Psycho Path(1)

Hallo sahabat KSJ. Ini mini series pertama diblog KSJ. Gue cuman ngingetin bagi yang gak suka sama cerita pembunuhan2 gitu mending gak usah baca. Genre ff ini thriler kalo gak salah. Tapi bagi para readers yang suka bacok-bacokan, silahkan dibaca. Happy Reading :v

L POV

"Tolong, jangan bunuh aku." Gadis itu terus meronta-ronta mencoba menjauhiku. Darah terus keluar dari kepalanya. Itu perbuatanku. Aku memukul kepalanya dengan sebilah kayu yang cukup besar

"Tolong, please. Jangan. Sungguh aku tidak selingkuh," Dia berdalih. Tapi aku sudah tak percaya, perempuan binal ini harus mati ditanganku.

DUAGG

Kupukul keras pipinya, membuat dia tersungkur sesuai dengan arah pukulanku. Parasnya yang cantik, ku rusak agar tak ada lagi lelaki yang menyukainya. Rasakan itu.

Aku tak mendengar lagi suara rengekan diiringi dengan tangisan yang entah kenapa membuatku senang mendengarnya. Apa dia sudah mati? Hah, kenapa harus secepat ini? Aku bahkan belum puas menikmati kesenangan ini.

DUAGG

Kulihat wajahnya sudah tak berupa, terkoyak karena pukulanku, darah segar mengalir, menggenangi tanah dibawahnya.

"Pergi kau ke neraka sana," ku caci wanita itu lalu kuludahi. Berani-beraninya dia menduakan ku. Sebelum ada orang yang tau akan apa yang telah aku lakukan. Sebaiknya aku pergi, melangkahi mayat lelaki yang lebih dulu aku habisi.

*~~~*

Kapan pun dimana pun, aku selalu saja mendengar orang yang sedang membicarakan belasan gadis muda yang selalu menari di theater khusus mereka. JKT48. Telingaku sampai panas mendengarnya. Kesan pertamanya aku memang tidak suka dengan mereka.

Teman kerjaku sering menyebutku dengan sebutan 'L'. Nama yang sederhana dan terkesan misterius. Setelah berhenti didunia militer, aku bekerja sebagai editor disebuah perusahaan majalah. Hai Magazine.

Banyak berita yang mengabarkan tentang idol grup asal Jakarta itu. Aku tidak begitu benci pada mereka, malah aku sangat benci tingkah laku fansnya. Aku malas menjelaskannya. Yang jelas aku tidak menyukai segorombolan lelaki yang berteriak sambil mengayunkan sebuah lampu berbentuk bulat panjang.

"L, kamu edit berita tentang pembunuhan sepasang kekasih yang terjadi dua hari yang lalu yah," Saat aku sedang fokusnya ke layar monitor komputerku, ada seorang wanita menyambangiku.

"Oh, bisa-bisa. Nanti kalau sudah aku kabari yah," balasku. Andaikan saja dia tau kalau aku pelakunya, mungkin ragaku sudah digiringnya masuk ke ruang jeruji besi.

"Oke," ucapnya, disudahi dengan senyum manis wanita cantik. Dia kembali ke meja kerjanya. Dan aku mengerjakan tugas yang disuruh bu Rahma tadi.

Siang itu, jam-jam sibuknya dikantor. Banyak tugas menungguku untuk diselesaikan. Ditambah terik matahari yang begitu menyengat, meskipun didalam ruangan tetap saja terasa gerah.

Tugas matahari telah usai, giliran sang rembulan yang menunjukan dirinya. Aku sedang mengistirahatkan tubuh dikamar kosanku.

Untuk mengusir kejenuhan, aku membuka sosial media, twitter lebih tepatnya. Diriku tertarik untuk mengenal member JKT48 lebih dalam lagi. Ku coba follow satu member yang sekiranya cantik menurutku.

@veJKT48
Holla~
Malam minggu kali ini pada kemana?

Kucoba lihat mention dari twit member tersebut. Entah kenapa, muncul niatan untuk membunuh semua fans JKT48. Entah karena mereka yang lebay atau so'soan ngegombal, entahlah. Yang jelas saat aku membacanya aku merasa mual.

Mungkin karena sifatku yang psyco path, aku menjadi tertantang. Apa jadinya kalau ada fans JKT48 terbunuh saat ada event idol grup itu berlangsung?

"Tambah seru lagi kalau kubunuh salah satu member bersama fansnya," celetukku ditengah terpaan udara malam yang dingin.

Hampir semua teman kerjaku tau informasi tentang JKT48. Kukoreh sedikit demi sedikit biodata mereka. Sedikit banyaknya, aku jadi tau lebih dalam lagi tentang sister grup AKB48 ini.

Kudengar, tanggal 17 agustus mereka akan mengadakan event handshake. Hmm. Apa jadinya kalau ada fans yang terbunuh saat event itu berlangsung? Kedengarannya sangat menarik.

