku. Tapi tubuhku ini susah sekali untuk bergerak, serasa ada rantai masa lalu yang membelenggu tubuhku.

Kucoba buka mataku, tangan ini mencoba menggapai Hp yang aku letakan diatas meja. "Setengah 11." Haahhh. Mungkin sebaiknya aku bangun, perut ini sudah meminta jatah kalori harian.

Kupaksakan tubuhku untuk bangkit dari tidurku, rambutku sudah berantakan tak beraturan, ditambah dengan rambut yang kriting membuat kesan pemalas melekat pada diriku.

Aku mendengus pelan, biasanya selalu ada perempuan yang selalu berisik ketika aku belum bangun, selain kak Ve.

Setelah bersusah payah beranjak dari ranjang. Aku berjalan pelan menuju kamar mandi. Jalanku agak sempoyongan, kepalaku sedikit pusing.

BRAAKK

Kakiku menabrak sesuatu barang, tapi aku tak memperdulikannya. Hampir saja aku jatuh kalau tidak berpegangan ke dinding kamar.

SRRRRRRSSSSHHH

Sesampainya dikamar mandi kubuka keran air, dan kubasuh wajahku dengan air segar yang mengalir dari keran itu. Kulihat wajahku didepan cermin. "Hahh, wajah orang pemalas" pikirku.

Kalau tak salah, kak Ve sudah menyiapkan sarapan untukku dimeja makan. Ku buka tudung sajinya, terlihat ada segelas susu yang mungkin sudah dingin, beberapa potong roti tawar dan selai stroberi.

Aku duduk dikursi, dan memakan sarapan yang disiapkan kak Ve, sendirian. Aku belum terbiasa sarapan sendirian, biasanya selalu ada seorang gadis lucu yang selalu ingin menang sendiri, saat aku sarapan.

Samar-samar aku masih merasakan keberadaannya. Seorang gadis lucu yang selalu mengikat rambutnya menjadi twintail. Ahh, aku rindu dia.

Ku teguk susu tersebut, dan benar saja, susu itu sudah dingin, sama dengan kondisi rumah ini. Ku lanjutkan dengan memakan beberapa potong roti yang sudah ku lapisi selai stroberi.

Ya Tuhan. Berikanlah aku semangat hidup. Memang setelah kejadian itu, semangat hidupku telah pudar. Kejadian yang merenggut semuanya dariku.

Untung saja hari ini tak ada mata kuliah yang harus kuhadiri. Kuputuskan untuk kembali ke kamarku, untuk menonton anime kesukaanku.

Tak tau kenapa, bahkan saat menonton anime pun serasa hambar, aku tak merasakan keseruan saat menontonnya. Biasanya ada seorang gadis yang selalu menemaniku.

Andaikan aku punya mesin waktu, ingin rasanya aku kembali ke masa itu.

Tak mendapat keseruan saat menonton anime, aku memutuskan mengakhirinya padahal belum tamat satu episode. Aku coba untuk bermain game. Biasanya itu dapat membunuh rasa kesepianku.

Awal-awalannya berhasil, tapi itu tak bertahan lama. Setengah jam bermain aku sudah bosan. Aku memutuskan untuk menutup laptopku dan menghempaskan kembali tubuhku ke kasur.

Kucoba untuk kembali memejamkan mata. "Kak Luthfi, jangan jadi anak pemalas."

"Yupi ?" Seketika mataku terbuka kembali saat mendengar suara adikku. Aku mencari sosok gadis yang sering ku panggil Yupi itu.

Haahhh. Ternyata cuman halusinasiku. Yupi tidak mungkin ada dikamarku, itu suatu hal yang mustahil.

Tak ada yang ingin aku kerjakan. Kuputuskan untuk kembali menyebrang ke alam mimpi. Terkadang dunia mimpi lebih indah dari dunia nyata.

*~~~*

"Kak Ve pulang" suara itu lagi. Ya. Dia kakakku, kak Ve. Aku terbangun dari tidurku, namun mata ini masih tertutup dan tubuh ini masih terbaring di kasur.

Kudengar suara langkah kaki, lama kelamaan semakin keras. "Aduuhh, Luthfii. Kamu masih tidur ?" nadanya begitu melengking tinggi.

"Gak kok kak" balasku, tanpa mengubah posisi tubuhku.

"Kamu udah makan ?" tanyanya, kubuka mataku sedikit, kulihat kak Ve sedang membereskan kamarku yang berantakan. "Udah, tadi makan roti sama susu doang" jawabku.

"Udah, cuman itu doang ?" kulihat wajahnya begitu kaget. Daripada kena marah, aku beranjak dari tidurku, dan duduk dipinggir kasur. "Iya kak" jawabku, tanganku berusaha membersihkan kotoran yang menghalangi mataku.

"Luthfi, kamu harus makan dong. Kalau kamu sakit gimana ?. Kan kakak juga yang repot nanti." Wajah kak Ve begitu dekat dengan wajahku, tangannya yang halus mengelus-elus pipiku.

"Iya kak, maaf" balasku. Aku memasang wajah menyesal. Entah kenapa, perutku tak merasa lapar, padahal tubuhku sudah lemas.

"Yaudah, kamu mandi dulu, kakak masak dulu." Aku membalas ucapan kak Ve dengan anggukan dan sedikit senyuman. Ia lalu keluar dari kamarku. Aku menyisikan rambutku dari pandangan. Hahh. Padahal sangat sulit untuk pergi ke kamar mandi. Tapi apa boleh buat.

Sesudah mandi, aku mendapatkan sedikit semangat hidup. Aku menyusul, kak Ve yang sedang memasak didapur.

"Masak apa kak ?" tanyaku, sambil duduk disebuah kursi, ku angkat kakiku ke atas kursi. Kujadikan lutut sebagai tumpuan untuk menahan kepalaku.

