Bacaan Seru: LIVING LIGHT - Differential Dimension, PROLOG 1 - Komet Biru



Setiap paginya, aku sering bermain dengan teman-teman ku. Apapun yang kami mainkan bersama, baik itu di musim panas, gugur, dingin, hingga sekarang musim semi, terasa semuanya terasa menyenangkan. Teman terbaik diperkumpulan bermain ku ini adalah kakak ku sendiri. Dia cantik, eksotis, dan memukau. Menggambarkan wujud dari kakak ku ini, ku pikir terlihat seperti gadis yang menyeupai malaikat, walaupun aku belum pernah bertemu dengan malaikat sebelumnya. Rambut panjangnya berwarna hitam lurus, becermerlang layaknya berlian. senyumnya manis layaknya seperi bidadari. serta matanya yang agak lebar, memberi kesan bahwa ia seorang yang lucu dan memukau.
Walaupun sosoknya begitu lucu dan cantik, kakak ku memiliki kedewasaan yang melebihi dari yang aku miliki. Bisa ku katakan, saat aku sekolah dasar kelas 3, teman-teman menjahili ku dan ia menolong, entah berapa rasa sakit yang ia terima karena lemparan batu mereka, ia tetap tersenyum. Itulah mengapa aku menyebutnya “ Malaikat”.
Saat ini aku menginjak kelas 4 sd dan kakak ku kelas 1 smp, walaupun ia bermain dengan bocah seperti ku, ia merasa seperti bermain dengan sebayanya. Ia tersenyum, tertawa dan bahagia, itulah yang membuat aku mengetahui hal tersebut.
Permainan yang kami lakukan setiap waktunya, tidak begitu unik, tapi memerlukan sedikit keberanian. Seperti layaknya saat ini, teman-teman ku saat ini lagi bermain terjun ke sungai dari jembatan. Cukup tinggi woy, itulah yang aku katakan kepada mereka. tingginya juga diluar nalar bagi ku, yang masih bau kencing. Tinggi jembatan okinawa ini sekitar 7 meter.
“ buset!!” sahut ku, melihat teman-teman ku dengan beraninya melompat dari jembatan ini ke sungai.
“ boughtshh” percikan air memancar luar biasa dari efek loncatannya.
- dia tidak mati kah?
Itu lah yang aku pikirkan, tapi layaknya seperti teman lainnya, ia kembali ke permukaan dan tersenyum bahagia, sambil mengatakan “ uwaa”, karena efek keterkejutan dari melompat tinggi.
- kalian gila, bisa selamat?!
Selagi aku kengerian melihat bertapa mengerikannya mereka, karena berhasil selamat dari loncatan tersebut, kakak ku memandang ku dengan sosok khawatir. Ia merasa cemas, karena melihat kaki ku yang merinding layaknya seeokor kucing yang kedinginan.
“ noah” suara ini berasal dari kakak ku, saat aku melihatkan pandangan ku kepadanya, ia sedang melompat dari jembatan yang tinggi. Ia tersenyum dengan berani, bahagia, dengan roknya dan bajunya berkibar, seakan ia akan terbang.
“ kak..”
- terlambat
“ boughtshhh” percikan air deras berhamburan ke udara
Aku langsung berlarian menuju tepi jembatan, melihat sosok kakak ku ke segala sudut sungai, aku tidak dapat menemukannya
“ kakak?...” dengan lemas dan khawatir, aku tidak berhenti mencarinya.
- gelembung-gelembung?
Karena bila aku mengetahui adanya gelembung, di sanalah tempat kakak ku mengeluarkan oksigennya.
“ boughtshh” seseorang ke luar dari permukaan sungai. Rambutnya basah, begitu pula dengan wajahnya. Akan tetapi, wajahnya yang tersinari oleh cahaya oranye dilangit sore, membuat butiran air di wajahnya menjadi becemerlang. Hal itu membuatnya lebih membuat ku terpukau.
“ syukurlah” nafas lega ku keluarkan sambil memegang dada ku.
“ sykur apanya noah?”
“ apa?....” secara refleks aku langsung balikan pandangan ku kepada sumber suara.
Tak sempat mengetahui dan melihat orang yang berbisik tersebut, kaki ku berada dipegangan seseorang.
“ a..aah! Tunggu!!”
“ tidak ada kata tunggu!!”
“ hehe” suara jahil dari teman-teman ku lainya, ikut membantu orang yang memegang kaki ku. Mereka memegang dan mengagkat tubuh ku.
“ satu!-dua!!”
“ tigaa!” suara ancang-ancang terakhir ini, tepat melemparkan ku ke arah sungai.
Bagaikan melihat kematian, jantung ku berdetak sangat kencang dan mata ku melotot kepada sungai yang sebentar lagi ku hantam.
“ buaghtshh!!” dentuman keras dan percikan air terhempas ke udara.
“ hebat kita berhasil!!” ketiga teman ku, satu perempuan dan dua laki-laki saling menepuk tangan mereka.