Hari yang dinanti-nanti para fans JKT pun tiba. Aku sudah mensabotase tempat handshake itu berada. Diatas atap gedung, aku sudah bersiap dengan senjata sniper L15A1 ditangan.

Aku sudah membidik suatu bilik yang didalamnya sudah ada member yang sedang menunggu fansnya. Entah siapa namanya, yang jelas kulihat rambutnya tergerai panjang, pipinya begitu tembem kulihat.

"Sungguh cantik, wanita itu," pikirku.

Air liur ini tiba-tiba ingin menetes, darahku berdesir lebih cepat. Entah kenapa aku ingin bersenang-senang dengan wanita cantik itu. Sayang kalau aku bunuh dengan sniperku ini.

Tak lama kemudian, datang seorang lelaki bertubuh tinggi kecil berkacamata masuk ke dalam bilik itu.

Haha. Target pertamaku tiba, ku bidik kepalanya, jari telunjukku sudah siap menarik pelatuk senjata ini.

"Say goodbye baby....."

DECIIWW

Seketika lelaki yang sedang bersalaman dengan member JKT48 itu tergeletak jatuh. Tak puas satu tembakan, kulancarkan tembakan kedua dan ketiga.

DECIIWW.....DECIIWW...

Tiga peluru tepat bersarang diotaknya. Kurasa lelaki itu sudah tak bernyawa, member yang berada di sekitarnya itu berjerit ketakutan.

Darah merah segar keluar dari kepalanya, membanjiri lantai yang tadinya bersih. Kulihat dari luar berbondong-bondong petugas keamanan menyambangi bilik itu.

"Last,"

DECIIWW...

Kulihat tubuh lelaki itu kembali bergerak, menerima peluru terakhirku. Member JKT48 terus berjerit sepertinya dia berteriak meminta tolong. Air matanya terus mengalir menyusuri pipinya saat melihat fansnya terbujur kaku tak bergerak.

Petugas keamanan masuk ke dalam dan mencoba menolong lelaki tersebut. Aku sudah membereskan senjataku, memasukannya kedalam sebuah tas gitar. Aku pun pergi tanpa meninggalkan jejak maupun bukti sedikit pun.

*~~~*

Berita tentang pembunuhan itu menyebar cepat ke seluruh penjuru kota, baik itu melalui sosial media atau media cetak.

Polisi masih belum menemukan pelakunya. Mereka tak menemukan bukti apapun di TKP. Aku memang selalu bermain rapih dalam melancarkan aksiku.

Malam yang gelap, hanya cahaya rembulan yang menyinarinya. Aku berjalan menyusuri gang-gang kecil pinggir kota sambil menenteng sekantong kresek yang berisi cemilan-cemilan kecil dan minuman bersoda untuk menemani waktu santaiku nanti.

Aku berpapasan dengan 3 orang cowok yang memakai kaos merah bertuliskan JKT48. Ternyata virus idol grup itu telah menyebar luas, mereka yang membangga-banggakan idolanya.

BRUG...BRAK...

Saat aku berpapasan mereka, entah disengaja atau tidak. Mereka menabrakan tubuhnya dan membuat kantung kresek yang aku pegang jatuh berserakan, minuman soda yang aku beli tumpah ke baju mereka.

"Woi, kalo jalan pake mata donk," ucap seorang lelaki yang marah karena baju kesayangannya tertumpahi minuman soda.

Alih-alih kesal diledek mereka, aku malah senang, tawa jahatku menggelegar. "Hahahaha."

"Lo udah gila? Lo ngajak ribut sama kita," ucap salah seorang laki lain. Tampaknya mereka kesal akan sikapku.

"Hahahahahaha," tawa jahatku semakin menjadi-jadi. Aku memegang pundak lelaki yang sedang marah itu, "Lo mau main sama gue?"

"Banyak bacot lo,"

Bugh

Aku mendapatkan pukulan tepat dipipi kiriku. Sakit memang. Tapi rasa sakit itu tertutupi oleh rasa kesenangan. Aku senang bila terjebak dalam keadaan seperti ini.

"Heuheuhahahahahaha," Aku lalu membalas pukulan lelaki tadi  kurasa pukulanku lebih keras daripada pukulan yang ku terima.

Kulihat kedua temannya mulai terperanjat, mereka seperti ingin memukulku. Namun dengan cepat kupukul wajah mereka, satu dengan tangan kiriku dan satu lagi dengan tanganku secara beruntun.

Mereka bertiga tersungkur, yang satu memegangi pipinya yang mulai lebam, dan darah mengalir dari hidung dua lelaki yang baru saja aku pukul.

Naluri membunuhku terus keluar. Ingin rasanya aku bermain-main, menyiksa tubuh ketiga lelaki ini.

