Hantu Amnesia Part 2


Halllo sahabat KSJ48. Lanjut part 2 nih. Happy Reading :v
Ketika duduk di bangkunya, Luthfi melihat sekelilingnya. Tampak semua teman sekelasnya sedang bercanda gurau.
Dari raut muka, mereka terlihat senang tanpa ada masalah. Sementara itu Luthfi hanya diam, tidak ada niatan untuk bercanda atau sekedar berbicara biasa. Dari kelas 1, dia tidak punya teman dekat sama sekali.
“eh, shan. Pulang sekolah kita ke mall yuk” ajak Nabilah.
“Ayo, kebetulan hari ini ada diskon besar – besaran” balas Shania.
“gw ikut yah, boring nih di rumah mulu” ucap Beby.
“Oke”
Shopping, apa hanya itu yang bisa dilakukan oleh para cewek ?. Pulang sekolah mereka pergi ke mall kemudian menghamburkan uang yang diberi orang tuanya. Itulah pendapat Luthfi tentang cewek zaman sekarang.
Tongtengteng….tongteng
Setelah bunyi bel terdengar, guru pertama masuk ke kelas. Dia mulai mengabsen muridnya sampai nama Luthfi disebut.
“Luthfi Wahyudi”
“Hadir Bu”
“Kemarin kamu kemana bolos 5 hari ?”
“Saya kurang enak badan bu”
“Oh begitu, untuk kedepannya kalau kamu sakit, minimal hubungi temanmu”
“Baik bu”
Pelajaran dimulai, materi demi materi disampaikan oleh guru itu. Luthfi memasang tampang memperhatikan, padahal pikirannya sedang memikirkan kata terakhir yang diucapkan gurunya.
'Teman' sepatah kata yang penuh arti. Teman adalah orang yang tidak memandang kita dari luar, menerima kekurangan dan kelebihan kita, dan selalu ada saat kita senang maupun susah. Namun entah kenapa, sulit baginya untuk membuka diri untuk sekedar berkenalan dengan teman baru, seakan ada bekas luka yang mendalam.
Di kelas Luthfi dikenal sebagai cowok pendiam, jarang bergaul, tidak banyak bicara, tapi dalam pelajaran dia termasuk murid yang cerdas.
*~~~*
“yas, kamu mau ke kantin ?” tanya Shania.
“Iya” balas Tyas.
“Aku nitip minum donk” ucap Shania.
“Yaudah mana uangnya” balas Tyas.
“Aku juga donk…”
“Aku nitip ini donk…”
“Aku nitip itu donk…”
Setelah Shania banyak cewek yang menitip makanan ataupun minuman kepada Tyas. Luthfi juga merasa heran dengan teman sekelasnya itu. Meskipun Luthfi tidak bergaul dengan teman sekelasnya, terkadang dia memperhatikan kelakukan temannya.
Tyas Septyan seorang cowok yang lugu, dia tipe orang yang penurut. Saking penurutnya banyak temen ceweknya yang suka memerintahnya. Ketika jam istirahat berlangsung pasti Tyas akan sibuk dengan titipan pesanan, yang nitip inilah itulah. Cewek yang sering memerintahnya yang terkadang suka mengerjainya adalah Shania cs.
Shania terkenal dengan kemewahannya. Yap dia adalah anak dari pengusaha sukses. Berangkat sekolah saja dia diantar menggunakan mobil BMW milik papahnya.
Dengan parasnya yang cantik, membuat setiap cowok di kelas ingin sekali menjadi pacarnya. Luthfi pernah mendengar, apabila seorang cowok yang melihat kedipan mata Shania, cowok itu akan langsung klepek – klepek dan jatuh pingsan. Menurutnya sih berlebihan, dia adalah satu–satunya cowok yang sama sekali tidak tertarik dengan sosok cewek cantik itu.
