Hallo sahabat KSJ48. Lagi fokus reupload HA nih. Yg nungguin series lain di update harap sabar yah. Happy Reading
Malam yang dingin, sangatlah enak bila menikmati suatu makanan yang hangat. Luthfi merasa ada yang mengganjal di hatinya disaat menikmati ramennya. Mungkin sebuah pertanyaan.
“oy, hantu amnesia. Waktu itu kenapa lo bisa bantu Tyas ?” tanya Luthfi.
“Aku juga nggak tau fi. Tiba – tiba aja gitu kekuatan itu datang” jawab Andela.
“Jadi lo belum bisa ngendaliinnya ?” tanya Luthfi.Andela hanya menggelengkan kepalanya.
“Hantu amnesia ?” ucap Tyas heran.
“Iya hantu amnesia. Soalnya dia nggak inget apa – apa selain namanya” balas Luthfi.
“hahahaha, aneh. Emang namanya siapa ?” tanya Tyas.
“Hmmm, siapa yah lupa lagi gw….” jawab Luthfi dengan logat malasnya.
Seketika mangkuk yang melayang itu terjatuh ke meja, untung ramennya sudah habis.
“Oh, iya namanya Andela” sambung Luthfi.
“Oh gitu, hallo Andela, nama gw Tyas” sapa Tyas kepada Andela.
“Hallo juga,” balas Andela sambil melambaikan tangannya.
“Terus kenapa lo nggak bisa nyentuh orang ?” tanya Luthfi.
“Aku juga nggak tau. Pas megang mangkuk ini juga aku nggak bisa lama – lama. Mungkin ada batasannya” jawab Andela.
“hoouhh, gitu” ucap Luthfi.
“lo ngomong apaan sih fi ?” tanya Tyas.
“Nandemoneoo” jawab Luthfi. * bukan apa – apa.
*~~~*
Pagi yang cerah, diiringin dengan kicauan burung yang merdu, dan matahari yang masih terlihat di belahan timur sana. Menjadi pemandangan yang selalu dilihat Luthfi ketika sedang menunggu guru pertama datang.
Shania yang baru datang ke kelas, langsung di sambut oleh Nabilah dan Beby. Mereka telah mengetahui kejadian yang telah menimpa Shania. Dengan perasaan khawatir mereka melemparkan beberapa pertanyaan.
“shan, lo nggak apa – apa kan ?” tanya Nabilah.
“Nggak ada yang luka kan ?” tanya Beby.
“Nggak kok, gw baik – baik aja” jawab Shania.
“Syukurlah” ucap Beby.
“Emang yang nolong lo siapa ?” tanya Nabilah.
“Tyas sama Luthfi” jawab Shania.
Kedua sahabat Shania itu terkejut, orang yang selama ini selalu mereka bully, malah menyelamatkan Shania. Mereka merasa bersalah, dan berencana akan meminta maaf dan berterima kasih. Satu lagi yang tidak kalah membuat mereka terkejut. Kenapa Luthfi menolong Shania? Mereka melanjutkan pembicaraan sambil duduk di bangku masing – masing.
“Gw bisa ngerti sih kalo Tyas nyelametin lo. Tapi kalo Luthfi…” ucap Nabilah.
“Iya gw juga aneh…” sambung Beby.
“Waktu itu, Tyas dateng dia berkelahi sama Ryan dan Hilman. Tapi dia kalah, gw udah pasrah waktu itu. Tiba – tiba aja si Luthfi dateng” balas Shania.
“Terus terus ?” tanya Beby.
“Ryan dan Hilman langsung kalah. Abis itu dia ngebuka ikatan tali gw. Terus pergi deh” jawab Shania.
“Emang cowok yang aneh” ucap Nabilah.
“Oh iya kata Tyas juga, dia sering bicara sendiri gitu” balas Shania.
Luthfi menjadi topik pembicaraan saat itu, Namun dia hanya melihat pemandangan luar lewat jendela yang dekat dengan bangkunya. Beberapa menit setelah itu Tyas datang ke kelas. Dia langsung di hadang oleh Nabilah dan Beby, tidak seperti biasanya mereka tidak ingin membullynya.