"Masak ayam goreng" jawab kak Ve. Memang, ku lihat dia sedang memasukan potongan ayam goreng keatas wajan.

A.yam.go.reng. Hahh. Aku kembali teringat pada adikku. Dia sangat menyukai ayam goreng, apalagi dimasak oleh kak Ve.

Aku hanya melamun sambil menunggu kak Ve selesai memasak. Pikiranku hanya menghayal kembali ke masa itu. Masa dimana rumah ini penuh dengan keceriaan. Masa dimana aku sering bercanda dengan adikku.

"Ayamnya udah mateng." Kak Ve membuyarkan khayalanku tentang masa lalu. Hidungku mencium aroma sedap yang keluar dari ayam goreng. Sungguh mengunggah selera.

Setelah mempersiapkan semuanya, kak Ve duduk dikursi, tepatnya kursi yang berada disampingku.

Sepertinya perutku ini tak bisa menahan lagi rasa lapar. Tanganku ini langsung mengambil ayam goreng yang berada diatas piring.

"Eiiitt. Yang pertama pegang makanan, pimpin doa" ucap kak Ve, menghentikan tanganku untuk mengambil ayam tersebut.

Oh iya. Itu peraturan yang dibuat papah. Aku kembali menaruh ayam goreng tersebut. Dan mulai memimpin doa.

Setelah itu, kak Ve mengambilkan nasi untukku. Kulihat tumpukan nasi diatas sebuah piring berada didepanku.

"Kak, jangan banyak-banyak" ucapku. Aku malas memindahkannya masuk ke dalam lambungku.

"Segini cukup ?" tanya kak Ve, sesudah mengurangi nasi yang berada diatas piring.

Aku menganggukan kepala, aku lalu mengambil satu potong ayam goreng. Kulihat kak Ve sedang mengambil nasi untuk dirinya sendiri.

Biasanya selalu ada anak kecil yang berebut makanan denganku. Sungguh kekanak-kanakan. Tapi aku sangat menyukai masa-masa itu.

"Selamat makan" ucap kak Ve. Aku dan kakakku mulai menyantap makanan yang telah dihidangkan.

Hening. Tak ada obrolan. Tak ada candaan yang terjadi malam itu. Memang benar kejadian itu telah merenggut semua yang ku miliki. Kejadian itu telah merubah sifat kak Ve.

"Tadi kamu gak ada mata kuliah fi ?" tanya kak Ve, tangannya sedang sibuk memasukan makanan ke mulutnya.

Kubalas dengan gelengan kepala.

"Kamu ada tugas kuliah gak ?" tanya kak Ve.

Kembali, ku balas dengan gelengan kepala.

"Abis ini kita jalan-jalan yuk. Kebetulan malam ini tugas kantor kakak udah beres" ajak kak Ve.

Untuk ketiga kalinya, ku balas dengan gelengan kepala. Jalan-jalan ? Bukannya dia hanya mementingkan pekerjaannya ?

"Kerjain aja tugas kantor kakak. Itu kan yang selalu kakak lakukan" ledekku. Memang. Setiap hari kak Ve hanya mementingkan pekerjaannya. Hanya satu dua kali ia menyapaku. Bahkan telingaku sangat aneh mendengar dia mengajakku jalan-jalan.

"Kamu ini, kenapa sih ? Semenjak kejadian itu kamu jadi ubah tau gak ? Kamu harus belajar menerima takdir hidup fi" ucap kak Ve, nadanya begitu keras ku dengar.

"Aku yang ubah ? Kakak tuh yang ubah. Kakak jadi sibuk sama kerjaan doang" balasku dengan nada malas.

"Kak Ve seperti itu kan buat memenuhi kebutuhan kita berdua fi, kebutuhan kuliah kamu. Kamu harus menghargai kakak dong, kakak berhen....."

"Stop. Aku gak mau denger alasan itu lagi" ucapku menghentikan omongan kak Ve. Ku teguk segelas air yang berada disamping piring dan pergi meninggalkan kak Ve. Aku sudah tak peduli apa respon kak Ve kedepannya.

Kembali kurebahkan tubuhku ke kasur. Aku melihat ke langit-langit kamar dengan kedua tangan kuletakan dibelakang kepalaku.

"Ahh. Yupi. Kakak kangen banget sama kamu" gumamku. Tak sadar mata ini sudah berlinang air mata.

Nama Yupi, terus berputar-putar dipikiranku. Namanya sulit untuk kulupakan. "Yupi, kakak ingin maen game bareng kamu lagi. Despicable me ada yang ketiganya lho" ucapku. Ku berharap suaraku terdengar olehnya, meskipun itu suatu hal yang tidak mungkin.

*~~~*

Pagi harinya, suara kak Ve kembali terdengar, dia membangunkanku dengan pola kalimat yang hampir sama seperti kemarin.

Ah, iya. Aku ingat sekarang ada mata kuliah yang harus aku hadiri. Lebih tepatnya jam 8 pagi. Lebih baik aku bersiap-siap untuk berangkat sekarang.

Saat mendaftar kuliah, aku benar-benar ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Ketika aku diterima di universitas yang aku inginkan, aku sangat senang, saking senangnya aku loncat-loncat sambil berpegangan dengan adikku Yupi. Ah, kembali aku teringat nama itu. Banyak sekali kenangan yang telah kami lalui.

Aku memerlukan jasa bus kota untuk sampai ke kampus. Dengan memakai kaos berlengan panjang polos berwarna putih, celana levis dan sepatu vans warna hitam, aku berangkat kuliah. Rambutku yang sudah panjang, bahkan sudah melewati mataku jika kusisir kedepan. Namun rambut itu ku sisir ke belakang agar terlihat lebih rapih.