Luthfi memang tidak pernah mengerti cinta. Itu wajar – wajar saja, semenjak hidupnya dia belum pernah berpacaran. “Buat apa pacaran nanti juga ujung – ujungnya putus juga ?” itulah tanggapan Luthfi mengenai cinta. Dia berpendapat tidak ada cinta sejati, apalagi yang namanya cinta abadi. Apanya yang abadi ?, cinta mereka pasti dipisahkan. Entah itu oleh orang ketiga, oleh jarak, oleh waktu, oleh kematian, dan mungkin bisa rusak oleh sahabat sendiri.
Setelah kembali dari kantin, Tyas membagikan pesanan teman–temannya. Luthfi yang sedari tadi cuman duduk sambil memakan beberapa bungkus roti hanya mengamati temannya itu.
“Kamu itu orangnya pendiam yah ?” ucap Andela yang tiba – tiba muncul dihadapan Luthfi.
“uwaaa….Omaee ?” balas Luthfi setengah berteriak. *Elo ?
Luthfi otomatis menjadi pusat perhatian, seluruh kawannya melihat kearah Luthfi.
“Luthfi…tadi kamu bilang apa ?” ucap Shania heran melihat Luthfi.
“eh, nggak kok. nggak bilang apa-apa” Luthfi mengelak.
“lo kenapa ada disini ?” kali ini Luthfi berbisik agar temannya tidak mendengar perkataannya.
“Aku bosen dirumah terus. Jadi aku ikutin kamu kesini deh”
“Ckck, terserah lo deh” Andela melihat satu demi satu murid yang ada di kelas itu, dia memperhatikan setiap wajah teman Luthfi tersebut. Ada yang sedang tertawa, ada juga yang hanya diam menatap buku yang dipegangnya.
“nee…dia namanya siapa ?” tanya Andela.
“Namanya Tyas” balas Luthfi yang sedang bermain game di Hpnya.
“Keliatannya dia punya banyak masalah deh”
“Sotoy banget sih lo. liat aja mukanya selalu gembira gitu”
“Iya sih, tapi….”
Tongtengteng….tongteng
"dah…dah gw mau belajar. Awas lo kalo ganggu gw”
Para murid kembali ke bangku masing – masing. Satu demi satu guru masuk dan keluar kelas sampai jam terakhir pun selesai.
“yas, ikut gw bentar” ucap Shania sambil menarik tangan tyas yang diikuti Beby dan Nabilah.
“eee..ee…iya bentar sakit tau ditarik  - tarik” balas Tyas.
“Banyak alasan lo” ucap Nabilah.
Tyas ditarik keluar kelas oleh Shania cs, Luthfi yang melihat hanya diam tak peduli mau diapakan cowok itu.
“ne…itu Tyas mau diapain ya ?” tanya Andela.
“Shiranaiyoo…Sore wa ore no kankenai” jawab Luthfi sambil pergi meninggalkan kelas. *Tidak tau….itu bukan urusan gw.
“eee…chotto matte” ucap Andela. *Tunggu dulu.
Luthfi menelusuri koridor sekolah, dia berjalan sambil memakai earphone di telinganya. Sedangkan di parkiran sekolah terlihat ada 3 cewek yang sedang mengintrogasi 1 cowok.
“ada apaan sih kalian tarik – tarik gw kesini ?” tanya Tyas.
“yas, sekarang lo temenin kita belanja ke mall” jawab Beby.
“Ke mall ?”
“Yap ke mall, lo bawain barang-barang kita ntar” ucap Shania.
“Tapi gw nggak bisa, gw ada tugas”
“aaahh, nggak ada tapi – tapian. lo mau foto ini kita sebarin ?” tanya Nabilah sambil menunjukan sebuah foto di HPnya.
“Itu kan….”
“hahahaha, iya ini foto lo yang kita kerjain kemaren” ucap Nabilah.
“Jangan …”
“Iya gw nggak akan sebarin foto ini. Asalkan lo mau jadi babu kita satu hari penuh” ucap Nabilah.
Setelah itu, mereka berempat pergi ke mall terdekat menggunakan mobil pribadi Shania. Disana mereka mulai kocar – kacir memburu pakaian yang didiskon besar itu.
“Yas pegangin nih”
“Yas pegangin donk”
Sesudah menemukan barang yang cocok mereka akan melemparkannya ke Tyas. Tyas dengan sigap menerima pakaian itu dan memegangnya.