“ noah?..” perempuan yang melemparkan ku tersebut memanggil ku di sungai. Tapi layaknya sungai yang mengalir tenang lainnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan dari ku.
“ noah!!” setiap orang menjerit karena khawatir aku tenggelam.
“ oy, noah!” kakak ku juga mencari ku dengan menyelam ke dalam sungai.
- di mana kau noah?.
Di dalam sungai, ia mulai melihat sesosok mahluk yang mendekatinya. Seakan terasa terdapat ancaman, ia mulai kembali kepermukaan, sambil berenang ke belakang.
“ tertangkap!” sebuah cengkraman dan daya dorong kuat, membuat kakak ku terlempar kebelakang berserta dengan mahluk ang mendorongnya.
“ boughts!!” dentuman keras air, terdengar oleh teman-teman ku lainya, sehingga mereka memandang pada sumber suara tersebut.
“ aa?.. Lyna?” teman-teman memanggil nama kakak ku sambil menghampiri sumber suara kakak ku.
“uahgt!!” sebuah suara berteriak keras dari kedalaman sungai, hal ini membuat teman-teman ku berkata “ hii..” karena ketakutan dan mengambil jarak.
Ternyata dari sumber suara tersebut, keluar dua sosok orang yang mereka kenal. Yaitu noah dan kakaknya, lyna.
“ hahaha, hebaat” aku berteriak gembira memikirkan bertapa takutnya diriku dari lemparan lainnya.
“ hahaha, aku kaget sekali!!. Haha, tidak menyangka kau akan keluar dari dalam sungai seperti itu” kakak ku tertawa sambil mengelap matanya, yang entah itu merupakan air mata atau tidak.
Aku tersenyum dan berkata, “ itu merupakan hal yang terbaik bukan, untuk mengejutkan mu kakak?, tidak hanya kakak, semua orang juga khawtir loh”
Memandang dengan mata jahil kepada teman-teman ku, teman-teman lainnya hanya tersenyum tipis, sambil merasa bahwa mereka telah kalah, karena merekalah yang dijahili akhirnya.
“ kau membuat ku khawatir noah, tapi aku bahagia karena kau selamat. Sebagai hukumannya..” kakak ku memandang jahil kepada teman-teman. Kupikir itu adalah respon bahwa kakak ku akan menjahili teman-teman lainnya. Ternyata sebaliknya, aku lah yang dijahili. Mereka melemparkan percikan air deras ke arah ku. Aku yang sendiri tidak berdaya, sambil mengatakan
“ tolong berhenti-tolong berhenti” sambil tertawa.
Mencoba tidak menyerah aku juga melemparkan air kepada teman-teman di belakang ku yang melemparkan percikan air.
“ rasakan ini!!” kakak ku yang asalnya menyerang ku, berbalik menyerang teman lainnya
“ hey lyna, kau curang!!” teman perempuan merengek jengkel.
“ tidak ada yang mengatakan bahwa kita berteman bukan?”
“oh iya, kalau begitu, rasakan!!” percikan air terus bertambah dikubu ku, menyerang teman-teman lainnya, terlihat kewalahan dari mereka.
“ kau juga lagi..” teman-teman laki-laki yang asalnya bersikap sok gagah, mengeluar jiwa merengek seperti perempuan.
Kakak beserta perempuan disampingnya menahan tawa kerena mendegarkan hal tersebut, tidak butuh waktu lama sampai mereka berdua tertawa terbahak-bahak karena hal tersebut.
“ hei apa yang kalian tertawakan?”
“ tidak-tidak, hahaha” kakak ku memalingkan wajahnya sambil menahan tawa yang tidak bisa dihentikannya.
Merasakan suasana kehangatan ini, aku juga ikut tertawa. Tertawa ini bukan merupakan tertawaan kepada mereka, tapi aku lebih ke bahagia karena moment yang hangat ini.
“ hei, noah!, kamu juga kah?”
semua orang tertawa, bukan karena akan suara dari anak laki-laki tersebut. Tapi tertawa karena bahagia karena bersyukur atas Momhent membahagiakan ini.
Walaupun angin dingin yang menerpa tubuh kamu hingga mengigil, kami tetap tertawa. Karena hal bahagia ini melebihi kebahagian-kebahagian lainnya. Sungguh perasaan hangat akan hubungan, layaknya seperti keluarga. Bila seperti itu, karena kehangatan keluarga ini berada di cahaya matahari terbenang yang indah. Ungkapan bahasa inggris yang tepat adalah “ Living light” atau dalam indonesianya, “ cahaya kehangatan orang-orang”.
“ indahnya, aku berharap kita semua dapat bersama hingga sampai kapanpun”
Aku berharap kepada tuhan akan doa ini, sambil memandang cahaya matahari terbenang yang indah dan mendegar suara tertawa teman-teman.
Yah semoga dapat bersama..

***

Ku papahkan kaki ku ini kepada taman. Melihat ke taman terdapat teman-teman ku yang melambaikan tangan mereka kepada ku, tentu juga kakak ku berada di sana.