Aku sudah tau tempat dan dimana dosen itu akan mengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Manajemen, itulah mata kuliah yang harus ku pelajari.

Kulihat jam di layar Hpku sudah menunjukan jam 8 lebih 5 menit. Sial. Aku sudah terlambat. Ku percepat langkahku menuju ruangan tersebut. Sesampainya disana kulihat teman-temanku tengah serius mendengarkan teori dari dosen tersebut.

Tok....tok...tok

"Masuk" ku dengar dosen itu memperbolehkanku masuk. Pintu itu lalu ku buka. "Maaf pak, saya terlambat" ucapku.

"Siapa nama kamu ?" tanya pak Endang, dosen yang saat itu sedang mengajar.

"Luthfi Wahyudi pak" balasku. Dia langsung memeriksa buku absennya. Mungkin mencoba memastikan apa namaku ada didalamnya.

Kulihat dia menghela nafas lalu melihat kearahku. "Kamu ini sudah telat 15 menit. Dan batas toleransi saya cuman 5 menit. Kamu tidak boleh mengikuti mata kuliah saya" ucap pak Endang dengan nada membentak.

"Tolong pak, berikan saya kesempatan. Saya tidak akan mengulanginya lagi" ucapku, memohon agat keterlambatanku ini dimaafkan.

Pak Endang memandangi tubuhku dari ujung kaki hingga ujung rambut. "Kamu jurusan pendidikan Manajemen Bisnis kan ?" tanyanya. Lalu kujawab dengan anggukan kepala.

"Masa setelan guru seperti itu, kayak anak pemalas. Dah ah, kamu mengganggu waktu saya. Sebaiknya kamu pergi." Ucap Pak Endang. Ku dengar sekilas teman sekelasku mentertawakanku.

Memang aku yang salah. Dan dimana-mana dosen selalu ingin menang, tak mau mengalah. Dengan berat hati ku langkahkan kakiku kembali ke rumah.

Sebenarnya aku juga sudah malas kuliah. Setelah kejadian itu aku ingin bekerja saja. Tapi kak Ve selalu memaksaku untuk kuliah. "Biarlah kakak yang bekerja. Kamu harus tetap kuliah fi."

Aku sampai berdebat saat itu. Padahal kak Ve sedang kuliah semester 7. Satu semester lagi dia lulus. Tapi sayang dia menghentikan kuliahnya, demi mengkuliahkanku.

"Yupi ?" saat berjalan menuju halte bus, aku melihat seseorang gadis kecil berambut twintail sedang membeli ice cream.

Ku berlari menghampirinya. Lalu memegang pundaknya. "Yupi ?." Namun dugaanku salah. Saat dia menoleh kearahku dia bukan Yupi. Dia hanyalah gadis yang berpenampilan seperti adikku.

"Maaf, kakak salah orang" ucapku, lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Haaaaaaaaaaaaaaaahh. Sadar fi. Yupi itu udah gak ada di dunia ini. Dia udah meninggal enam bulan yang lalu, bersama mamah dan papah.

Lagi dan lagi ku teringat dengan adikku. Dulu saat dia masih berada disisiku, aku selalu membeli ice cream bersamanya apabila melihat tukang ice cream naik sepedah yang lewat didepan rumah.

Sesampainya dirumah, aku melihat kak Ve belum berangkat bekerja. Aku masuk, melewati kak Ve yang sedang mencari sesuatu didalam lemari.

"Luthfi kok udah pulang ?" tanyanya saat menyadari keberadaanku.

"Aku diusir dosen kak" jawabku sambil merebahkan tubuhku dikasur.

Kak Ve yang sedang berada dikamarnya langsung menghampiriku. Memang kamar kami bersebelahan.

"Kok bisa ?" kembali ia bertanya.

"Aku telat 15 menit kak. Jadi gak boleh ikut mata kuliahnya" jawabku sambil memeluk bantal, posisi badanku tengkurap, mata ini sudah kututup rapat.

"Kamu kok bisa telat sih ? Kamu kalo kuliah yang semangat donk. Bayar kuliah kamu tuh mahal. Hargain dong usaha keras kakak. Kakak tuh ngebelain berhenti kuliah demi kamu" ucap kak Ve, mungkin dia sedang berdiri didepan pintu kamar yang tak ku tutup itu.

"Kan aku udah bilang kak. Seharusnya tuh aku yang kerja. Kak Ve kuliah aja, biar aku yang memenuhi kebutuhan kita" balasku dengan nada tinggi, mataku menoleh kearah kak Ve.

Aku langsung bangun dari tiduranku dan melewati kak Ve yang sedang berdiri didepan pintu.

"Hei, kamu mau kemana ? Kakak belum selesai bicara" pertanyaan kak Ve aku hiraukan. Aku ingin pergi ke suatu tempat.

*~~~*

Enam bulan lamanya, aku ditinggal adik dan kedua orang tuaku. Setelah itu aku selalu berdebat dengan kak Ve. Perdebatan tak jauh dari masalah itu terus.

Bila rasa rindu ini tak bisa ku bendung. Aku selalu pergi menemui mereka. Ya. Aku selalu ke pemakaman ketiga keluargaku.

Tiga batu nisan berjejer rapih. Makan Yupi diampit oleh makam mamah dan papah. Air mataku sudah jatuh ditarik gravitasi. Aku memandang ketiga makam tersebut secara bergantian.

Pertama aku duduk disebelah makam papah. Kucabuti rumput liar yang tumbuh diatasnya. "Pah, kenapa papah harus ninggalin  Luthfi pah ? Luthfi belum siap untuk hidup tanpa pengarahan dari papah" ucapku lirih, aku lalu memanjatkan doa.

Kedua, aku duduk disamping makam mamah. Sama halnya seperti apa yang aku lakukan dimakam papah, kubersihkan makam mamah dari rumput liar yang tumbuh diatasnya.

