Magic Love Part 41


Hallo sahabat KSJ48. Fyuh akhirnya beres juga. Gomen akhir-akhir ini gue jarang banget update. Hontou ni gomennasai. Awalnya gue mau hiatus dari dunia yang penuh dengan khayalan ini, entah kenapa semangat gue buat nulis ilang gitu aja. Tapi gue gak mau ngecewain readers yang udah nunggu ff gue. Buat yang nunggu HA sedang diproses, gue masih belum bisa ngatur waktu antara ngerjain tugas sama nulis. Tapi gue usahain bakalan update tiap minggu satu ff. So, langsung aja happy reading :v
"Kalo lo mau dia selamet, sebaiknya lo gak ngelakuin hal bodoh dit," ancam Yosep. Tampak Elaine begitu ketakutan ketika sebuah pisau menempel di lehernya.
"Adiit..." Rintih Elaine.
"Dasar pengecut masih aja gunain cara kotor," ledek Adit saat melihat Yosep melingkarkan pisau di leher Elaine.
"Lo laki bukan sih?"
"Kalo berani sini lawan gue. Jangan bawa-bawa cewek itu," Adit terus meledek Adit.
Panas mendengar ocehan Adit, ia melepaskan Elaine lalu berlari kearah Adit. "Bajingan lo dit, gue bunuh lo." Tangan Yosep memegang sebuah pisau yang siap untuk menekam Adit.
Alih-alih takut ia malah tersenyum. Dengan kemampuannya ia bisa menangkis serangan Yosep, dan membuat tangan Yosep terluka akibat tergores pisau yang ia pegang sendiri.
"Dasar pengecut. Pake piso lagi." Kembali Adit meledek Yosep.
Adit memukul pipi kanan Yosep dan lelaki itu terjatuh ke bawah, dilanjutkan dengan sebuah tendangan keras yang mendarat keras di perutnya.
"Pergi lo, gue gak tertarik lawan cowok pengecut."
"Cuih"
Suatu penghinaan saat ludah Adit jatuh tepat diwajah Yosep, malu, dan marah itu yang dirasakan Yosep.
Tubuh Adit tiba-tiba bergetar hebat, dan efeknya nafasnya jadi terengah-engah dan dia mengalami rasa lelah yang teramat dahsyat.
"Akhirnya, gue bisa ngendaliin tubuh gue lagi," ujar Adit, karena daritadi kepribadiannya yang lain, mengendalikan tubuhnya.
"Adiit,"
"Elaine," ucap Adit. Ia berlari lalu memeluk gadis mungil itu.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Adit.
"Aku takut dit, takut bangeeet. Aku gak tau gimana kalau gk ada kamu," jerit Elaine sambil menangis di pelukan Adit.
"Tenang len. Sekarang udah aman." Adit mencoba menenangkan Elaine.
Beberapa menit kemudian Luthfi, Raito, Rafely, dan Andela akhirnya tiba di pabrik bekas tekstil tersebut. Mereka melihat Yosep sedang berjalan pincang menuju pintu keluar.
"Awas lo dit. Gw bakal bales lo" Yosep lalu tergopoh-gopoh keluar pabrik. Seribu pertanyaan muncul diotak mereka.
"Kok ada Yosep ?"
"Kok dia babak belur ?"
"Jangan-jangan......"
Daripada bingung memikirkannya, mereka lebih baik menolong teman-temannya.
"ki, lo gak apa-apa ?" tanya Luthfi. Ia menghampiri Rizki, Adit, dan Elaine.
"Sorry fi, gw sempet gk percaya sama Adit. Dia gak salah kok." Rizki begitu menyesali kesalahannya.
Elaine yang dihampiri Andela, langsung memeluk erat temannya itu, "ndell, aku takutttt. Tadi Yosep...." Andela mencoba menenangkan Elaine dengan mengelus-elus punggungnya, "udah-udah. Jangan dipikirin, yang penting kamu gak apa-apa kan ?"
Elaine menggelengkan kepalanya.
"Lo itu dit, kalo ada masalah kayak gini, cerita ke gw dong. Kan seru bisa berantem membela orang yang kita cintai" ucap Raito saat melihat sepupunya berlumuran darah.
"Aneh lo to. Tapi sorry, gw gak mau aja lo terluka."
"Kita harus obatin luka kalian" ucap Andela sambil mengeluarkan kotak P3K dari tasnya.
