Magic Love Part 34

Elaine menatap foto itu sambil mengingat obrolannya dengan cowok itu.

“eh len, ada waktu nggak ? Aku mau ngomong nih”

“Mau ngomong apa ? balas Elaine.

“Tapi jangan disini. Ikut aku yuk”cowok itu membawa Elaine ke sebuah gudang sekolah.

“Ada apa , kok bicaranya harus disini ?” tanya Elaine heran.

“Jadi gini len, aku cuman mau nanya aja, kamu suka sama Adit ?”

“Kok kamu tiba – tiba tanya gitu sih”

“Please len jawab. kamu suka sama Adit ?” dia mengulang pertanyaannya.

Elaine merasa dirinya dipojokan, ia terpaksa harus menjawab pertanyaannya.

“Sebenernya aku suka sama Adit, sejak kepulangan dari festival” ucap Elaine dengan nada yang rendah hampir tidak terdengar.

“OoO, jadi kamu suka sama Adit. Terus kamu pilih mana Gracia atau Adit ?” dia memberikan pertanyaan yang susah dijawab Elaine.

“Kalo itu aku nggak bisa jawab”

“Aku cuman mau ngasih foto ini ke kamu len” ucap cowok itu sambil menyerahkan sebuah foto.

“Ini kan……” ucap Elaine yang melihat Adit dan Gracia sedang berpelukan.

“Itu aja yang mau aku omongin len” ucap cowok itu yang telah mendengar bel masuk.

Mereka pun masuk ke kelas.Ternyata eh ternyata. Pada saat Adit dan Gracia berpelukan, cowok itu yang mengintip mereka. Dia mengambil foto pada waktu yang tepat. Dia begitu pintar tapi licik.

Keesokan harinya, pertandingan percobaan antara SMA 48 dengan SMA J dimulai. Pertandingan ini berlangsung di sekolah Luthfi setelah kegiatan KBM berakhir.

Para pemain sudah siap bertanding. Para penonton tidak mau kalah, mereka sudah siap menonton jalannya bertandingan sambil bersorak meneriakan kedua nama SMA itu.

“Fourty Eight…… Fourty Eight….. Fourty Eight” teriak penonton dari sudut kanan.

“J…J….J…..Wasshoi” teriak penonton dari sudut kiri.

Sementara itu di bangku pemain, Luthfi tengah menunggu seseorang.

“duh, si Adit kemana nih dari tadi gw sms nggak dibales” ucap Luthfi dalam hatinya.

“Mungkin dia udah pulang kali yah” sambung Luthfi.

“fi Adit kemana ?” tanya Pelatih.

“Kemarin udah saya ajak pak. Tapi sekarang nggak datang – datang” jawab Luthfi.

“Yaudah kalo gitu. Yudha kamu maen sebagai starter line up” ucap Pelatih.

“Siap pak” ucap Yudha.

Para pemain terlihat sedang melakukan pemanasan. Pemain yang akan bertanding kali ini dari SMA 48 adalah Luthfi, Raito, Rafely, Rizki, dan Yudha. Sedangkan dari SMA J adalah Rizal, Egi, Atep, Dzulfi, dan Riki.

Sesudah melakukan pemanasan, para pemain berjajar di tengah lapangan. Mereka berjabat tangan terlebih dahulu.

“Bermain dengan sportif, jangan ada kecurangan. Dimengerti ?” ucap Wasit yang memimpin jalannya pertandingan.

“Mengerti” balas semua pemain.

Setelah itu mereka kembali ke bangku pemain. Mereka berjajar membentuk lingkaran sambil memegang pundak teman yang ada di sebelahnya.

“Meskipun ini pertandingan percobaan. Tapi kita harus memenangkan pertandingan ini” ucap Rizki yang sekarang menjabat sebagai kapten.

“Oshu” balas rekan timnya dengan penuh semangat”

“Kita buktikan bahwa kita bisa. SMA 48…..”

“Bisa !”Pertandingan pun dimulai.

Hal yang tak terduga terjadi. Tim basket SMA 48 yang terkenal memiliki prestasi, kewalahan menghadapi SMA J yang notabenenya masih dibawah SMA 48.

Entah ada apa dengan masing – masing pemain, mereka bermain individual. Mungkin karena Yudha yang posisinya kurang tepat untuk menggantikan Adit dan belum terbiasa bermain di sebuah pertandingan meskipun hanya untuk latihan. Atau masalah yang sedang mereka hadapi dengan Adit.

“Argh, sepertinya saya harus meminta time out.” ucap pelatih SMA 48.

“Priit.” suara peluit berbunyi.