"Mah, maafin Luthfi mah. Mungkin Luthfi belum berbakti pada mamah. Maafin Luthfi karena belum bisa membalas apa yang telah mamah berikan" ucapku lirih, aku memohon ampunan dosa untuk mamahku.

Terakhir, aku duduk disamping makam adikku, Yupi. Aku juga membersihkan makam adikku satu-satunya ini.

"Yup. Kakak kangen bangetttt sama kamu. Kakak kangen berantem sama kamu, kakak kangen maen game maen game bareng, nonton bareng sama kamu. Kakak kangen kamu yang manja yup. Kakak pengen banget ketemu lagi sama kamu yup." Aaaaahh, air mataku semakin deras menetes ke tanah.

Beberapa menit kemudian, setelah menenangkan diri dari kegundahan hati, dan menghapus air mata kesedihan ini, aku kembali pulang ke rumah.

Kucoba mengisi waktu dengan kegiatan yang sekiranya bisa membunuh rasa kesepianku. Tetap saja, aku tidak bisa. Meskipun kusibukan diri dengan bermain game, atau dengan nonton film, dalam pikiranku cuman ada satu keinginan. Aku ingin bertemu kembali dengan adikku. Itu saja.

Aku masih bingung harus melakukan apa didunia ini. Apakah aku harus mati ? Supaya aku bisa bertemu dengan Yupi ?

Waktu terus bergulir, dinginnya malam mulai terasa. Dan suara itu pun kembali ku dengar. Ya. Suara yang keluar dari mulut kak Ve.

"Fi, makanan udah siap. Ayo kita makan" ajaknya, mukanya begitu datar kulihat. Mungkin dia sedang malas berbicara denganku.

Aku sudah malas memenuhi kebutuhan tubuhku, apa aku biarkan saja ? Biar aku mati kelaparan ? Tidak. Aku tidak ingin mati dengan cara seperti itu. Aku menyusul kak Ve ke ruang makan.

Saat makan, kak Ve sama sekali tak melihatku. Aura dingin seolah terpancar dari tubuhnya. Dia begitu memfokuskan dirinya pada makanan yang ada dihadapannya. Mungkin kak Ve belum bisa memaafkan perlakuanku tadi. Ya. Aku juga memakluminya.

Tanpa bertutur kata apapun, aku kembali ke kamar setelah mengisi perutku. Aku ingin segera menyebrang ke alam mimpi.

*~~~*

"kak Luthfi bangun. Udah pagi. Kita udah telat." Aah. Siapa sih ? Aku masih mengantuk. Kututupi seluruh badanku dengan selimut.

"Ihhh, malah tidur lagi. Ayo bangun. Udah jam 6 lebih." Dia menggoyang-goyangkan tubuhku. Duuhh. Ini anak ganggu aja.

Selimut yang menutupi wajahku, kubuka dengan tangan kananku. "Aduuh, Yupi. Kakak masih ngantuk. Kamu berangkat aja duluan" ucapku, mataku masih sulit dibuka.

"Gak mau. Yupi mau berangkat bareng sama kak Luthfi" rengek Yupi, nadanya begitu manja. Terpaksa deh. Kasian nanti dia ikut telat.

"Iya-iya. Nih kakak udah bangun" balasku, dengan posisi tubuh sudah dalam keadaan duduk.

"Cepet mandi. Yupi tunggu di ruang makan yah" ucap Yupi, sekilas kulihat senyuman dari wajahnya. Yupi pun pergi ke ruang makan sesuai perkataan tadi.

Setelah mengumpulkan semangat untuk hari ini. Aku bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

Yupi memang selalu menjadi penyemangatku. Oh iya, aku baru ingat. Hari ini adalah pengumuman SNMPTN. Dan papahku berjanji, apabila aku lulus, kami sekeluarga akan pergi berlibur bersama-sama.

Mandi memang menyegarkan tubuh, setelah itu aku memakai seragam SMAku. Menyisir rambut, semprot minyak wangi dan pergi menuju ruang makan.

Aku datang tepat waktu, sarapan sudah siap, keluargaku yang lain juga sedang menungguku disana.

"Kak Luthfi. Lama banget sih, Yupi kan udah laper" ucap Yupi dengan nada manja, kulihat dia memanyunkan bibirnya.

"Iya, maafin kakak" balasku sambil mengelus-elus rambutnya. Aku lalu duduk dikursi, bersebelahan dengan Yupi.

Keluargaku punya peraturan, kalau sarapan atau makan malam, harus dilakukan secara bersama-sama.

Mungkin, Yupi sudah tak sanggup menahan rasa lapar. Ia langsung mengambil satu helai roti tawar.

"Naaaaahh. Yupi yang pimpin doa" ucapku berbarengan dengan kak Ve, mamah, dan papah.

Kulihat wajahnya kembali cemberut. Haha. Dia kan paling kecil disini tapi kok harus pimpin doa ? Itu dia peraturan kedua, orang yang pertama ambil makanan dia yang memimpin doa.

Setelah berdoa yang dipimpin Yupi. Aku langsung menyambar roti yang tadi ingin diambil Yupi.

"Ih kak Luthfi. Itu kan punya aku. Kembaliin" protes Yupi, muka manjanya memang bisa memaksaku untuk menuruti kemauannya, sekaligus bisa menghiburku.

"Yupi, kamu kan bisa ambil roti yang lain" ucap kak Ve yang kulihat sedang memberi selai diatas roti yang ia pegang.

"Nggak mau. Yupi pengen yang itu" balasnya, lagi. Kali ini ia mengembungkan pipinya.

"Yaudah nih" ucapku sambil memberikan roti yang tadi aku ambil. Aku kan kakak, harus mengalah kepada adik sendiri pikirku.

