Majessty119 Chapter 11 : Diatas Awan

Hallo sahabat KSJ48. Update lagi nih, yang penasaran gimana latihan Tyas bareng kak Ve diatas awan, monggo dibaca. Happy Reading :v

"Wew, kak Ve hebat. Ajarin aku donk kak" ucap Tyas.

"Kamu hanya perlu berdelusi yas. Itu saja. Semua teknik setiap elemen pada dasarnya menggunakan delusi kita. Kita hanya dibatasi oleh besar kecilnya stamina" balas Ve.

"Baiklah kak, aku akan coba bikin pisau angin di tanganku" ucap Tyas. Ia lalu berkonsentrasi, perlahan namun pasti, tangan Tyas mengeluarkan angin yang berputar-putar membentuk sebuah pisau yang agak bulat menutupi tangannya.

"Waw. Gimana kak ? Keren gak ?" tanya Tyas menyombongkan diri. Dalam sekali percobaan dia bisa langsung membuat pisau angin.

"Hebat yas. Dalam sekali percobaan, kamu langsung bisa" puji Ve.

"Kak Ve aku punya satu permintaan" ucap Tyas.

"Apa yas ?" tanya Ve.

"Aku pengen ngetes sekuat apa kekuatanku" jawab Tyas sambil menerjang Ve yang keberadaannya tak jauh darinya.

Ia mengayunkan pisau anginnya kearah Ve. Namun dengan cepat, seniornya itu menahan serangan Tyas dengan pisau angin miliknya.

"Kalau ini kemauanmu, akan aku layani" ucap Ve.

Ve hanya diam, dia memasang kuda-kuda, tangannya sudah bersiap menerima serangan kedua Tyas.

Tyas tersenyum puas melihat Ve yang sudi melayaninya. Dia kembali menyerang Ve secara brutal. Gerakannya begitu cepat menggerakan pisau angin yang berada di tangan kanannya.

Namun gerak reflek Ve masih lebih cepat daripada gerakan Tyas. Ia dengan mudah menangkis setiap serangan yang dilancarkan Tyas dengan satu tangan. Wajahnya begitu santai, tanpa menunjukan kepanikan sedikit pun.

Stamina Tyas terkuras, setelah menyerang Ve secara membabi buta. Ia mundur menjauh dari Ve. Dari gerak-geriknya ia begitu kelelahan.

"Ada apa yas ? Apa kemampuanmu hanya segini ?" ledek Ve. Ia ingin juniornya lebih kuat lagi.

Tyas tak membalas ucapan Ve. Sepertinya ia sedang mengistirahatkan tubuhnya, berusaha memulihkan staminanya.

DDSSHSHSH

Entah stamina darimana, Tyas mengeluarkan kembali pisau angin ditangan kirinya. Alhasil dia memiliki dua pisau angin di kedua tangannya. Tatapannya begitu serius, sepertinya ia ingin sekali mengalahkan Ve.

Ve tersenyum puas melihat juniornya yang masih belum menyerah. Dia melihat Tyas kembali berlari kearahnya, kali ini serangannya bertambah cepat dua kali lipat ditambah dengan satu pisau angin ditangan kirinya.

Tampaknya Tyas masih belum tandingan Ve. Ia terus menangkis setiap serangan Tyas. Raut muka kesal terpampang jelas diwajah Tyas. Ia berusaha mempercepat laju serangannya.

"Aku mau tes, apa dia bisa nahan seranganku" gumam Ve.

Ve memukul kedua tangan Tyas menggunakan pisau angin yang ada ditangannya. Serangan itu membuat pertahanan Tyas terbuka lebar. Ve memukul dada Tyas menggunakan tangan kirinya dengan bantuan angin yang keluar dari sikunya.

Duagg

Tyas terpental cukup jauh, ia meringis kesakitan. Dia menerima pukulan Ve mentah-mentah tanpa pertahanan apapun.

"Awwww" erang Tyas, ia memegang bagian dadanya yang terkena pukulan Ve.

Ve mulai panik, sepertinya pukulan yang ia lancarkan terlalu kuat. Dia bergegas menghampiri Tyas.

"Maaf yas, sakit yah" ucap Ve panik, ia duduk disebelah Tyas.

"Mantep dah kak Ve. Pukulannya sakit banget. Ajarin aku yah" balas Tyas, ia mulai bangkit dan duduk disamping Ve.

"Tapi kamu gak apa-apa kan ?" tanya Ve mencoba memastikan keadaan Tyas.

"Nggak kok kak. Aku gak apa-apa" jawab Tyas, ia mencoba menutupi rasa sakit yang sebenarnya masih terasa.

"Yakin ?" tanya Ve, ia seolah tak percaya.