Para pemain pun kembali ke bangku pemain. Mereka hanya terdiam karena tahu apa yang sedang terjadi pada diri mereka sendiri.

“Kalian semua kenapa? Main nggak kayak biasanya. Bahkan lebih bagus saat kalian latihan.” ucap Pelatih.

“Maaf pak. Kami sedang dalam masalah berat.” ucap Luthfi mencari – cari alasan.

“Kalo gitu kalian tenangin dulu diri kalian. Biar tim cadangan yang main.”

“Tapi pak, kami masih bisa bermain.” protes Rizki sambil berdiri dari tempat duduknya.

“Nggak ada tapi – tapian, pokoknya kalian harus tenangin dulu diri kalian."

Luthfi, Rizki, Raito, dan Rafely hanya bisa melihat pertandingan basket tersebut. Mereka gelisah karena tidak bisa ikut bermain kecuali Luthfi.

Sedangkan di sudut ruangan basket tepatnya di belakang bangku penonton terlihat seorang pria sedang berdiri sambil menyenderkan punggungnya ke dinding ruangan tersebut.

Terlihat Adit sedang melihat pertandingan tersebut dengan serius.

“ihh, kenapa sih Luthfi kok malah diganti ?” ucap Andela yang berada di bangku penonton.

“Apa gara – gara masalah sama Adit dia nggak bisa fokus main basketnya yah?” sambung Andela.

“heh dasar, yang dipikirin malah Luthfi terus. Tapi kok semua tim intinya kok di ganti semua yah ?” ucap Shani.

“Kalo yang aku liat sih malah bukan Luthfi nya yang bermasalahnya, tapi malah Rizki, Raito, sama Rafely yang kayaknya kagak tenang.” timpal Elaine yang melihat mereka bertiga kegelisahan.

“Tapi kenapa Adit nggak ikut main yah ? meskipun Adit lagi dilanda masalah dia mestinya ikut main atau nggak yah nonton.” ucap Elaine dalam hatinya tanpa menyadari bahwa sebenarnya Adit daritadi memperhtikan pertandingan tersebut.

Adit yang sedari tadi hanya memperhatikan permainan mereka mulai beraksi. Dia mengeluarkan Hp dari kantung celananya.

“Fi, gw tunggu lo di ruang ganti. Tapi sendiri jangan bawa siapa – siapa.” ucap Adit dalam sms  yang ditujukan kepada Luthfi.

Luthfi yang mendegar handphone nya berbunyi. Ia langsung membaca sms dari Adit dan langsung beranjak dari bangku pemain.

“Pak saya permisi dulu mau ke toilet.” ucap Luthfi kepada sang pelatih.

“Baik, jangan lama – lama.”

Luthfi langsung bergegas meninggalkan lapangan basket tersebut dan pergi menuju ruang ganti.

Andela yang melihat Luthfi dari bangku penonton lalu mengikuti Luthfi karena seperti ada sesuatu yang menarik dirinya untuk mengikutinya.

“ndel mau kemana ?” tanya Gracia.

“Mau ke WC dulu sebentar.”

Sesampainya di depan ruang ganti ia langsung membuka pintu tersebut. Ia tidak melihat siapapun hingga…

“Fi, lo nyari siapa kayak yang kebingungan gitu?” ucap Adit yang sedari tadi melihat luthfi dari belakangnya, yang sekarang sedang menyeder ke tembok di sebelah pintu.

“Ya nyari elo lah, emangnya nyari siapa lagi.” dengan nada yang agak keras.

“woi jangan keras – keras nanti ketauan lagi.”

“Maaf, Eh elo manggil gw kesini mau ngapain ?”

“Sebelum gw jelasin lo urus dulu cewek lo yang daritadi ngikutin elo.”

“hah? dimana?”

“Tuh dibalik pintu.”

Luthfi dengan sigap membuka pintu tersebut, dan ternyata Andela sedang berdiri di hadapan pintu.

“Eh,kamu lagi ngapain disini ndel ?” tanya Luthfi.

“Enggak cuman khawatir aja sama kamu, soalnya kamu langsung lari kesini.” Ucap Andela sambil melihat ke sekeliling ruang ganti dari depan pintu.

Sedangkan Adit bersembunyi dibalik pintu.

“oh, aku nggak kenapa – napa kok. Cuman ada yang ketinggalan.” Balas Luthfi.

“oh gitu toh, lalu tadi kamu ngomong sama siapa ?”

“Ngomong? aku nggak ngomong sama siapa – siapa kok.” ucap Luthfi dengan nada bicara yang agak canggung.

Andela hanya menatap Luthfi dengan curiga.