“ hei, noah. Bagaimana dengan ujian tengah semester mu?” kakak ku memimpin pembicaraan terlebih dahulu.
“ yah, begitu. Kalau aku dapat nilai rata-rata A lagi” ketika mengucapkan ini aku berusaha merendahkan suara ku agar tidak berkesan sombong.
“ luar biasa yah, kalau aku mana mungkin mencapai hal tersebut” seorang teman ku yang sedang bermain jungkat jungkit tertawa.
“ itu karena keseharian mu hanyalah bermain tahu” perempuan yang bermain jungkat-jungkin dengan laki-laki tersebut merespon sambil menunjuk kesal.
“ hahaha” percakapan mereka berdua seperti kucing yang sedang bertengkar, hal itulah yang membuat aku serta teman-teman lainnya tertawa. Kakak ku hanya tersenyum karena tingkah mereka sambil melihat langit.
“ hei, lyna benarkan?” laki-laki tersebut mencoba minta bantuan lyna untuk membelanya. Sedikit waktu berjalan, dia heran karena lyna terdiam dan hanya memandang langit.
“ ada apa di langit” ketika dia melihat memandang langit, ia melihat sebuah benda bercahaya berwarna biru, keindahannya layaknya komet. Aku dan semua teman ku memandang hal itu sebagai hal yang luar biasa.
Kakak ku memandang benda tersebut juga, layaknya seperti bahagia. Tapi, entah kenapa wajahnya memucat tanpa alasan yang aku ketahui.
“ cahaya itu tidak memiliki massa dan hanyalah gelombang?. Tidak hanya itu..”
Kakak ku langsung membalikkan tubuhnya dan berteriak dengan kencang kepada kami.
“ kalian semua pergi!, benda itu menuju kemari!”
Peringatan dari kakak ku itu seperti sebuah suara yang rasanya terdengar dengung ditelinga ku. Tidak terdengar jelas karena suara bising tiba-tiba muncul. Membuat indra telinga ku tidak bekerja. Aku hanya terdiam, tidak bergerak. Aku hanya melihat kakak ku menarik ku, dan membawa  ku berlari bersamanya.
Benda bercahaya tersebut sekitar 200 meter dari kami. Layaknya sebuah meterorit pikir kakak ku. Kemudian ia akan menabrak bumi.
“ Duuum.......” dentuman merambat ke segala sudut dengan cepat, hingga hampir berada di dekat aku dan kakak ku.
Aku dan kakak ku berlari, berlari dan berlari sekencang-kencang selayaknya aku bisa. Saat ku sempatkan untuk membalikkan wajah ke belakang, di sana aku dapat melihat dengan jelas. Salah satu teman ku yang berteriak “ TOLONG AKU”. Tidak sempat dari 2 detik aku memandangnya. Saat ini tubuh teman ku tersebut telah tidak ada, terlahap oleh cahaya biru.
“ mana mungkin... Bagaimana bisa”.
Air mata yang dulunya sulit aku keluarkan, entah berapa kali aku memerlukannya. Saat ini terasa ia muncul dengan sendirinya di wajah ku. Sungguh, sungguh, kenangan yang telah aku buat bersama dengan teman ku, baik itu saat bermain dan melompat jembatan saat kemarin, telah menjadi debu, terlahap oleh cahaya tersebut.
- sial.
Kakak dalam hatinya menggurutu kesal dan sedih, tapi bagi dirinya saat ini adalah menyelamat kan ku.
“ wuuush” cahaya biru benar tidak berkompromi, hanya dalam sekian detik saja jarak kami dengannya telah mencapai kurang dari 10 meter.
Aku yang berlari kencang, ditarik oleh kakak untuk berbelok ke kiri. Tempat ini merupakan halaman rumah orang lain. Sang kakak langsung berkata dengan keras “ noah, berlindunglah di sini”
Saat ia mengatakan itu, aku tidak memiliki kesempatan dalam bergerak. Ia langsung menarik ku dalam pelukkannya, serta melindungi ku di pelukannya.
Saat ini ledakan berada di belakang tembok tempat kakak berlindung. Retakan terdengar dari dinding yang berada dibelekangnya,
-tidak mungkin, kita akan....
Saat ini aku mengetahui bahwa aku dan kakak ku akan mati, terlahap oleh cahaya biru. Tubuh ini terasa ringan, entah apa penyebabnya, apakah aku terbawa oleh angin ledakan?. Entahlah apapun itu. Aku tidak memperdulikan itu terlalu banyak, terpenting saat ini mungkin kakak ku yang saat ini tepat berada di depan ku. Aku sempat mengusap air matanya, sebelum aku dan kakak ku terlahap oleh cahaya biru.

*mohon maaf bila masih banyak tipo, terimakasih juga telah membaca polog 1 ini sampai selesai. anda bisa melanjutkan membaca cerita selanjutnya dengan klik ini