Kulihat ada besi-besi berbentuk lurus panjang berujung runcing. Akhirnya aku punya permainan baru pikirku.

Ku ambil satu besi tersebut, tanpa segan aku tancapkan pada satu kaki lelaki tadi yang kupukul pipinya.

CLLEUB

"Aaaaarrghhhh," lelaki itu menjerit kesakitan, saat besi itu melesak masuk kedalam pahanya, menyemburkan darah dari dalam.

Kedua temannya sudah ketakutan melihatku, kulihat keringat dingin yang sudah membasahi pelipisnya, mereka berusaha untuk kabur. Namun dengan cepat ku ambil besi yang satunya lagi.

Kedua wajah mereka ku pukul dengan besi yang kupegang. Ujung besi yang runcing, merobek kulit wajah mereka, menghancurkan paras mereka yang menawan.

"Arrgghh," sama halnya dengan lelaki tadi, mereka meringis kesakitan, tangannya mencoba menahan laju darah yang keluar deras dari dalam kulit yang ku robek.

Mendengar jeritan demi jeritan yang memecah keheningan malah membuat diriku senang. Tapi aku belum puas bermain-main dengan mereka. Tawa jahatku terus bergelora, membuat ketiga lelaki itu ketakutan.

Kupukul kembali wajah kedua lelaki itu secara bergantian. Sekilas terdengar wajah minta tolong keluar dari mulut mereka, tapi suasana begitu mendukung aksiku, tak ada orang yang mengetahui aktivitasku ini.

"Hahahahahaha," aku tertawa puas sambil terus menghantamkan besi ke wajah mereka. Perlahan kepala mereka hancur, otak mereka berceceran menjadi potongan-potongan kecil.

Kepala mereka yang bulat sudah tak berbentuk lagi, tangan, badan, dan wajahku terciprat darah yang muncrat dari kepala mereka yang sedang kuhancurkan.

Nafasku tersengga, lelah mulai menderai tubuhku. Nafsuku untuk bermain dengan mereka sudah terlampiaskan.

Keadaan mereka sudah tak bernyawa, mata mereka yang bulat putih, sudah hancur layaknya gilingan daging ayam.

Kupalingkan pandanganku ke satu lelaki lagi. Kulihat dia sedang berusaha melepaskan besi yang aku tancapkan dikakinya. Ku hampiri lelaki tersebut.

Terpancar aura ketakutan yang begitu kuat dari lelaki itu. Matanya berbinar seolah tak kuat menahan air mata.

Aku duduk jongkok tepat dihadapannya. Dia semakin ketakutan, aku masih berfikir apa yang akan aku lakukan kepadanya.

"Siapa oshi lo?" tanyaku. Tubuhnya bergetar, lama ku menunggu tapi dia tak menjawab pertanyaanku. Ku coba mengulangi pertanyaanku.

"Siapa oshi lo?"

"Kkkk..ka.kk...Vv..Ve," jawabnya. Houuh. Iya aku tau member JKT itu, member yang berpipi tembem,  saat handshake aku menembak fansnya.

Tiba-tiba ada suara yang menghasutku untuk membiarkannya mati secara perlahan. Kugeladah saku celanaku dan tanganku menemukan sebuah pulpen.

"Kore naaanda?" tanyaku sambil memutar-mutar pulpenku dalam berdiameter sebesar botol mineral. Aku meniru gaya gekikara di film majisuka gakuen.

Lelaki itu semakin ketakutan, dia menggelengkan kepalanya cepat, matanya begitu memelas menatapku seolah meminta ampunanku. Tapi. Ya. Aku sudah terlanjur ingin bersenang-senang.

CSSSSHHH

"Aarrrghhhh."

Pulpen itu menancap tepat dimata sebelah kanannya, meninggalkan setengah bagian diluar dan setengah bagiannya lagi masuk merusak matanya.

Aku berdiri, mengeluarkan sapu tangan, aku susut tangan dan wajahku dari bekas cipratan darah. Ku buang jaket yang sedari tadi aku pakai, karena penuh dengan darah yang mulai mengering.

Kubiarkan lelaki itu mati kehabisan darah. Hah. Tak menyangka, dimalam yang dingin ini aku dapat memuaskan nafsuku.

*~~~*

Dikosan, aku mendengarkan lagu lewat headphone yang terpasang dikepalaku.

"Jessica Veranda." Aku teringat member JKT48 yang begitu cantik menurutku. Nafsu untuk bermain-main dengannya seketika muncul dalam pikiranku

Aku mulai memutar otak, bagaimana caranya agar aku bisa bersenang-senang dengannya. Dan naluri seorang psycho path memang selalu membantuku ralam mengatur rencana.

Kenapa aku tidak mendaftarkan diri menjadi anggota OFC? Mereka kan sering mengadakan event OFC yang selalu melibatkan fans.

#ToBeContinued

2 Comments