Andela mengobati luka yang diderita Adit, dan Rizki.
Dari kejauhan, lebih tepatnya lagi diruang sebelahnya. Ada seorang gadis yang disekap, dengan mulut disumpal sapu tangan. Dan seorang lelaki berdiri disampingnya. Ada sebuah jendela, yang membuat mereka bisa melihat semua yang terjadi saat itu.
"Liat gre, jelas-jelas Adit lebih milih Elaine daripada elo. Lo tuh harus sadar. Bukan Adit yang pantas buat lo, tapi gw" ucap Deri sambil tangannya menunjuk-nunjuk kearah Elaine dan Adit.
"Emmmm...mmm" Gracia berusaha melepaskan saputangan yang menghalanginya untuk berbicara. Tatapannya begitu memelas saat menatap mata Deri.
Deri merubah posisinya menjadi agak jongkok. Lalu ia tersenyum, "kamu mau aku bukain ?"
Gracia menganggukan kepalanya agak cepat.
"Janji gak bakalan ngejar-ngejar lagi si Adit ?" tanya Deri serius.
Gracia melakukan hal yang sama. Sesudah menimbang-nimbang, akhirnya Deri melepas saputangan yang menutupi mulut Gracia.
"Kalo kamu bener-bener suka sama aku, lepasin ikatannya" pintanya lirih. "Tapi kamu janji gak bakalan nyamperin mereka, dan pulang bareng sama aku ?" Kembali, tatapan serius dikeluarkan Deri.
"Iya, aku janji" jawab Gracia agak manja.
Mungkin Gracia sudah sadar kalau Adit lebih memilih Elaine daripada dirinya. Dengan perlahan, Deri membuka setiap ikatan yang mengikat Gracia ke sebuah kursi kecil.
"Yuk, pulang" ajak Deri, tangannya mencoba meraih tangan Gracia.
DUGG
"Awww"
Deri mengerang kesakitan, alat kelaminnya ditendang begitu keras oleh teman SMPnya. Reflek, kedua tangannya memegang dua bola zakarnya.
"Sorry, dari dulu sampe sekarang dan seterusnya aku gak akan pernah suka sama kamu der."
Gracia langsung membuka pintu yang menghalangi jalannya, dan menghampiri Elaine dan yang lainnya.
"Gracia," ucap Elaine saat melihat sahabatnya berlari kearahnya.
"Elaine."
Mereka berpelukan, ditambah dengan adanya Andela. Tiga cewek ini berpelukan, dengan cucuran air mata dipipi.
"Gre, kamu gak apa-apa ?" tanya Andela khawatir.
"Gak kok ndel, Elaine juga gak apa-apa kan ?" tanya Gracia.
Ia menggelengkan kepalanya "untung aja ada Adit yang nyelametin aku."
"Gre, tunggu" Deri mengikuti Gracia dengan rasa sakit yang masih terasa.
"Deri ?" tampak Adit, Luthfi, Raito, Rizki, dan Rafely begitu heran.
"Sial, kok gw malah ikutin gre sih ?" gumam Deri dalam hati.
"Dia yang dibalik semua ini" ucap Gracia.
Seketika emosi Adit memuncak, ekspresi mukanya kembali menunjukan amarah. Andela belum sempat mengobati luka yang diderita Adit.
Ia menghampiri teman SMPnya itu, "Lebih baik lo jelasin dari awal der" ucap Adit ketika berada dihadapan Deri.
"Eu.....mm..." Deri tidak tau harus menjawab apa.
"Elo yang ngancurin base ?" Adit sudah tidak bisa menahan nafsunya, ia memegang kerah baju Deri dan mengangkatnya keatas. Teman-temannya yang lain tak ada yang protes, mereka terdiam dalam kebingungan.
"Lo yang culik Elaine sama Gracia ?" suaranya semakin tinggi karena Deri tak menjawab pertanyaannya.
"Sorry dit, semua itu gw lakuin karena gw cinta sama Gre."
Akhirnya Gracia membuka mulutnya, dan secara tidak langsung ia mengakui semua yang dituduhkan Adit.
Bugh
Satu pukulan sukses membuat Deri tersungkur. Rasa sakit itu mengantarkan Deri ke sebuah ingatan , saat dimana ia pertama kali melihat Gracia yang langsung membuatnya, jatuh cinta.
