Psycho Path(2)


Hallo sahabat KSJ48. Maaf yang lagi nunggu series majessty119 kepending dulu. Mood gue tiba-tiba ilang waktu liat twit Andela yang katanya bukan member JKT48 lagi. Nyesek banget. Kalian yang merasa dirinya Andelaice pasti merasakan hal yang sama. Eh. Kok malah curhat yah? Sorry2, dilewat langsung kecerita juga gak apa-apa kok. Gw juga aneh kok malah dapet feel nerusin mini series ini yah? Haha. Happy Reading :v
Ve POV
Aku masih mengurung diri dikamarku, mataku seolah flashback ke hari dimana aku melihat fansku tergeletak bersimbah darah dibagian kepalanya.
Memang itu bukan salahku, tapi tetap saja aku merasa kasian padanya. Siapa yang tega-teganya membunuh orang yang tak berdosa itu?
Kejadian itu memberi trauma yang sampai sekarang masih terasa. Padahal sudah beberapa hari setelah handshake event. Tapi tetap saja, kepala yang berlubang mengeluarkan darah masih tergambar jelas diotakku.
Tok...tok...tok
"Siapa?" teriakku. Sebenarnya aku tak ingin diganggu oleh siapapun, aku ingin menenangkan diri seorang saja dikamarku.
CKREEEETT
"Kinal?" Ternyata Kinal yang bertamu ke rumahku. Aku harap dia dapat membantuku melupakan kejadian itu.
"Ve, kamu kenapa gak balas sms aku, telpon gak diangkat." Kinal lalu menutup pintu kembali, berjalan menghampiriku, dan duduk dipinggiran kasur tepat dihadapanku.
"Maaf nal. Dari kemarin aku gak pegang Hp. Hp aku mati," ucapku berdalih.
"Kamu masih trauma yah?" Dia memang temanku yang paling mengerti akan keadaanku.
"Ya nal. Aku gak habis pikir aja, ada orang yang dibunuh waktu handshake sama aku," balasku. Mataku mulai berbinar, mungkin karena aku sangat menyayangi para fansku.
"Udah, jangan nangis donk. Nanti cantiknya ilang," gombal Kinal.
"Ih, Kinal apaan sih?" Aku kan lagi sedih, masa digombalin.
"Canda doang kok. Kamu jangan terus sedih Ve. Mungkin itu sudah takdir Tuhan. Yang bisa kamu lakukan sekarang itu berdoa agar fans kamu tenang dialam sana, dan semoga pelakunya bisa cepat-cepat ditangkap polisi." Gak salah aku pilih sahabat. Dia memang selalu ada disaat aku senang maupun sedih.
Aku hanya tertegun diam, mendengar ucapan Kinal. Aku tak berniat menyangkal omongannya.
"Udah yah, jangan nangis. Bidadarikuwh~," ucap Kinal, tangannya menyeka air mata yang turun dari kelopaknya.
Aku langsung memeluk Kinal, sebagai tanda terima kasih atas semua sarannya. Aku berjanji tak akan mengingat-ingat lagi kejadian tersebut.
"Makasih yah nal. Kamu emang the best deh," ucapku sambil memeluk erat sahabatku ini.
"Iya, apa sih yang enggak buat kamu," balasnya. Mungkin sekarang dia sedang tersenyum.
*~~~*
Saat sedang mengikuti latihan di theater, panggilan alam memanggilku. Segera aku berlari menuju toilet umum yang berada dimall fx itu.
Aku masuk ke sebuah bilik dengan kloset duduk didalamnya. Baru saja aku ingin melorotkan celanaku, aku mendengar suara gaduh diluar sana.
BRUG....BRAKK
Lantas aku batalkan niatanku itu. Aku merasa ada yang tidak beres. Kucoba intip keadaan diluar dari celah pintu, kecil namun cukup untuk melihat keluar.
Sekilas, aku melihat ada dua orang lelaki? Sedang apa mereka ditoilet perempuan?
"Lo mau cari gara-gara sama gue?" Aku mendengar suara lelaki melengking tinggi.
"Heuheuhahaahahaha." Lalu aku mendengar suara tawa lelaki yang membuat bulu kudukku berdiri, seram sekali suara lelaki itu pikirku.
Aku mencoba mencari tau apa yang terjadi, melihat dari celah pintu yang teramat kecil.
BUGH...DUAGG..DUAAKKK......
Sepertinya mereka sedang berkelahi, terdengar suara pukulan demi pukulan dari luar sana.
Jantungku berdetak lebih cepat, nafasku tersengga. Keringat dingin mulai bercucuran. Aku takut menjadi korban dari perkelahian mereka. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan? Berkelahi ditoilet wanita.
BRAAKKK
Pintu yang berada didepanku, terhentak, seperti ditabrak oleh sesuatu. Kembali telingaku menangkap suara tawa yang membuatku bergidik.
"Heuheuhahahahahaha."
"Arrrrrghhh." Sepertinya lelaki yang memiliki tawa jahat itu sedang mencengkik lelaki yang satunya lagi, dan menyenderkan tubuh lelaki itu ke pintu. Terdengar dari suara pekikannya.