"Yeayy. Makasih yah kak Luthfi" balasnya sambil tersenyum manis kepadaku. Ia lalu memberi selai diatas rotinya dan memakannya.

Keluargaku hanya keluarga sederhana. Papahku hanya seorang pegawai kantor biasa, dan mamahku hanya seorang ibu rumah tangga. Kak Ve sedang kuliah semester tujuh. Yupi masih duduk dikelas 2 SMP, sedangkan aku sudah lulus dari SMA, dan sebentar lagi akan kuliah.

Lokasi SMP Yupi dengan sekolahku berdekatan. Kami selalu berangkat sekolah bersama-sama, naik bus kota.

Dibus kota, kami selalu memainkan game bersama. Game Fighting, game yang kami pilih.

"Ih, kak Luthfi curang. Yupi kalah terus" ucap Yupi.

"Curang apanya yup ?"

"Ah, curang. Pokoknya. Kak Luthfi gak boleh pake character itu lagi" rengek Yupi. Haha. Lucu. Masa gara-gara kalah aku gak boleh pake character favoritku.

"Iya-iya. Kakak ganti yah characternya" balasku. Setelah mengganti character, kami kembali bertarung.

"Yeayyy. Aku menang" ucap Yupi, dia berhasil mengalahkanku.

"Kakak pake character yang tadi lagi yah"

"Gak boleh"

"Kenapa ?"

"Kalo kakak pake yang tadi, bisa-bisa aku kalah lagi." Haha. Nih anak emang gak mau kalah. Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalaku.

Hari-hariku sangat indah. Indah karena ditemani adikku tercinta. Aku sangat-sangat menyayanginya, aku tak ingin berpisah dengannya.

Hari ini aku ke sekolah. Bukan untuk belajar. Aku cuma mencari-cari informasi, kapan rapot bisa ku ambil ? Kapan Ijazah dan SKHUN asli keluar ? Itu saja.

Jam 5 kurang. Aku sudah berada didepan layar laptopku. Keluargaku sudah berada dibelakangku. Kami berlima berniatan akan melihat pengumuman SNMPTN bersama-sama.

Jam 5 tepat. Aku membuka web yang menampilkan hasil SNMPTN. ku masukan NISN dan tanggal lahirku.

Aku melihat warna hijau sebagai background web tersebut.

"Selamat Anda diterima di Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan Pendidikan Manajemen Bisnis" ucap kami berbarengan.

"Yeaaaahhh" kami berteriak sejadi-jadinya. Aku diterima di universitas yang aku inginkan.

Aku sama Yupi sampai meloncat-loncat ke udara. Saking senangnya.

"Selamat yah kak Luthfi" ucap Yupi sambil memelukku. "Makasih yup" balasku sambil memeluknya balik.

"Wah, berarti kita jadi nih, liburan ke Trans Studio Bandung" ucap kak Ve.

"Jadi dong. Kalian siap-siap yah. Malam ini kita akan ke trans studio bandung" balas papah.

"Yeaaaayy" kembali aku bersama Yupi berteriak sambil meloncat-loncat, tangan kami saling berpegangan.

"Trans studio...trans studio...trans studio...trans studio" aku sama Yupi menyebut tempat liburan yang akan kami kunjungi nanti. Kulihat kak Ve, papah, dan mamah hanya tersenyum bahagia melihat kelakuan kami berdua.

Sesudah meluapkan kebahagian. Kami bersiap-siap untuk pergi ke trans studio. Karena disana tidak boleh membawa bekal. Aku beserta keluargaku mengisi perut terlebih dahulu.

Malam itu, kak Ve yang memasak. Dia memasak ayam goreng kesukaannya Yupi. Seperti biasa kami memanjatkan doa terlebih dahulu.

Aku lalu mengambil nasi dan kuletakan ke piringku. Nasi yang ku ambil sangat banyak.

"Luthfi. Kamu yakin bakalan habis ?" tanya kak Ve.

"Yakinlah kak" jawabku dengan percaya diri. Aku lalu mengambil potongan paha ayam yang paling besar.

Kulihat ada tangan lain yang menyentuh potongan ayam yang sama denganku. "Kak Luthfi. Ini ayam punya Yupi" ucap Yupi, seperti biasa nadanya begitu manja.

"Yupi, ini kan kakak pegang duluan. Tuh masih banyak kan ayam yang lain" ucapku.

"Gak mau. Yupi pengennya yang ini." Seperti biasa, aku selalu nurut, Yupi sudah memanyunkan bibirnya.

"Yaudah deh. Ini punya kamu" ucapku, aku lalu mengambil potongan ayam yang lain.

Kami menikmati makanan yang dimasak kak Ve. Asli. Ayam gorengnya enak banget.

"Kak Ve. Ayyyam goyengnya enyak bannyet" ucapan Yupi tak begitu jelas. Ia berbicara sambil mengunyah makanannya.

"Duhh, Yupi kalo mau ngomong tuh telen dulu makanannya" ucap kak Ve. Kulihat dia berusaha menelan makanan yang sedang ia kunyah.

Yupi menepuk-nepuk dadanya, matanya sudah tertutup, pipinya menggembung. Mungkin dia keselek.

"Nih, minum dulu" ucapku sambil menyodorkan segelas air

GLEUKGLEUK

"Ahhhh."

"Kalau makan tuh pelan-pelan yup" ucap mamah.

"Iya mah maaf. Abisnya makanan kak Ve enak banget" ucap Yupi.

Perut kami dipuaskan oleh masakan kak Ve. Setelah makan kami pergi ke kamar masing-masing untuk mengganti baju.

10 menit kemudian aku keluar dari kamar dengan memakai sepatu vans biru, celana jeans dan jaket hitam polos.