Saat itu, sudah sebulan lamanya mereka duduk dikelas VIII, dari awal masuk ke kelas, Deri sudah kepincut dengan sosok cewek yang bernama Gracia.
Dia sering meluapkan isi hatinya kepada teman sebangkunya, dia adalah Adit. Adit begitu mendukung temannya ini, dia juga siap membantu apabila Deri membutuhkan bantuannya.
"Dit, gw perhatiin, makin kesini si gre makin cantik yah" ucap Deri, ditengah menunggu guru pertama masuk.
"Haha, iya-iya. Menurut gw juga gitu" balas Adit.
"Gw jadi tambah suka nih sama dia" ucap Deri.
"Kalo lo suka, ya tembak aja der. Gw yakin kok dia juga suka sama lo" balas Adit.
Seketika muka Deri memerah, ia jadi salah tingkah. "Gimana kalo dia nolak gw ?" tanya Deri.
"Yaelah, belum dicoba juga udah ketakutan. Gini deh, gw kasih tantangan, lo berani gak pas istirahat lo ajak dia ke kantin. Makan berdua gitu. Supaya lo makin deket sama dia" Adit memberi sebuah tantangan kepada Deri, supaya teman sebangkunya ini semakin percaya diri.
"Kalo soal gitu mah gampang dit. Lo liat aja nanti" ucap Deri dengan begitu percaya diri.
*~~~*
Waktu begitu cepat berlalu, jam istirahat akhirnya tiba. Tanpa basa-basi Deri menghampiri Gracia yang saat itu sedang sebangku dengan Shani.
"Gre, ke kantin yuk" ajak Deri.
"Ayo, shan mau bareng gak ?" tanya Gracia kepada Shani.
"Kamu duluan aja gre" jawab Shani.
"Oke, aku sama Deri duluan yah." Gracia bangkit dari duduknya, dan berjalan bersama Deri menuju kantin.
Sesampainya disana, mereka memesan makanan sesuai selera mereka masing-masing. Mereka makan disatu meja yang sama. Berduaan.
"Oh iya gre, aku mau tanya. Cowok tipe yang kamu suka kayak gimana sih ?" tanya Deri setelah menelan satu suap nasi goreng.
"Cowok yang aku suka itu, cool, perhatian, pemberani, bisa melindungi cewek yang dia suka" jawab Gracia.
"Ouh, kalo gitu gw harus jadi cowok yang kayak gitu."
Setelah mengetahui, kriteria cowok yang disukai Gracia. Deri merubah dirinya menjadi seperti itu. Memang sihir cinta benar adanya.
Suatu hari, Adit dan Deri sedang berjalan pulang bersama. Diperjalanan seperti layaknya film pada umumnya, mereka melihat Gracia sedang digoda cowok, lebih tepatnya 3 kakak kelas yang bertubuh kekar.
"Gracia.." ucap Deri saat melihat Gracia.
Saat menoleh pada Adit, temannya ini sudah berlari kearah mereka.
Dari kejauhan Deri melihat Adit berusaha menjauhkan senior mesumnya(?) itu dari Gracia. Sampai-sampai terjadi baku hantam, 1 lawan 3.
"Gw harus nolong Gracia. Gw harus buktiin gw itu pemberani" ucap Deri sambil mengumpulkan segenap keberanian untuk membantu Adit.
Deri berlari menghampiri Adit yang sedang bertarung melawan tiga orang, namun saat ia tiba disana, Adit sudah menghabisi ketiga seniornya tersebut. Tiga cowok itu lari terbirit-birit.
"Gre kamu gak apa-apa ?" tanya Deri sambil melihat Gracia yang sedang ketakutan.
"Adiiiiiiitttt. Aku takut banget" ucap Gracia sambil memeluk sosok Adit. Adit tidak membalas pelukan Gracia, ia tau temannya yang sedang berdiri disampingnya itu menaruh hati kepada Gracia.
Deri hanya terdiam, dia tersenyum terpaksa. "Syukurlah kalo kamu gak apa-apa" ucap Deri.
Senyuman Deri seolah untuk menutupi sesuatu. Dia sadar kalau dirinya telat untuk menyelamatkan Gracia.
"Sial, gw bego banget sih ?" gumam Deri dalam hatinya.
"Udah-udah, gre kamu jangan nangis. Sekarang kamu udah aman" ucap Adit sambil melepaskan pelukan Gracia.