"Iya. Ajarin aku teknik yang tadi donk kak" jawab Tyas. Tyas memang seorang anak yang selalu ingin belajar sesuatu yang baru.

"Baiklah. Kakak suka semangat kamu yas" ucap Ve, ia kembali berdiri diikuti Tyas.

"Pukulan kakak tadi memanfaatkan elemen angin, pukulan kak Ve diperkuat oleh dorongan angin" sambung Ve.

"Oh-oh, iya aku tau. Intinya cuman berdelusi lagi kan kak ?" tanya Tyas.

"Iya kamu benar. Tapi kuat lemahnya pukulan kamu tergantung oleh kekuatan fisik kamu" jawab Ve.

"Katanya didelusination cuman delusi sama stamina" ucap Tyas, heran.

"Iya, emang disini kamu harus kuat stamina sama harus bisa berdelusi. Tapi kalo seranganmu ingin lebih kuat kamu juga harus melatih kekuatan fisik kamu sama kecepatanmu" balas Ve.

"Oh-oh, gitu" ucap Tyas, sekarang ia mengerti betul apa yang dikatakan Ve.

Ve menutup matanya, dan tiba-tiba datang sebuah batu besar dihadapan mereka berdua.

"Wah, teknik apaan lagi nih ?" tanya Tyas kaget, belum saja ia mempelajari teknik pukulan tadi, Ve sudah menunjukan teknik baru.

"Tadi kak Ve cuman buat batu besar itu dari delusi" jawab Ve.

"Berarti aku bisa buat apa aja sama delusi donk kak ?" tanya Tyas.

"Bisa aja, tapi semakin sulit dan banyak benda yang ingin kamu ciptakan, maka semakin besar stamina yang kamu gunakan" jawab Ve.

"Houhh. Berarti Imaginary bertipe pencipta, staminanya besar yah kak" ucap Tyas.

"Ya, begitulah. Coba kamu hancurkan batu itu yas"

"Wah, batu yang kayak gini mah gampang kak" ucap Tyas dengan PD nya. Dia sudah berancang-ancang akan memukul batu tersebut.

"Keluarin semua kekuatan fisik kamu sambil berdelusi. Batu sebesar apapun, bisa kamu hancurkan" ucap Ve.

HYAAT

BRUAKK....BRUAKK...BRUAKK

Batu sebesar kulkas itu berhasil dihancurkan Tyas pada pukulan ketiga. Cucuran darah keluar dari tangan Tyas.

"Tyas, sebaiknya kamu jangan memaksakan diri kamu, kamu bisa melukai diri kamu sendiri" ucap Ve, ia tak suka melihat Tyas memaksakan dirinya yang ingin menghancurkan batu itu.

"Haha, luka kayak gini mah, gak sakit kak" balas Tyas.

"Yakin ?" tanya Ve, kembali ia tak percaya apa yang dikatakan Tyas.

"Sakit dikit sih kak" jawab Tyas, wajahnya menunjukan tangannya sedang kesakitan, efek dari memukul batu tersebut memberikan luka yang cukup parah.

Kak Ve mengeluarkan sebuah botol kecil yang berisi air berwarna pink dari saku celananya.

"Sini, biar kak Ve obatin" ucap Ve. Ia membuka tutup botol tersebut, dan menumpahkan air tersebut ke tangan Tyas yang terluka.

"Itu, air apaan kak ?" tanya Tyas saat tangannya terkena air berwarna pink itu.

"Ini air yang bisa nyembuhin berbagai macam luka ringan atau lebih dikenal dengan nama potion. Tadi kakak dikasih kak Yona, jaga-jaga kalau ada junior yang terluka" jawab Ve.

Cairan itu mulai bereaksi, seketika luka yang ada ditangan Tyas lenyap, dan keadaannya kembali ke sedia kala.

"Hebat banget kak Yona bisa bikin potion" puji Tyas, dia terkesima akan kinerja potion yang dibuat Yona.

"Haha, namanya juga healer. Nanti di tim kamu juga bakal ada healernya kok" balas Ve diiringi dengan senyuman.

"Siapa yah, kira-kira yang cocok jadi healer" ucap Tyas, otaknya menerawang siapa kira-kira dari kedelapan temannya yang akan menjadi healer.

"Kalo menurut kakak sih, Andela. Dia kan dilatih sama kak Yona" balas Ve.

"Iya juga sih"

"Mau lanjut latihannya lagi gak ?" tanya Ve.

"Yaiyalah" jawab Tyas dengan yakinnya.

Ve mengambil jarak dengan Tyas, ia berjalan menjauhi Tyas. Ia langsung membuat beberapa bongkahan batu besar sebesar monitor tabung komputer. Batu-batu itu dikendalikan Ve mengapung diatas udara, seolah siap menghantam apapun sesuai perintahnya.