Kulihat masih tak ada orang diruang keluarga. Aku memutuskan duduk disofa dan memainkan game, selagi menunggu yang lain sedang mengganti pakaiannya.

Ku dengar suara decitan pintu yang bergesek dengan lantai. "Kak Luthfi" ucap seseorang dari belakang pintu. Aku yakin orang itu adalah Yupi.

"Ta-da"

"Gimana ? Yupi cantik gak pake baju ini ?" tanyanya. Kulihat dia mengenakan kaos yang bergambarkan minion.

Aku lalu menghampirinya lalu menyubit kedua pipinya dengan tanganku. "Yupiiii lucu banget" ucapku. Dengan rambut yang ia ikat menjadi twintail.

"Kak Luthfi. Sakit tauu" ucap Yupi sambil melepas cubitanku.

"Haha. Biarin." balasku.

Selang beberapa menit kemudian, kak Ve keluar dari kamarnya.

"Kak Ve. Cantik banget" puji Yupi sambil berlari kearahnya.

"Makasih yup." Aku setuju tentang pendapat Yupi kepada kak Ve.

Kami sudah bersiap menuju Trans Studio Bandung. Kami berlima sudah menaiki bus kota untuk menuju tempat liburan kami.

Dibus aku duduk bersampingan dengan Yupi. Aku mengobrol, bercanda ria dengannya.

"Kak Luthfi jangan tinggalin Yupi yah. Kak Luthfi harus janji selalu ada buat Yupi" ucapnya.

Aku lalu merangkul tubuhnya dengan tangan kiriku. Kepalaku kuletakan diatas kepala Yupi. Tangan kananku memegang satu tangannya. "Iya. Kakak janji gak bakalan tinggalin Yupi, dan selalu ada buat Yupi" balasku.

"Yupi sayang kak Luthfi"

"Iya, kakak juga sayang sama Yupi" aku lalu mencium keningnya, lembut sekali.

Teeeeeeeeeeereettttt

BRAKKK

"YUPIIIIIIIIIIIII" teriakku sambil bangun dari tidurku secara cepat. Nafasku terengah-engah, kurasakan keringat sudah bercucuran dipelipis dan keningku.

Aku bermimpi kembali ke malam itu. Ya. Malam yang merenggut nyawa papah, mamah dan adikku.

Untuk menenangkan diri, aku pergi ke dapur untuk meneguk segelas air. Kulihat dari jendela, langit masih gelap. Ini masih malam. Aku kembali ke kamarku.

Langkah kakiku terhenti disebuah kamar. Kamar yang sudah lama tak pernah dibuka kembali. Itu kamar Yupi.

Aku sudah bertekad untuk tidak masuk ke dalam kamarnya lagi. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan. Tapi entah kenapa malam itu aku ingin sekali membuka pintu kamar itu.

Daripada pusing memikirkannya, aku memutuskan untuk membuka kembali pintu kamar itu.

Ckreett

Ahh. Sepertinya aku kembali berhalusinasi. Aku melihat Yupi yang sedang bermain dengan bonekanya, ada Yupi yang sedang tidur, satu lagi aku lihat sedang belajar, yang satu lagi sedang bermain game.

"Kak Luthfi ayo main game bareng Yupi"

"Kak Luthfi soal ini gimana jawabnya ?"

"Kak Luthfi, Yupi gak bisa tidur"

"Kak Luthfi ? Mau nemenin aku maen boneka yah ?"

Banyak sekali Yupi yang kutangkap dengan mata ini. Telingaku mendengar suara Yupi yang merengek meminta dan mengajakku untuk menbantunya.

Kucoba untuk memejamkan mata sejenak lalu ku gelengkan kepalaku.

Sesudah itu kubuka kembali mataku, kulihat sosok Yupi sudah tak ada lagi dihadapanku. Aku melihat hanya ada kamar kosong.

"Yupi. Kamar ini sepi tanpamu"

Aku kembali menutup pintu kamar Yupi dan kembali melanjutkan tidur di kamarku.

*~~~*

Mataku kembali terbuka,  kulihat jam diHpku. Setengah enam. Tak biasanya aku bangun sepagi ini. Tak biasanya aku tak bisa tertidur pulas. Apa akibat mimpi buruk itu ?

Kucoba pejamkan mataku kembali. Namun usahaku tak berhasil. Mataku memang tertutup, tapi aku masih belum bisa terlelap dalam tidur.

Kuputuskan untuk bangun, dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Kudengar suara bising dari arah dapur. Mungkin itu kak Ve yang sedang beres-beres rumah, atau sedang mempersiapkan sarapan. Rumahku memiliki dapur yang menyatu dengan ruang makan.

Daripada bosan terus dikamar. Kuputuskan untuk pergi ke dapur. Aku mengambil roti yang sudah dipotong oleh kak Ve. Tak ada pembicaraan yang terjadi antara diriku dengan kak Ve.

Aku duduk disebuah kursi, kedua kakiku ku angkat keatas kursi. Aku kembali melamun masa-masa dimana Yupi masih ada bersamaku. Aku teringat kembali janjiku kepadanya. Ahh. Kenapa malah kamu yang ninggalin kakak yup ?

"Luthfi kamu denger kakak gak sih ?" ucapan kak Ve yang begitu keras menyadarkanku dari lamunan masa laluku.

"Maaf kak aku gak denger" balasku.

"Pasti kamu lagi mikirin Yupi. Udahlah fi, Yupi itu udah gak ada. Kamu gak bisa hidup kayak gini terus" ucap kak Ve, sepertinya dia kesal dengan kelakuanku.

"Terserah aku kak" balasku. Aku juga tidak terima kak Ve melarangku untuk mengenang momen-momen bersama Yupi.

Kak Ve menghampiriku. Ia berada tepat didepan mataku. Tangannya yang lembut menyentuh kedua pipiku.

