Majessty119 Chapter 12 : Elemen Angin


Hallo sahabat KSJ48. Akhirnya, setelah melewati masa kegalauan, kegundahan hati yang mendalam dikarenakan twit Andela. *lebay. Update juga ini series. Happy Reading :v
Diawan yang lain, Elaine juga sedang berlatih dengan Rizki. Berbeda dengan Tyas, Elaine sering kali ketakutan dan tidak bisa menguasai teknik-teknik elemen angin yang diajarkan Rizki.
Rizki berinisiatif untuk mengajarkan teknik membuat tornado. Pertama ia membuat tornado kecil ditangannya.
"Coba, kalo yang ini kamu pasti bisa len," ujar Rizki.
WUSSSSHHHH
Angin tornado kecil berputar-putar ditangannya. Elaine kembali dibuat kagum oleh Rizki, sekaligus dibuat minder, dia takut tidak bisa mempelajari teknik yang katanya gampang itu.
"Aku coba yah," balasnya. Ia lalu memejamkan mata erat sekali, mencoba berkonsentrasi penuh.
Akhirnya, Elaine bisa membuat sebuah tornado kecil ditangannya. Ini adalah teknik angin kedua yang ia bisa setelah terbang. Tersirat wajah kegembiraan diwajahnya.
"Akhirnya, kamu bisa juga len. Teknik ini, digunakan apabila musuh berjarak jauh dengan kita. Tornado kecil ini bisa kita lempar kearah musuh len," ucap Rizki.
Rotasi tornado yang awalnya sangat lambat, lebih dipercepat oleh Rizki menggunakan delusinya.
"Dan, semakin cepat rotasi tornadonya, semakin besar juga daya hancurnya len," lanjut Rizki.
Sama halnya yang dilakukan Ve, Rizki membuat 2 target tembakan berbentuk manusia yang terbuat dari kayu.
WRSZSHSZHSZH......BRUAAAK
Rizki melemparkan tornado yang ada ditanganya ke target tembakan, membuat kayu berbentuk manusia itu hancur berkeping-keping.
"Sekarang, giliran kamu len," perintah Rizki.
Elaine mengangguk kecil, lalu mencoba mempercepat rotasi tornadonya. Ajaibnya, Elaine bisa membuat rotasi tornadonya lebih cepat dari yang dibuat Rizki. Membuat seniornya itu terperangah.
WRSZSHSZHSZHZHZHZHZH......BRUAAAAAK
Daya hancurnya pun sangat mengerikan. Kayu yang menjadi sasaran Elaine berubah menjadi debu-debu yang mengotori putihnya awan.
Terlihat lengkungan senyum diwajah Rizki. Akhirnya ia menemukan potensi yang dimiliki Elaine.
"Kayaknya dia bakalan ditempatin disisi tengah kalau enggak disisi belakang," ucap Rizki dalam hatinya.
Untuk mengetahui itu, Rizki mengajarkan teknik selanjutnya. Ia menggerakan tangannya, menari-nari layaknya penari.
Tampak angin yang agak berbeda dari biasanya, menyelimuti dirinya, angin tersebut berwarna agak kebiruan.
"Lihat tubuhku len, apa ada yang beda?" tanya Rizki.
"Ada ki. Tubuh kamu diselimuti angin berwarna biru. Itu angin apa?" Elaine ingin penjelasan tentang teknik yang ditunjukan Rizki.
"Ini teknik yang biasa dipakai Imaginary bertipe pendukung. Namanya angin kecepatan. Gerakan kamu akan lebih cepat jika diselimuti oleh angin berwarna biru ini," jawab Rizki.
"Kamu coba teknik ini len," perintahnya.
Elaine menuruti perintah seniornya itu. Melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Rizki tadi. Dan hasilnya luar biasa. Warna angin yang menyelimuti tubuh Elaine agak berbeda, angin itu berwarna biru cerah.
"Udah gue duga. Dia Imaginary Support Type," ujar Rizki dalam batinnya.
"Coba gerakin tubuh kamu len." Elaine mencoba menggerakan tangannya, meloncat-loncat ke udara. Ia merasakan tubuhnya sangat ringan seolah seringan kapas.
"Wah, iya ki. Tubuh aku ringan banget," ujar Elaine ditengah aktivitasnya yang sedang loncat-loncat diatas awan.
Terbesit niat dihati Rizki. Ia ingin mengetes, lebih cepat mana, dia atau Elaine?
"Len, kita balap lari yuk!" ajak Rizki. Ia tampak begitu bersemangat, mungkin dirinya merasa tertantang.
"Euuu...tapi...."
"Udah jangan banyak alasan. Garis finishnya tepi awan yang disana," ucap Rizki, tangannya menunjuk ke tepi awan yang bersebrangan dengan tepi awan dimana ia dan Elaine berada.