“yas gw mau minta maaf sama lo” ucap Nabilah.
“Iya gw juga, selama ini kita sering ngebully lo” sambung Beby.
“Iya – iya udah gw maafin kok, dari dulu juga” balas Tyas.
“kita juga mau berterima kasih udah nyelametin Shania” ucap Beby.
“hehe, sebenarnya sih yang nyematin Shania tuh Luthfi. Dia yang bikin pingsan Hilman dan udah ngalahin Ryan” balas Tyas.
“Iya gw tau, tapi kan lo juga berusaha buat nyelametin dia” ucap Nabilah.
Shania yang sedang membalas sms dari seseorang, mendengar suara Tyas. Dia langsung menghampirinya.
“yas, luka lo udah baikan ?” tanya Shania.
“Ya gini lah, mungkin beberapa hari juga sembuh” jawab Tyas.
Saat bertemu Septyan, dia tidak kalah terkejut. Dia mengajukan beberapa pertanyaan mengenai luka wajahnya itu. Tak lama kemudian guru pertama masuk dan memulai pelajarannya.
*~~~*
Siang itu, saat jam istirahat. Luthfi, Tyas, Shania, Ryan, dan Hilman di panggil oleh guru BK. Shania yang menerima sms dari ayah dan ibunya, bahwa mereka akan datang ke sekolah siang itu, sudah menunggu di ruang BK.
Pertama – tama Bu Fahmi meminta Shania menjelaskan apa yang telah terjadi kemarin. Saat bercerita, terkadang Ryan menyangkal atau sekedar berkomentar tentang apa yang dikatakan Shania.
Sedangkan Tyas dan Luthfi hanya diam, mereka dianggap sebagai saksi mata.Ruang BK terasa sangat panas, mungkin karena perdebatan yang terjadi antara Shania dan Ryan. Sementara itu orang tua Shania hanya mendengarkan apa yang diucapkan mereka. Perdebatan mencapai akhir, Ryan dan Hilman mengaku bersalah karena telah menyekap Shania. Mereka meminta maaf kepada Shania dan kedua orang tuanya.
Bu Fahmi memutuskan untuk men skors mereka selama 2 minggu. Ryan dan Hilman tidak protes, untung saja mereka tidak dikeluarkan.
“Haahhhhhh. Saya kira masalah apa ? Masalah kecil gini kok mesti dihadiri orang tua sih” keluh ayah Shania.
“Tapi pak, ini menyangkut keselamatan putri bapak” balas Bu Fahmi.
“Kita ini orang sibuk, banyak pekerjaan yang menunggu di kantor. Masalah ini kan bisa aja ditangani tanpa kedatangan kita” ucap ibu Shania.
“Saya cuman bermaksud agar ibu dan bapak mengetahui masalah yang dihadapi putri bapak” balas bu Fahmi.
“Asalkan ibu tau yah. Saya ini seorang CEO PT. Andromedia. Saya ijin dari kantor cuman untuk masalah ini….?” ucap ayah Shania kesal.
Tanpa disadari Shania menjatuhkan air mata, tak tau kenapa. Mungkin ayah dan ibunya terkesan tidak peduli dengan anak sulungnya itu. Luthfi yang sedari tadi main game di Hpnya, melihat air mata yang jatuh itu. Tak tau kenapa dia merasa kesal. Seolah dia memiliki orang tua yang sama sifatnya dengan orang tua Shania.
“Saya pamit. Buang – buang waktu saja” ucap ayah Shania meninggalkan ruang BK yang diikuti oleh ibu Shania, tanpa menoleh sedikit pun pada Shania.
Andela tak kalah geramnya dengan orang tua Shania. Dia berniatan ingin menghantui mereka berdua.
“chotto matte kora” teriak Luthfi sambil berdiri. *Tunggu dulu
“Kamu bilang apa ?” tanya ibu Shania.
“Liat putri bapak, sedari tadi menangis mendengar perkataan bapak” ucap Luthfi.