"Yas, kak Ve punya satu lagi potion dari kak Yona. Kakak pengen liat sejauh mana kemampuan fisik dan staminamu. Kakak pengen kamu menghancurkan bongkahan batu ini dengan tanganmu. Gunakanlah semua teknik yang kamu bisa" jelas Ve.

"Ok, siapa takut" balas Tyas, ia sangat percaya diri. Dari sorot matanya tak terlihat Tyas sedang ketakutan.

"Baiklah. Ayo kita mulai" ucap Ve.

Tangannya memberi isyarat, yang membuat 2 bongkahan batu itu melayang kearah Tyas dengan kecepatan tinggi.

"Gw mau tes, setajam apa sih pisau angin ini" ucap Tyas dalam hatinya.

SYUING....SYUING

SEREEEET.....SEREEEEET

Dua bongkahan batu itu terbelah dua oleh pisau angin yang dimiliki Tyas.

"Wew, tajem juga ni pisau" ucap Tyas, ia bangga bisa membelah bongkahan batu yang tadi menerjangnya.

Tyas lengah, ia tak menyadari ada bongkahan batu ketiga yang datang. Untung saja ia masih bisa menghancurkan batu tersebut.

SYUING....

BHUARK

Ve terus melancarkan serangan beruba bongkahan batu yang melayang kearah Tyas. Lelaki ini cukup tangguh, ia bisa menghancurkan semua bongkahan batu yang datang, dengan pisau angin, dan terkadang ia menggunakan pukulan tangan yang memanfaatkan tenaga angin.

"Kayaknya doa cocok dijadiin barisan depan" gumam Ve.

Tyas sudah menghancurkan 48 bongkahan batu, angka yang cukup fantastis.

"Waw. Tyas kuat juga, tapi kayaknya dia gak bakalan bisa nahan seranganku yang ini" gumam Ve. Ia melihat Tyas yang sudah kelelahan. Nafasnya terlihat begitu berat.

SYUING..

Benar saja, Tyas sudah tak bergerak. Sepertinya staminanya sudah habis. Ia bahkan tak menghindar dari serangan Ve. Ia malah memejamkan matanya seolah rela menerima serangan Ve mentah-mentah.

SYEEEETT

Ve menghentikan laju batu tersebut, ia tak ingin melukai juniornya lebih parah lagi.

Tyas merasa aneh, batu itu seolah berhenti menyerangnya, dan saat ia membuka matanya tampak bongkahan batu itu sedang mengapung bebas diudara tepat didepan matanya.

Ve kemudian, melemparkan batu itu kearah lain. Dan ia menghampiri Tyas yang tangannya kembali terluka.

Tyas terduduk lesu, nampaknya ia sedang kelelahan. Darah segar kembali bercucuran ditangan Tyas.

"Wew. Cape juga latihan kek beginian, tapi seru sih" gumam Tyas dalam hatinya.

"Yas, coba kak Ve liat tanganmu" ucap Ve. Ia memeriksa dan melihat luka yang diakibatkan latihan tadi.

"Aww" erang Tyas saat Ve mencoba menyentuh lukanya.

"Kayaknya ada tanganku patah kak" ucap Tyas, ia merasakan tulangnya bergeser tidak pada posisinya.

"Tenang aja yas, pasti sembuh kok" balas Ve.

Ia kembali mengobati Tyas dengan cara yang sama. Alhasil tangan Tyas kembali seperti semula.

"Emang hebat potion yang dibuat kak Yona, bisa menyembuhkan segala luka" ucap Tyas berdecak kagum atas potion yang dibuat Yona.

"Tapi potion ini cuman bisa mengobati luka ringan aja yas. Kalo luka-luka berat harus ditangani langsung sama healer, apalagi luka organ dalam" balas Ve.

"Houuh, begitu. Aku juga mau tanya kak, gimana caranya waktu kita nyerang sesuatu, tangan kita gak terluka, kayak aku tadi, ngancurin batu kayak gitu aja udah berdarah" ucap Tyas.

"Itu karena kamu belum menguasai teknik elemen pelindung" balas Ve.

"Elemen pelindung ?" tanya Tyas heran bercampur penasaran. Teknik apa lagi yang akan ia pelajari.

"Yap, kamu belum bisa memanfaatkan elemen angin untuk melindungi tubuhmu. Teknik elemen pelindung adalah teknik yang memanfaatkan elemen untuk melapisi tubuhmu dan menjaganya dari serangan luar" jawab Ve.

"Oh, iya aku tau. Kayak buat armor dari elemen kita gitu kan kak" ucap Tyas.

"Yaps, betul sekali" balas Ve.

"Ajari aku yah kak" ucap Tyas memohon, ia memang sangat menyukai mempelajari sesuatu yang baru.

"Oke"

#ToBeContinued