"Kamu itu yah. Udah kakak bilangin dari dulu. Kamu tuh harus nerima kenyataan kalo adik kamu itu udah mati" teriak kak Ve tepat didepan wajahku.

Aku lalu menampik kedua tangan kak Ve, beranjak dari dudukku, dan berjalan meninggalkan rumah.

"Luthfi kamu mau kemana lagi ? Kakak belum selesai bicara" ucap kak Ve. Tapi aku menghiraukannya, aku sedang malas menanggapi omongan kak Ve.

Aku berjalan keluar rumah, sepertinya kak Ve tak berusaha menghentikanku. Mungkin dia sudah lelah menanggapi sifatku yang egois ini.

Aku tau aku tak boleh hidup seperti ini. Hidup dibawah bayang-bayang masa lalu. Aku sudah berusaha untuk tidak memikirkan Yupi. Namun usaha itu tak berbuahkan hasil.

Aku berjalan menyusuri kota. Mungkin sejuknya udara bebas dapat mengurangi sedikit kepenatanku.

Jalanku pelan sekali, pandanganku hanya melihat ke bawah, aku tak peduli bila aku menabrak sesuatu. Lagi, pikiranku teringat kembali pada sosok gadis kecil.

Tiap akhir pekan, kami berdua sering berolahraga bersama. Hahh. Kenapa setiap aktivitas yang aku lakukan selalu mengingatkanku kepada Yupi ?

Tiiiidiiiiiiiiidddddd

"Awas~"