“Shania, lebih baik kamu pulang bareng ayah sekarang” balas ayah Shania ketika melihat anaknya ini menangis.
Luthfi berlari kearah ayah Shania dan reflek memegang kerah bajunya.
“Saya sudah muak melihat orang tua seperti kalian” bentak Luthfi.
“Luthfi…” ucap bu Fahmi berusaha menghentikan tingkah laku muridnya itu.
“Kalian semua hanya mementingkan pekerjaan saja” ucap Luthfi.
Ayah Shania mulai geram, dia melepaskan genggaman tangan Luthfi.
“Itu saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan Shania dan keluarga saya. Toh kalau dia ingin sesuatu pasti memakai uang saya bukan ?” balas ayah Shania.
“Memang kalo dia terus di beri uang, buat dia bahagia ?” tanya Luthfi dengan nada keras.
“Memang uang segalanya bukan ?” ayah Shania malah berbalik bertanya.
“Anda hanya ayah bodoh, bahkan anda tidak tau hal yang lebih penting daripada uang” ucap Luthfi.
“Kamu lulus SMA juga belum sudah berani mengajari saya” ayah Shania mulai kesal dengan perkataan Luthfi.
“Hal yang lebih penting daripada uang adalah kasih sayang dan perhatian. Saya rasa Shania lebih bahagia saat anda masih menjadi karyawan biasa. Liat putri bapak. Apakah dia bahagia hanya di beri uang saja ? Apakah anda pernah meluangkan sedikit waktu untuk putri anda ?” tanya Luthfi.
Ayah dan ibu Shania hanya terdiam tanpa sepatah apapun. Mereka telah dibutakan oleh harta. Ayah Shania menjadi ingat kembali saat – saat dimana mereka tinggal di sebuah rumah kecil. Sedangkan Shania dan Tyas hanya bungkam seribu bahasa. Shania tidak berkomentar tentang perkataan Luthfi, ia seolah mewakili semua hal yang ingin dia katakan.
“Dia selalu kesepian saat pulang sekolah. Setiap pulang ke rumah dia hanya bertemu dengan pelayannya. Bangun tidur anda sudah berangkat ke kantor.” ucap Luthfi.
“Apakah ibu pernah memperhatikan Shania ? Dia sudah makan apa belum ? Apakah dia punya masalah di sekolah ?” sambung Luthfi panjang lebar.
“Dari sifatnya dia kurang perhatian dari ibu dan bapak. Dia mencari perhatian kepada teman – temannya di sekolah. Dia sok tebar pesona, agar para cowok memperhatikannya. Malah dia sampai membully temannya sendiri agar mendapatkan kesenangan. Saya mau tanya sekali lagi apakah Anda sudah menjadi ibu atau bapak yang baik bagi putri anda ?” sambung Luthfi.
Ayah Shania tertegun mendengar semua perkataan Luthfi. Dia sadar selama ini dia sudah menelantarkan putri sulungnya itu. Ibunya sampai menangis, karena menyadari kesalahannya selama ini.
“Satu hal terakhir. Hal yang dibutuhkan Shania bukan uang semata. Tapi ia lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya, dan itu tidak bisa di beli oleh uang” ucap Luthfi.
Ia lalu berjalan keluar ruang BK sambil berkata “Luangkanlah sedikit waktu untuk menemani putri anda”.
Suasana ruang BK penuh dengan kesedihan. Ibu Shania tak kuasa menahan rasa bersalah. Dia berlari pada Shania langsung memeluk putri kesayangannya itu sambil berkata “Maafkan Ibu ya nak”.
Shania membalas pelukan ibunya. Ayah Shania juga tak kalah menyesalnya ia memeluk putri dan istrinya tersebut.
“Maafin ayah. Selama ini kamu selalu kesepian” kali ini ayahnya yang meminta maaf.