BRUGGH
Tubuhku merasakan getaran dari bawah yang cukup keras. Mungkin lelaki yang dicekik itu dibantingkan keatas lantai oleh lelaki yang satunya lagi.
Aku menutup mulut dengan kedua tanganku, mataku terbelalak, seolah ingin keluar dari kelopaknya, saat melihat darah segar mengalir masuk ke dalam bilikku. Ingin rasanya aku berjerit sekeras-kerasnya. Tapi aku takut ketauan.
"Please, jangan bunuh gue," Aku mendengar suara lelaki memohon, begitu pelan dan lemah, mungkin dia yang mengeluarkan darah tersebut.
"Heuheuhahahahaha,"
"Gw bakal terus maen sampe nafsu gw ilang, sampe maenan gue rusak,"
BRAKK....BRUKKK...BRAGG...BRUKK
Aku mulai menutupi kedua telingaku, air mataku sudah mengalir, namun aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara tangisan. Ku tutup mataku rapat-rapat. Ketakutan melanda diriku. Aku tak ingin mengetahui apa yang terjadi diluar sana.
ZRSSSSSHHH
Suara air yang keluar dari sebuah keran, mengakhiri rentetan suara benturan-benturan yang tadi aku dengar.
Keinginanku untuk buang air besar sudah sirna. Hening. Hanya suara keran yang bergema keras di toilet.
Ku kumpulkan kembali keberanian, ku tarik nafas dalam-dalam dan ku hembuskan kembali ke udara. Aku menghapus sisa-sisa air mata yang berbekas dipipi.
Perlahan, aku memegang daun pintu, lalu membukanya secara hati-hati.
"KYAAAAAAAAA~."
Aku berteriak sekencang-kencangnya sambil menutup mataku.
Sekilas tadi aku melihat kepala lelaki itu diatas wastafel dengan wajah yang dipenuh darah. Air yang mengalir keras diatasnya menbuat darah membanjiri toilet wanita.
Kejadian ini membuatku shock, kepalaku mulai pusing, perlahan diriku mulai kehilangan keseimbangan. Dan...
BRUG.....
*~~~*
Kesadaranku mulai kembali kudapatkan. Terdengar suara orang yang sedang mengobrol, ada juga suara hentakan kaki.
Kucoba untuk membuka mataku, aku melihat langit-langit ruangan berwarna putih mulus. Kualihkan pandangan kedepan, dan kulihat ada kak Melody, Kinal, Shania, Beby, dan Ghaida, sedang duduk tak jauh dari ranjang yang menopang tubuhku. Kulihat raut mereka teramat cemas.
"Kinal," ucapku. Suaraku begitu lemah.
"Ve,"
Ku dengar suara beberapa langkah kaki mendekatiku. "Kak Ve udah sadar?" tanya Shania.
Aku mengangguk pelan, "Aku ada dimana?"
"Kamu ada di rumah sakit Ve, petugas keamanan menemukan kamu bersimbah darah ditoilet," jawab kak Melody.
"Tapi tenang aja, kak Ve gak apa-apa kok. Darah itu keluar dari tubuh lelaki yang ada ditoilet bersama kak Ve," sambung Beby.
Otakku mulai mereview kembali kejadian ditoilet. Kembali, rasa takut melanda diriku, tergambar jelas dari wajahku.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ghaida. Aku bingung harus menjelaskan darimana. Ditambah rasa takut ini membuatku susah untuk berbicara.
"Aku juga bingung harus cerita darimana," jawabku.
"Tenang Ve. Nih, kamu minum dulu biar kamu lebih relaks," ucap Kinal sambil memberikan segelas air putih kepadaku.
Aku merubah posisiku, menjadi duduk, dengan setengah badan masih dalam posisi tidur.
Ku teguk air putih itu. Itu cukup membantu menenangkan kembali diriku.
"Jadi gini ceritanya. Waktu aku ke toliet, tiba-tiba ada dua orang lelaki masuk ke toilet wanita. Mereka terus berkelahi, sampai satu lelaki itu mati bersimbah darah di wastafel. Waktu aku ngeliat mayat itu aku langsung pingsan," ucapku.
"Houhh. Terus lelaki yang satunya lagi kemana?" tanya teh Melody.
Aku menggelengkan kepalaku, "Aku gak tau kak Mel. Waktu aku keluar lelaki yang satunya lagi udah gak ada."
"Mulai dari sekarang, kalian semua harus berhati-hati. Kalo kemana-mana harus ada yang menemani. Takutnya ada apa-apa," ucap kak Melody.
"Iya kak, aku juga denger dari berita. Ada orang yang membunuh tiga orang lelaki dipinggir jalan. Tubuh mereka sangat mengenaskan waktu ditemukan polisi," ucap Beby.
"Iya beb. Aku juga denger berita itu, katanya tiga lekaki itu pake baju merah JKT48," sambung Shania.
"Kayaknya orang yang ngebunuh tiga lelaki itu sama dengan orangnya membunuh fans aku," balasku. Entah darimana aku menyimpulkan seperti itu.