Brakkk

~~~

~~~

~~~

"Kak....kak Luthfi bangun ?"

"Kak, bangun"

Aku kembali mendengar suara Yupi. Kubuka mataku, aku menjadi bingung, kenapa aku ada disini ? Seingatku aku sedang berjalan-jalan tadi.

"Yupi~" kulihat memang benar sosok Yupi ada dihadapanku. Dengan sigap kupeluk tubuhnya yang mungil itu.

"Ini bukan mimpi kan yup ?" tanyaku, air mataku sudah berjatuhan, kupeluk Yupi erat sekali, seolah aku tak ingin melepaskannya.

Kurasakan kepalanya menggeleng-geleng dipundakku.

"Kakak rindu kamu yup" ucapku, pelukanku masih belum kulepas, rasa rindu ini belum terbayarkan.

"Iya, kak. Yupi juga rindu sama kak Luthfi" balas Yupi. Ia lalu berusaha untuk melepaskan pelukanku.

Mataku sekilas melihat ke sekeliling. Aku bingung, kenapa aku tiba-tiba ada di sebuah tempat yang penuh dengan bermacam bunga ?. Kulihat Yupi sedang memakai baju serba putih.

"Maaf kak, tapi Yupi gak bisa lama-lama disini" ucap Yupi. Dadaku serasa sesak, serasa oksigen disekitarku lenyap begitu saja.

"Kalo gitu. Kakak mau ikut sama kamu" balasku. Aku tidak ingin ditinggalkan oleh adik tercintaku.

"Maaf kak. Tapi kak Luthfi gak bisa ikut" ucapnya. Reflek, tanganku memeluk kembali Yupi, mencegah Yupi untuk kembali meninggalkanku.

"Pokoknya kakak mau ikut yup" ucapku sambil menangis dipundak Yupi.

"Luthfi, kamu gak boleh gitu. Kak Ve masih membutuhkanmu." Suara itu, apa itu suara mamah ?

Kulepaskan pelukanku, dan menoleh ke sumber suara itu. "Mamah ? Papah ?" aku melihat mereka memakai baju yang sama dengan Yupi.

"Bener fi, kak Ve masih membutuhkanmu. Papah yakin, kamu bisa hidup mandiri dan menjadi seorang pengusaha sukses, tanpa arahan dari papah juga" ucap papah.

"Tapi pah mah, aku gak mau ditinggal kalian lagi. Aku ingin ikut kalian" rengekku. Kulihat Yupi mulai menjauh, diikuti oleh papah dan mamah, mereka bertiga berdiri didepanku dengan jarak yang agak jauh.

"Belum saatnya fi. Suatu hari nanti, kamu pasti akan menyusul papah mamah sama Yupi" balas papah.

"Gak, aku maunya sekarang" paksaku. Aku memang sudah lelah hidup bersama kak Ve.

"Kak Luthfi jangan egois gitu ah, Yupi gak suka. Mana kak Luthfi yang dulu ? Aku gak kenal sama kak Luthfi yang sekarang" balas Yupi.

"Tapi yup..."

"Udah kak jangan banyak protes. Kak Ve lebih membutuhkan kakak daripada kami. Kami akan selalu setia nunggu kakak kok." Yupi kembali mendekat, begitu dekat, tepat didepan wajahku, tangannya membelai lembut pipiku.

Memang benar adanya apa yang dikatakan mereka, kak Ve lebih membutuhkanku.

Chuu~

"Yupi sayang kak Luthfi" ucap Yupi sambil mengecup lembut keningku.

Air mataku kembali membanjiri pipi ini. Kembali, aku memeluk adikku ini untuk kesekian kalinya.

"Kakak juga sayang Yupi" aku memeluk erat tubuhnya, air mataku sudah berjatuhan, membasahi pundaknya.

Kulihat mamah dan papah tersenyum kearahku. Perlahan tubuh mereka menghilang, berubah menjadi cahaya-cahaya kecil yang berterbangan di udara.

Tubuh Yupi pun mengalami hal yang sama. Perlahan tubuhnya mulai menghilang.

"Kakak harus jadi pengusaha sukses sama jangan nangis lagi yah"

"Iya yup. Kakak sayaaaaaaang bangetttt sama Yupi" ucapku sambil mengecup keningnya untuk yang terakhir kalinya.

*~~~*

Kesadaranku kembali pulih, namun tubuhku susah digerakan. Kurasa aku sedang terbaring disebuah kasur, terasa infusan terpasang ditubuhku.

Kucoba untuk menggerakan tanganku. Dengan susah payah akhirnya tanganku bergerak.

"Luthfi kamu udah sadar ?." Sepertinya itu kak Ve. Ku dengar suaranya begitu parau bercampur khawatir.

Untuk memastikannya kupaksakan untuk membuka mataku, dan akhirnya berhasil. Kulihat wajah kak Ve yang sepertinya senang sekali melihatku. Matanya kulihat seolah sudah meneteskan ribuan air mata.

"Kak..kak Ve" ucapku lemah. Entah kenapa, tubuh ini serasa sukar untukku perintah, lemas, lelah dan sedikit pusing itu yang aku rasakan.

"Luthfiiii" teriaknya sambil memeluk tubuhku yang masih terbaring.

"Kamu beneran udah sadar ?" tanya kak Ve, matanya berbinar, dan terlihat jejak air mata yang melunjur dipipinya.

Aku mengangguk pelan. Terlihat senyum indah diwajah kak Ve.

"Kak Ve aku kok ada dirumah sakit ?" tanyaku, saat menyadari bahwa diriku sedang dirawat disebuah ruang rawat inap.

"Tadi pagi kamu ketabrak motor fi" jawab kak Ve yang sudah kembali duduk dikursi yang berada disampingku.

Aku memegang kepalaku, dan mendapati kepalaku dililit perban.

"Awww"

"Jangan disentuh fi. Kata dokter kamu mengalami luka yang cukup parah dibagian kepala" ucap kak Ve.

Aku menuruti apa yang dikatakan kak Ve. "Kamu mau makan ?."

Perutku memang tak bisa dibohongi. Aku mengiyakan tawaran kak Ve. Alhasil aku disuapi kak Ve semangkuk bubur.

Yupi berbohong kepadaku, kejadian tadi itu benar-benar mimpi. Tapi aku bersyukur, meskipun dalam mimpi aku bisa memeluknya dan mengucapkan kata perpisahan.

Aku bertekad akan memenuhi janjiku pada Yupi. Aku akan menjadi seorang pengusaha sukses, aku tak akan menangisi kepergiannya lagi. Aku juga akan meminta maaf kepada kak Ve atas apa yang telah aku lakukan. Aku telah membuatnya repot.

Sudah beberapa hari aku dirawat di rumah sakit. Dan kak Ve selalu menemaniku, bila ia sudah pulang dari kerjaaannya. Pernah dia berniatan untuk bolos kerja, tapi aku mencegahnya, aku tak ingin keadaanku menghambat karir kerjanya, dan dia pun menghargai keputusanku.

Dan akhirnya, aku kembali pulang ke rumah yang penuh kenangan. Bersama kakakku satu-satunya.

Aku dan kak Ve duduk istirahat diruang tamu, keadaan sedikit canggung. Kami berdua hanya duduk-duduk diam, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kak"

"Ada apa fi"

Aku lalu mendekat pada kak Ve, duduk disebelahnya. Aku langsung memeluknya dari samping sambil berkata "maafin aku yah kak. Selama ini aku udah nyusahin kakak."

Ia lalu membalas pelukanku, tangan kanannya mengelus rambutku pelan. "Iya fi. Maafin kakak juga yah, kakak suka marah-marah sama kamu" balas kak Ve.

"Selama ini aku banyak salah sama kak Ve, aku selalu egois, aku cuman memikirkan masa lalu" sambungku, entah kenapa, air mata ini sudah keluar menetes membasahi celanaku.

"Kamu gak salah kok, seharusnya kakak bisa membimbing kamu" suara kak Ve terdengar parau, mungkin dia sedang menangis.

"Aku janji, gak akan kayak gitu lagi. Dan aku janji akan jadi adik yang patuh pada kakaknya. Aku akan kejar cita-citaku lagi" ucapku.

"Iya, kakak juga janji, akan menjadi kakak yang bisa membimbing adiknya kearah yang benar. Kakak yang baik dan bisa melindungi adiknya" balas kak Ve.

"Aku sayang kak Ve" ucapku diiringi dengan tangisan.

"Kakak juga sayang kamu" balas kak Ve, ia lalu mengecup keningku sama halnya seperti yang dilakukan Yupi.

Kami berpelukan cukup lama, sampai kak Ve menawarkan sesuatu. "Oh iya fi, untuk merayakan keluarnya kamu dari rumah sakit, gimana kalo kakak masakin ayam goreng yang banyak buat kita berdua ?"

"Boleh kak. Duuh, perutku tiba-tiba laper gini" jawabku dengan penuh semangat.

"Yaudah kakak ke dapur dulu yah" ucapnya sambil melangkah menuju dapur.

Selagi menunggu kak Ve memasak, aku membereskan barang-barang yang kubawa dari rumah sakit.

Satu jam berlalu. Aku dan kak Ve sedang menikmati ayam goreng bersama kak Ve. Berbeda dengan waktu itu, canda tawa menghiasi makan malam kami.

Kehangatan rumah terasa kembali, aku merasa Yupi, mamah dan papah sedang duduk ikut makan bersama kami. Meskipun kami cuman berdua, tapi mataku seolah melihat senyuman adikku dan kedua orang tuaku.

Terima kasih Tuhan. Kau telah melepaskanku dari belenggu masa lalu. Semangat hidupku terisi kembali. Rambutku ku pangkas rapih, wajahku ceria kembali menatap hari esok.

"Yup, mah, pah lihatlah. Aku akan menjadi pengusaha sukses nomer satu didunia. Aku berjanji akan terus menjaga kak Ve dan membahagiakannya" gumamku dalam hati.

The End~

1 Response to "Adik Kecilku"