Suasana haru menyelimuti mereka bertiga. Tyas bersyukur akhirnya sejak 2 tahun yang lalu ia selalu di bully Shania, dan Shania selalu kesepian, telah berakhir. Kedepannya mereka berjanji akan lebih meluangkan waktu demi anaknya itu. Bahkan ibunya akan keluar dari pekerjaannya dan fokus menemani Shania. Bu Fahmi hanya terdiam, kagum mendengar kata – kata yang keluar dari mulut Luthfi. Masalah pun selesai.
Ternyata saat keluar dari ruang BK, Luthfi melihat Beby dan Nabilah sedang mengintip. Mereka yang ketahuan mengintip, hanya cengar – cengir malu akan pandangan Luthfi. Tapi dia tidak begitu mempermasalahkannya, dia hanya diam sambil berjalan kembali menuju kelas.
Setelah meminta maaf kepada bu Fahmi atas perkataan yang tidak sopan. Ayah dan Ibu Shania pamit pulang, Shania yang merasa lebih lega ditemani Tyas kembali ke kelasnya. Saat keluar ruangan mereka langsung diwawancarai oleh kedua sahabatnya itu.
“eh, shan tadi si Luthfi kayak marah – marah gitu sama ayah lo. Dia kenapa sih ?” tanya Beby heran.
“Nanti deh, gw jelasin di kelas” jawab Shania.
Mereka berempat pun menyusul Luthfi ke kelas.
*~~~*
Di kelas, Andela uring – uringan, dia terus memuji Luthfi. Menurutnya perkataan Luthfi itu sangat keren sekali. Dia tidak menyangka orang sependiam Luthfi, bisa bicara begitu banyak dihadapan orang dewasa.
“fi kamu memang hebat” ucap Andela.
“Kamu dapet kata – kata gitu darimana sih ?” tanya Andela.
“Gw cuman nggak mau Shania kayak gw” jawab Luthfi.
“Maksudnya ?” tanya Andela.
“Kepo banget sih lo” jawab Luthfi.
Jam istirahat belum berakhir, Shania cs sudah kembali ke kelas, mereka langsung menghampiri Luthfi untuk berterima kasih.
“fi makasih yah. lo udah nyadarin bokap sama nyokap gw” ucap Shania.
“Gw juga sekali lagi mau terima kasih sama lo. Karena udah bantu gw kemaren” sambung Tyas.
“Kita berdua juga, mau bilang terima kasih. Berkat lo Shania nggak diapa – apain” sambung Beby.
“Aku juga mau ucapin terima kasih, karena udah ngijinin aku tinggal di rumah kamu” sambung Andela sambil tersenyum.
“Haahhh, udah – udah. Bosen gw denger kata terima kasih. Lagian yang gw lakuin bukan sesuatu yang besar kok” balas Luthfi.
“Wess ada apa nih jarang – jarang ngumpul di belakang kayak gini” timpal Septyan yang baru kembali dari kantin.
“eh elo yan, nanti deh gw jelasin. Pokoknya ini ada hubungannya sama muka gw yang bonyok” balas Tyas.
“oke – oke” ucap Septyan sambil duduk di bangku dekat Tyas.
“Hmm, gimana kalo nanti malem kalian semua ke rumah aku. Ya itung – itung rasa terima kasih aku” ajak Shania.
“Boleh tuh” balas Nabilah.
“Kayaknya seru, udah lama nggak ke rumah Shania” sambung Beby.
“Gw juga setuju” ucap Tyas.“
Gw boleh ikut nggak ?” tanya Septyan.
“Boleh donk, biar tambah rame” jawab Shania.
“fi kita ikut yah…yah….pasti banyak makanan enak di rumah Shania” ajak Andela.
“Kalo lo gimana fi ? mau ikut kan ?” tanya Shania.
Luthfi tidak menjawab, namun Andela terus membujuknya agar dia mau ikut.
“Ya…fi..ya..ikut yah” bujuk Andela.
“Iya..ya…gw ikut” akhirnya Luthfi membuka mulutnya karena kesal dengan Andela.
“Oke, aku tunggu jam 7 malem di rumah aku yah” ucap Shania.
“Oke” balas Tyas.
#ToBeContinued