"Makasih ya dit. Udah nolong aku" ucap Gracia sambil berusaha mengakhiri tangisannya.
Deri hanya diam seribu bahasa. Dia seolah tak dianggap.
Setelah tenang kembali, Gracia meminta Adit untuk mengantarnya pulang.
"Mending kamu dianter sama Deri" balas Adit.
"Enggak, aku mau dianterin sama kamu" ucap Gracia, ia tak menoleh sedetik pun pada Deri.
"Tapi gre..."
"Pliss, dit. Anterin aku. Aku takut kalo ada yang ganggu aku lagi" ucap Gracia memohon sambil memasang muka memelas.
Sekilas Adit melihat kearah Deri. Sepertinya teman Adit ini sudah tak sanggup untuk berucap, ia hanya mengaggukan kepalanya.
"Yaudah, ayo aku anter" ucap Adit.
"Makasih ya dit" balas Gracia.
Mereka berdua meninggalkan Deri dalam penyesalan.
"Kalo aja gw lebih cepet dari si Adit. Pasti gw yang nganterin Gracia pulang bukan si Adit. Sialllll. Bego banget sih gw" ucap Deri, ia sampai memukul-mukul kepalanya.
Ia memutuskan untuk pulang ke rumah dan tidur, mungkin saja itu bisa membuatnya lebih tenang.
*~~~*
Keesokan harinya di kelas, Gracia menghampiri bangku Adit yang saat itu ada Deri di sebelahnya.
"Dit, sekali lagi makasih yah kemaren udah nolong aku," ucap Gracia setelah duduk di bangku yang berada di depan Adit.
"Nyantai aja gre. Kita kan temen udah sewajarnya aku nolong kamu," balas Adit.
"Itu apa gre?" tanya Deri. Ia penasaran dengan sebuah kotak yang Gracia sembunyikan di balik punggungnya.
"Oh iya. Ini dit. Sebagai tanda terima kasih aku karena kemarin kamu udah nolong aku," ucap Gracia.
Perempuan itu menyerahkan sebuah kotak makanan yang berisi masakan buatannya sendiri.
"Eh gak udah repot-repot gre aku ikhlas kok nolong kamu," tolak Adit lembut.
"Gak apa-apa dit. Aku ikhlas dit. Kalo kamu nolak aku marah nih," ancam Gracia.
Sekilas Adit melihat ke arah Deri, dan temannya itu hanya pasrah sambil menanggukan kepala.
"Yaudah, makanannya aku terima yah gre," ucap Adit sambil menerima kotak makanan itu.
"Abisin yah dit. Itu aku buat sendiri lho," ucap Gracia sambil beranjak dari duduknya, lalu pergi dari hadapan mereka berdua.
"Haahh," keluh Deri.
"Kenapa lo der?" tanya Adit.
"Gue yang dari dulu deketin dia dit. Gue selalu perhatiin dia dit. Tapi kayaknya dia cuman anggep gue temen dit," jawab Deri, tangannya menyangga kepalanya agar tidak jatuh, terpampang jelas wajah lesu di mukanya.
"Yaelah der, gitu aja nyerah. Kejar terus cinta lo der." Adit berusaha memberi semangat kepada sohibnya ini.
"Sedangkan lo yang cuman nolonginnya sekali doang, udah dapet respon kayak gini," ucap Deri.
"Tenang der, gue gak punya perasaan kok sama gre."
"Bener lo dit?"
"Iya, kalau dia nembak gue juga, gak bakalan gue terima kok."
"Sialan, PD banget lo."
"Udah, ngomongin cewek mulu. Gue laper nih belum sarapan dari rumah. Kita makan bareng yuj," ajak Adit.
"Ayo dah, masalah cinta nanti dulu, urusin dulu perut."
Dan makanan yang diberi oleh Gracia disantap oleh mereka berdua.
Kejadian itu membuat sifat Gracia berubah. Ia menjadi lebih agresif kepada Adit, dan hal itu membuat Deri cemburu. Meskipun Adit terus berkata beratus-ratus kali bahwa ia tidak menyukai gre, namun sepertinya Gracia yang menyukai Adit. Memang. Cinta Itu Buta.
Sifat Deri berubah kepada Adit, ia menjadi tertutup dan agak menjaga jarak dengannya.
Dia tak pernah berani menembak Gracia. Mungkin karena tak ada respon yang diberikan Gracia. Dia lebih baik memendam perasaannya, karena hari demi hari Gracia terus mendekati Adit.