Dengan terpaksa Elaine menuruti kemauan Rizki. Mungkin ini bagian dari latihan pikirnya.
"Aku itung yah. Satu...dua....tiga,"
SYUUUUWWWW
Mereka berdua berlari dengan kecepatan diatas rata-rata manusia normal. Meskipun disini Rizki yang lebih senior, tapi Elaine tak mau kalah. Dia ingin ujuk gigi didepan Rizki, menunjukan bahwa dirinya bisa.
Hampir sampai ke garis finish. Rizki tertinggal jauh, meskipun begitu ia sangat senang, ia berhasil membantu Elaine menemukan potensi yang ada didalam dirinya.
"Yes, aku menang," ucap Elaine dalam benaknya. Senyum manis terlihat diwajahnya.
Namun, setelah melewati garis finish. Elaine tak bisa menahan laju dirinya, membuat ia kembali terjatuh ke bawah.
"Aaaaahhhhhh," jerit Elaine. Ia lupa akan apa yang pernah diajarkan Rizki dan Ve sebelumnya. Kepanikan langsung menyambanginya saat ia terjun bebas diudara.
"Len, inget. Jangan panik, gunain delusi kamu~," teriak Rizki.
Untungnya, Elaine mendengar teriakan seniornya itu. Ia mencoba menenangkan diri, mengatur nafas, dan mulai berdelusi.
DUASSHH.....DUASSHH
Ia tertahan diudara dengan jarak beberapa meter lagi ke tanah. Elaine tepat waktu dalam mengeluarkan kekuatannya.
Perlahan ia naik ke atas awan kembali.
Diatas awan, Rizki menunggu Elaine naik keatas. Pandangannya teralihkan saat mendengar ada dua orang yang menjamahinya.
"Ki, Elainenya mana?" tanya Ve sambil mendarat diawan.
"Tadi dia jatuh lagi kak," jawabnya datar.
"Terus? Kenapa gak lo bantuin ki?" tanya Tyas.
"Enggak, dia udah bisa kok. Tuh orangnya," jawab Rizki sambil menunjuk Elaine yang baru tiba kembali diatas awan.
"Ilen, kamu gak apa-apa kan?" Ve mencoba memastikan keadaan Elaine.
"Gak apa-apa kok kak," jawab Elaine singkat.
"Len. Sekarang coba kamu buat angin kecepatan itu lagi. Tapi kamu alirkan angin itu ke aku, kak Ve sama Tyas," perintah Rizki.
Sebagai junior yang baik. Elaine langsung mengiyakan keinginan Rizki itu.
Setelah membuat angin kecepatan dan menyelimutin tubuhnya ia mencoba mengalirkannya ketubuh tiga orang temannya itu.
"Waw, angin kecepatannya berwarna biru cerah." Ve dibuat berdecak kagum dengan angin kecepatan yang mulai menyelimuti dirinya.
"Emang ini angin apa sih kak?" Tyas masih belum mengetahui teknik ini. Karena saat ia latihan, Ve hanya mengajarkan teknik menyerang saja.
"Itu angin kecepatan yas. Gerakan kamu akan lebih cepat jika tubuhmu terselimuti angin tersebut," jawab Ve.
Angin itu sudah menyelimuti tubuh Rizki dan Tyas. Tyas yang baru pertama kali, merasakan perbedaan yang luar biasa.
"Wew. Bener. Tubuh gue jadi lebih ringan," ucap Tyas.
Ia mencoba berlarian diatas awan, melompat-lompat sampai berterbangan diatas teman-temannya. Berputar-putar layaknya komedi putar.
Ve hanya tersenyum melihat tingkah laku juniornya itu.
"Yas, udah main-mainnya. Mending kita istirahat dulu," perintah Ve. Tyas lalu mendarat kembali diawan, menghampiri Ve dan yang lainnya.
"Ki, kamu buat makanan yah. Kak Ve udah laper," perintah Rizki.
"Beres kak, tenang aja," balas Rizki. Dengan jentikan jari muncul 4 buah keranjang makanan yang dibawahnya sudah dialasi sebuah karpet berwarna merah.
"Jirr. Hebat bener lu ki. Ajarin gue donk," ucap Tyas. Seperti biasa, dia selalu ingin memperlajari teknik baru.
"Nanti lo juga bisa. Tapi biasanya yang bisa teknik itu tuh, Imaginary bertipe pencipta," balas Rizki.
Mereka berempat duduk di karpet merah yang dibuat Rizki, mengelilingi keranjang makanan yang berada ditengah-tengah mereka.
"Kalo bukan Imaginary bertipe pencipta gak bisa gitu?" tanya Tyas.
"Bisa aja, tapi staminanya bakal langsung drop. Maka dari itu mereka jarang menggunakan teknik tadi, biasanya mereka cuman bisa memindahkan sesuatu doang," jawab Rizki.