"Biarkanlah polisi yang mengurusnya. Yang penting, sekarang kita harus lebih hati-hati," ucap Ghaida.
"Iya. Kamu juga harus beristirahat Ve," sambung Kinal.
Akhirnya aku membali terlelap, ditemani teman-temanku yang sekaligus rekan kerja di JKT48.
*~~~*
Aku memang tak terluka sama sekali, aku hanya shock lalu pingsan. Membuat waktu perawatanku dirumah sakit tidaklah lama.
Keesokan harinya aku bisa kembali beraktivitas seperti biasanya. Dan aku sudah melupakan kejadian di toilet itu. Aku tak ingin hidup dengan bayang-bayang ketakutan dimasa lalu.
Aku dipanggil pihak pengadilan sebagai saksi atas kejadian pembunuhan tersebut. Aku menceritakan apa yang aku ketahui tanpa berbohong. Jaksa pun mempercayai apa yang keluar dari mulutku. Masalah pun selesai.
Aku bersama member lain, diberi kesempatan oleh JOT untuk lebih dekat lagi dengan fans dalam event OFC chess event.
Aku sangat senang bercampur bingung. Senangnya, aku bisa kembali berinteraksi bersama fansku. Bingungnya aku tak terlalu bisa bermain catur.
Member yang mengikuti event OFC itu adalah semua member tim J. Semua member mempunyai jalur dan sesi tersendiri.
Aku kebagian sesi 1 jalur 3. Dan disebelahku ada Kinal. Yeay. Sebelahan sama sahabat aku.
*~~~*
Hari dimana event itu berlangsung telah tiba. Aku sudah didepan meja yang diatasnya ada papan catur.
Kulihat para fansku sudah mengantri bermain catur denganku.
Satu persatu anggota OFC itu melayaniku bermain catur. Aku sempat menang dan sempat kalah juga. Tapi kebanyakannya kalah sih, mereka mainnya pada jago-jago.
"Yeay, aku menang. Kak Ve kalah," ucap seorang fans yang berhasil mengungguliku.
"Wah kamu hebat. Selamat yah." Ku tambahkan dengan senyuman termanis, agar fansku ini senang.
"Makasih yah kak Ve. Aku senang bisa main catur bareng kak Ve," ucapnya sambil beranjak dari duduknya, karena gilirannya sudah habis.
"Iyaa, kak Ve juga senang. Ikut event OFC selanjutnya yah. Dadah~." Aku melambaikan tangan mengiri kepergiannya.
Tak terasa aku akan bermain catur dengan fans terakhirku yang mengikuti event hari ini.
"Hallo~," sapaku.
"Hallo juga," balasnya.
Dia duduk dikursi, tepat didepanku. Kami pun memulai permainan catur kami.
"Kak Ve. Kemarin aku nonton kakak theateran lho," ucapnya sambil memindahkan bidaknya maju satu petak.
"Wah, makasih yah. Udah nonton. Kak Ve seneng banget," balasku.
"Kak Ve liat aku gak?" tanya lelaki itu.
Hmm, aku mencoba mengingat-ingat kembali wajah lelaki itu, namun hasilnya nihil. Terlalu banyak fans yang saat itu datang ke theater.
"Maaf, kak Ve gak liat. Emang kamu duduk di row berapa?" tanyaku. Kalau duduk dirow paling depan pasti aku bakalan masih inget.
"Paling belakang," jawabnya datar. Ia lalu memajukan pionnya dan memakan kuda milikku.
"Pantesan. Nanti kalau ke theater lagi, kak Ve doain deh. Biar bingo kamu dapet row 1," ucapku.
Aneh. Fans-fansku sebelumnya terlihat sangat senang dan bersemangat saat bermain catur denganku. Tapi dia kok beda yah? Wajahnya begitu datar, aku tak merasakan kegembiraan yang ia pancarkan.
Hatiku tergelitik untuk menanyakan namanya, "Nama kamu siapa?"
"Panggil aja aku L kak," jawabnya.
"L. Nama yang bagus, simple lagi," komentarku.
Permainan pun usai. Kembali aku menelan kekalahan. Fans-fansku memang jago-jago main caturnya.
"Terima kasih, sudah berpartisipasi di event hari ini. Kak Ve tunggu di event selanjutnya yah," ucapku.
L, lelaki itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya kearahku lalu berbisik, "Sebelum itu, aku pengen kak Ve ikut dalam permainanku. Aku gak akan berhenti sampe nafsuku ilang."
DEGG
Aku terperangah kaget. Petugas yang berada disampingku, berusaha untuk menjauhkan lelaki itu dari wajahku.
Aku melihat lelaki itu berjalan menjauhiku, sekilas kulihat dia melihatku sambil mengedipkan satu matanya.
Entah kenapa, suaranya saat dia berbisik sama dengan suara lelaki yang berada di toilet saat itu. Lelaki yang memiliki tawa yang sangat menyeramkan.
Aku tak boleh berburuk sangka kepada fansku sendiri. Bisa jadi itu hanya kebetulan semata. Suara L sama dengan lelaki itu. Aku tidak boleh parno.
#ToBeContinued