"Kalo lo sayang sama gre bukan gini caranya der," teriak Adit setelah memukul Deri.
"Lo itu sahabat gue dari SMP der. Gak nyangka lo bisa ngelakuin hal kayak gini," sambung Adit.
"GUE CAPE DIT CAPE," teriak Deri sambil berdiri.
"GUE CAPE MEMENDAM RASA SUKA GUE SAMA GRE DIT."
"KENAPA HARUS LO..."
Bugh
Deri berteriak keras sambil membalas pukulan Adit. Sebuah pukulan keras yang diterima mentah-me tah oleh Adit.
"Adit," ucap Raito saat melihat saudaranya dipukul.
"Udah to. Biar mereka selesain masalah mereka sekarang," ucap Luthfi.
"GUE UDAH BILANG SAMA LO DER. GUE GAK SUKA SAMA GRE. CEWEK YANG GUE SUKAI ITU ELAINE," teriak Adit sambil membalas kembali pukulan yang tadi ia terima.
Mendengar ucapan Adit, hati Gracia serasa tersengat petir. Ternyata lelaki yang ia sukai lebih memilih temannya. Dan Elaine hanya diam menahan rasa malu karena perkataan Adit tadi.
"Gue bingung dit. Semua usaha udah gue lakuin, dari SMP sampe sekarang. Tapi gre gak pernah sadar kalau GUE ITU SUKA SAMA DIA." Kembali Deri memukul Adit dan teman SMPnya itu tak menghindar atau menangkis pukulannya.
"Lo pikir cewek cuman dia doang? Masih banyak der,"cewek-cewek yang lebih dari gre. Lo sampe nyakitin temen lo sendiri buat ngejar cinta lo. Bahkan liat, apa gre jadi suka sama lo? Enggak kan malah dia tambah benci sama lo der." Lagi, Deri menerima pukulan keras dari Adit.
Deri terdiam mendengar perkataan Adit. Ia masih belum bangkit dan kembali berdiri. Ia menyadari sesuatu. Sesuatu yang lebih berharga dari cinta.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRGGGHH." Teriakan Deri begitu melengkik keras bergema di seluruh penjuru ruangan. Air mata pun turun setelah teriakan keras tadi.
"Maafin gue dit. Gue ngaku salah. Gue udah ngorbanin persahabatan kita demi cinta yang jelas-jelas bukan buat gue," ucap Deri.
"Gue maafin lo der. Dari dulu gue udah anggep lo sodara," balas Adit.
Ia lalu menghampiri Deri dan mengulurkan tangannya, "berdiri lo, kayak cewek aja nangis," ledek Adit.
Deri menerima uluran tangan temannya itu, ia lalu memeluk Adit, "maafin gue ya bro."
"Iya, nyantai aja bro," balas Adit.
"Adit emang keren. Gak salah aku suka sama dia," ucap Elaine.
Setelah itu Deri meminta maaf kepada seluruh temannya yang ia rugikan atas semua perbuatan, semua kesalahan yang telah ia perbuat.
"Fi, maafin gue yah," ucap Deri.
"Santai aja der. Gue gak apa-apa kok. Justru karena ada masalah ini persahabatan kita makin kuat," balas Luthfi.
Deri telah meminta maaf kepada semua temannya, hanya tertinggal gre seorang.
"Gre," ucap Deri pelan.
Tiba-tiba saja Gracia memeluk erat Deri," maafin aku yah der. Gara-gara aku gak peka sama kamu, kamu jadi kayak gini," ucap Gracia.
"Justru aku yang minta maaf gre, udah bikin kamu kayak gini," ucap Deri.
"Maafin aku juga karena gak bisa ngebales perasaan kamu."
"Iya gre. Sekarang aku udah ngerti kok," balasnya.
Brraaakkk
Ditengah suasana haru yang menyelimuti mereka, tiba-tiba pintu pabrik ditendang seseorang dari luar.
"Siapa itu?" teriak Andela panik.
"Haha. Apa kalian merindukanku?" tanya seseorang.
"YOSEP?" teriak mereka berbarengan.
Yap. Yosep kembali ke pabrik bekas tekstil itu dengan membawa 48 orang preman.
"Kali ini gue bakalan pastiin lo-lo pada bakalan mati," ancam Yosep dengan senyum jahatnya.
#ToBeContinued