"Udah, sesi bertanyanya ditutup dulu. Sekarang kita makan dulu," perintah Ve. Ia lalu mengambil makanan di keranjang makanan.
Dua Imaginate dan dua Imaginary itu melepas penat sambil mengisi perut yang sudah keroncongan. Gelak tawa menghiasi makan siang mereka.
Puas melepas lapar dan dahaga mereka. Rizki memberitahukan potensi yang dimiliki Elaine.
"Len. Menurut aku kamu cocok jadi Imaginary bertipe pendukung," ucap Rizki.
"Kok bisa?" tanya Elaine.
"Soalnya. Waktu aku ajarin kamu teknik menyerang jarak dekat kamu gak bisa. Tapi waktu aku ajarin kamu serangan jarak jauh terus teknik membuat angin kecepatan kamu langsung bisa, malah lebih baik daripada aku," jawab Rizki.
"Ouhh." Elaine mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Kalo kamu Imaginary tipe apa ki?" tanya Elaine
"Aku Imaginary tipe pencipta," jawab Rizki.
"Pantesan aja lo bisa buat makanan sebanyak tadi," timpal Tyas.
"Hehe."
"Ohiya. Kak Ve mau kasih tau kalian kelebihan dan kekurangan elemen angin," ucap Ve.
"Apa kak?" tanya Elaine.
"Kita punya kecepatan. Elemen angin paling cepat dari tiga elemen dasar. Kita juga bisa menguasai langit karena kita bisa terbang. Kita juga mempunyai beberapa teknik unik," jawab Ve.
"Kalau kekurangannya kak?" tanya Tyas.
"Kekurangan elemen angin itu pertahanan. Imaginary berelemen angin biasanya sangat lemah pertahanannya. Maka dari itu kita harus memanfaatkan kecepatan kita untuk menghindari semua serangan musuh," jawab Ve.
"Oh iya satu lagi kelebihan elemen angin. Jika kalian berdua udah jago, kalian bisa denger suara dari jarak tertentu," ucap Rizki.
"Maksudnya?" tanya Elaine. Tampaknya ia masih belum mengerti dengan apa yang dikatakan Rizki.
"Kalian masih inget gak, waktu di power room. A Yudi bisa mendengar suara yang dikeluarkan Luthfi. Padahal jaraknya lumayan jauh dan terhalang oleh dinding ruangan," jawab Rizki.
"Jadi initinya tuh. Kalian bisa memanfaatkan udara disekeliling kalian untuk mendengar. Suara sekecil apapun, sejauh apapun bisa kalian dengar. Asalkan telinga kalian masih bagus dan delusi kalian juga harus besar," sambung Ve.
"Ohh. A Yudi hebat kalo gitu, bisa mendengar dari kejauhan," ucap Elaine.
"Ya, begitulah len. Dia orang yang paling aku kagumi," balas Rizki.
"Satu lagi, kelebihan elemen angin," ucap Tyas.
"Apaan yas?" tanya Rizki. Perasaan dia dan Ve sudah menyebutkan semua kelebihan elemen angin.
"Kita bisa ngintip....."
"Aaaaah. Elo yas, tau aje kebiasaan gue," potong Rizki.
"Haha. Gue kirain lo gak doyan begituan ki," ucap Tyas.
"Gue masih normal yas. Masa gak doyan sama begituan?" balas Rizki.
"Kapan-kapan kita ngintip rok cewek bareng yah," ajak Tyas.
"Ayo. Bisa diatur kayak gitu mah," balas Rizki.
"Ish. Kalian malah ngobrol begituan. Kekuatan kita tuh digunain buat nanti pas kompetisi. Bukan buat main-main," ujar Ve kesal.
"Iya, gimana perasaan cewek yang diintipnya. Dia kan pasti bakalan malu," sambung Elaine.
"Iya maaf-maaf. Kami cuman bercanda kok," balas Rizki.
"Iya nyantai aja kali kak. 50% kami cuman bercanda," sambung Tyas.
"Berarti yang setengah laginya serius donk?" tanya Elaine.
"Ya. Itu berarti kita gak bakalan sering ngintipin perempuannya," jawab Tyas.
"Aah, udah. Malah dibahas lagi. Mending kita lanjut latihan," ucap Ve. Ia lalu beranjak dari duduknya, dan melakukan peregangan pada otot-ototnya yang mulai kaku.
Keempat Imaginary berelemen angin ini kembali berlatih.
#ToBeContinued

4 Comments

  1. Njayy keren :v di tunggu lanjutannya min :v

    BalasHapus
  2. Ok. Follow akun twitter gue, biar tau apdetan terbarunya. @lueth119

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Sabar yah. Lagi sibuk ospek kuliah nih. Banyak tugas :v

      Hapus