3 jam berlalu, puas berbelanja sekarang Tyas harus berjibaku dengan sekumpulan tas yang harus ia pegang. Ketika menuruni tangga menuju parkiran, Tyas terjatuh karena salah berpijak, otomatis semua tas yang ia bawa beserakan diatas tangga itu.
“Tyasss” teriak Shania.
“lo pegang tas aja nggak becus” ucap Nabilah.
“maaf – maaf aku nggak sengaja” balas Tyas.
“Gimana kalo pakaian gw rusak ? lo mau ganti ?” tanya Beby.
“…………”
Tyas hanya terdiam sambil memungut kembali tas yang berserakan itu.
“Makanya yang bener donk” ucap Shania dengan nada marah.
Anehnya, suasana di mall itu sedikit sepi. Setelah mengambil kembali tas yang terjatuh itu, mereka bergegas menuju mobil Shania. Di dalam mobil Shania masih kesal dengan kejadian tadi, dia terus mengomel sambil menyetir. Tyas hanya menganggukan kepalanya sambil sesekali mengucapkan maaf.
*~~~*
“nee..Luthfi…Apa kamu nggak bosen di rumah terus ?” tanya Andela.
“Nggak, emang kenapa sih” jawab Luthfi yang sedang bermain game di Hpnya.
“kamu nggak mau gitu pergi maen sama temen sekelasmu ?”
“aahh, males gw. Lagian gw nggak punya temen di sekolah”
“iyaiyalah, kamu orangnya tertutup banget” ledek Andela.
“lo tuh yah…berisik banget tau gak” ucap Luthfi dengan nada kesal.
“hehe, gomen”
Hari dengan cepat berganti, kini Andela selalu mengikuti Luthfi kemana pun ia pergi, entah itu ke dapur, ke sekolah.
Saat menunggu bus, di halte. Luthfi melihat orang-orang menatap kearahnya dengan tatapan aneh. Mungkin mereka merasa aneh karena Luthfi ngomong sendiri.
“Ni anak gila kali yah ?” bisik seseorang di halte bus.
Tapi Luthfi dengan dinginnya, menghiraukan ocehan orang lain. Seperti biasa, setibanya di kelas Luthfi hanya diam sambil mendengarkan lagu melalui earphonenya. Dia melihat Tyas yang sedang mengobrol dengan Shania cs. Shania cs mengobrol sambil tertawa lepas, sedangkan Tyas terlihat sedikit tertekan tak tau kenapa.
Disisi lain terlihat Kinal cs sedang asyik mengobrol.
“eh je, tugas kimia yang minggu lalu lo udah beres belum ?” tanya Kinal.
“Hmm, belum nih” jawab Jeje.
“gw juga belum nih nal” ucap Dhike.
“Hmm, gimana kalo kita kerjain bareng di rumah gw ?” ajak Kinal.
“Kapan ?” tanya Dhike.
“Hmm, Hari Sabtu deh” jawab Kinal.
“Ide bagus tuh. lo ay mau ikut nggak ?” tanya Jeje.
Alih – alih dijawab, Ayana sudah tertidur pulas.
“Jyah, nih anak pagi-pagi udah tidur aja” ledek Dhike.
Kinal mendekatkan mulutnya ke telinga Ayana sambil berkata “Kebakaran”
“ha..kebakaran…dimana ?” ucap Ayana yang terbangun dari tidurnya.
“hahahahaha” sontak ketiga temannya itu tertawa.
“yah, kalian ngerjain gw” ucap Ayana.
“hehe, abisnya lo sih. Baru juga jam 7 udah maen tidur aja” ledek Jeje.
“Abisnya ngantuk” balas Ayana.
“lo mau ikut kita ngerjain tugas kimia nggak ?” ajak Kinal.
“Iya-iya gw ikut” jawab Ayana sambil kembali tidur di mejanya.
“Jiah nih anak tidur lagi” ucap Dhike. Obrolan mereka terhenti ketika, guru matematika masuk ke kelas.
#ToBeContinued