“Mending kamu tunggu di lapang, yah” sambung Luthfi menuntun Andela dengan lengan di pundak Andela agar ia bisa menjauh dari ruang ganti tersebut.

Luthfi pun kembali ke dalam ruangan.

“Udah ?” tanya Adit.

“Udah kok tenang ajah. nggak ada yang ngedengerin pembicaraan kita.”

“Jadi apa yang mau lo bicarain ?”  ucap kembali Luthfi.

“Jadi gini,kan gw udah percayain posisi kapten sama elo kemarin”

“iyah, emang kenapa ?”

“tapi kok malah dikasihin ke si Rizki ?”

“gw nggak yakin gw bisa jadi kapten.”

“lo harus yakin, gw percaya lo bisa jadi kapten.”

“Tapi kan…”

“Nggak ada tapi – tapian,sekarang lo maen. Mereka ngebutuhin elo fi.”

“Lagipula gw yakin sekarang tim kita sedang terpuruk.”

“Oke deh kalo itu mau lo.”

Setelah percakapan singkat tersebut Adit memberikan nasihat kepada Luthfi untuk menggunakan Slamdunk nya.

Karena itu mungkin satu –satunya jalan agar tim SMA 48 bangkit kembali. Luthfi kembali kelapangan.

Ketika kembali ke lapangan hal yang mencengankan terjadi. SMA 48 mengalami keterpurukan. SMA 48 dikalahkan oleh SMA J pada kuarter pertama dengan Skor 10 – 30.

Terlihat semua pemain kewalahan sedangkan tim inti terlihat sangat gelisah terkecuali Luthfi.

“Pak, maaf saya agak lama.”

Tidak ada respon apapun dari pemain maupun pelatih yang berada di bangku pemain tersebut. Lalu ia berinisiatif untuk mengajukan dirinya sebagai kapten kepada pelatih.

“Pak, maaf sebelumnya. Biarkan saya bermain. biarkan saya menjadi kapten untuk sementara waktu.” ucap Luthfi kepada sang pelatih. sontak semua pemain kaget.

“Apa? Kamu yakin mau main sekarang?” ucap sang Pelatih.

“iya pak, saya yakin. Ada yang ingin saya coba.”

“Baiklah kalau begitu. Kamu main gantiin posisi Tyan.”

“Baik pak.”

Waktu istirahat pun berakhir. Para pemain kembali memasuki lapangan basket. Para pemain SMA 48 terlihat membuat lingkaran. Mereka sedang menyemangati diri mereka sendiri.

“Kita harus buat mereka menyesal telah membuat kita terpuruk. Kita harus balas sambutan dari mereka. Kita harus buat mereka HANCUR.”  ucap Luthfi  menyemangati timnya.

“da, tolong berikan operan ke gw.” ucap Luthfi kepada Yudha.

“Apa yang mau lo lakuin fi ?”

“Udah jangan banyak tanya . Lo lakuin aja apa yang gw minta.” ucap Luthfi sambil berlari ke tengah lapang.

Suara peluit pun berbunyi menandakan kuarter kedua dimulai. Bola sekarang sedang berada di pihak SMA 48. Yudha sedang mendrible bola. Dihadapannya  terlihat Rizal sedang menjaga ketat Yuda.

Terlihat Luthfi leluasa dari penjagaan mereka. Yudha akhirnya mengoper bola kepada Luthfi. Luthfi mendrible bola dengan sangat cepat hingga sudah di dekat ring lawan.

Terlihat seorang pemain masih menjaga Luthfi dari bawah ring. Luthfi tidak punya pilihan lain.

Ia melompat dengan sangat tinggi. Kawan – kawannya yang berada di bangku penonton sontak berdiri dari duduknya dan tidak menyangka apa yang akan dilakukannya.

“fi,apa yang mau lo lakuin? lo tau itu belum sempurna.” ucap Raito.

Luthfi yang hanya berfokus untuk memasukan bola tersebut sama sekali menghiraukan ucapan temannya tersebut. Ia masih berada di udara. Semakin tinggi ia melayang sampai ia sadar harus memasukan bolanya sekarang. Ia melakukan dunk dengan sangat memukau untuk yang pertama kalinya.

Luthfi membuat kawan – kawannya tercengang. Hal yang dilakukan oleh Luthfi memotivasi kawan – kawannya.  Mereka ingin mengejar ketertinggalan yang telah mereka buat.

#ToBeContinued

3 Comments

  1. Balasan
    1. Thanks^^
      Pantengin terus blog ini yh. Gw bkl update terus magic love disini.

      Kalo bisa di bookmark :v

      Hapus