Setiap paginya, aku sering bermain dengan teman-teman
ku. Apapun yang kami mainkan bersama, baik itu di musim panas, gugur, dingin,
hingga sekarang musim semi, terasa semuanya terasa menyenangkan. Teman terbaik diperkumpulan
bermain ku ini adalah kakak ku sendiri. Dia cantik, eksotis, dan memukau.
Menggambarkan wujud dari kakak ku ini, ku pikir terlihat seperti gadis yang
menyeupai malaikat, walaupun aku belum pernah bertemu dengan malaikat
sebelumnya. Rambut panjangnya berwarna hitam lurus, becermerlang layaknya
berlian. senyumnya manis layaknya seperi bidadari. serta matanya yang agak
lebar, memberi kesan bahwa ia seorang yang lucu dan memukau.
Walaupun sosoknya begitu lucu dan cantik, kakak ku
memiliki kedewasaan yang melebihi dari yang aku miliki. Bisa ku katakan, saat
aku sekolah dasar kelas 3, teman-teman menjahili ku dan ia menolong, entah
berapa rasa sakit yang ia terima karena lemparan batu mereka, ia tetap
tersenyum. Itulah mengapa aku menyebutnya “ Malaikat”.
Saat ini aku menginjak kelas 4 sd dan kakak ku kelas 1
smp, walaupun ia bermain dengan bocah seperti ku, ia merasa seperti bermain
dengan sebayanya. Ia tersenyum, tertawa dan bahagia, itulah yang membuat aku
mengetahui hal tersebut.
Permainan yang kami lakukan setiap waktunya, tidak
begitu unik, tapi memerlukan sedikit keberanian. Seperti layaknya saat ini,
teman-teman ku saat ini lagi bermain terjun ke sungai dari jembatan. Cukup
tinggi woy, itulah yang aku katakan kepada mereka. tingginya juga diluar nalar
bagi ku, yang masih bau kencing. Tinggi jembatan okinawa ini sekitar 7 meter.
“ buset!!” sahut ku, melihat teman-teman ku dengan
beraninya melompat dari jembatan ini ke sungai.
“ boughtshh” percikan air memancar luar biasa dari
efek loncatannya.
- dia tidak mati kah?
Itu lah yang aku pikirkan, tapi layaknya seperti teman
lainnya, ia kembali ke permukaan dan tersenyum bahagia, sambil mengatakan “
uwaa”, karena efek keterkejutan dari melompat tinggi.
- kalian gila, bisa selamat?!
Selagi aku kengerian melihat bertapa mengerikannya
mereka, karena berhasil selamat dari loncatan tersebut, kakak ku memandang ku
dengan sosok khawatir. Ia merasa cemas, karena melihat kaki ku yang merinding
layaknya seeokor kucing yang kedinginan.
“ noah” suara ini berasal dari kakak ku, saat aku
melihatkan pandangan ku kepadanya, ia sedang melompat dari jembatan yang
tinggi. Ia tersenyum dengan berani, bahagia, dengan roknya dan bajunya
berkibar, seakan ia akan terbang.
“ kak..”
- terlambat
“ boughtshhh” percikan air deras berhamburan ke udara
Aku langsung berlarian menuju tepi jembatan, melihat
sosok kakak ku ke segala sudut sungai, aku tidak dapat menemukannya
“ kakak?...” dengan lemas dan khawatir, aku tidak
berhenti mencarinya.
- gelembung-gelembung?
Karena bila aku mengetahui adanya gelembung, di
sanalah tempat kakak ku mengeluarkan oksigennya.
“ boughtshh” seseorang ke luar dari permukaan sungai.
Rambutnya basah, begitu pula dengan wajahnya. Akan tetapi, wajahnya yang
tersinari oleh cahaya oranye dilangit sore, membuat butiran air di wajahnya
menjadi becemerlang. Hal itu membuatnya lebih membuat ku terpukau.
“ syukurlah” nafas lega ku keluarkan sambil memegang
dada ku.
“ sykur apanya noah?”
“ apa?....” secara refleks aku langsung balikan
pandangan ku kepada sumber suara.
Tak sempat mengetahui dan melihat orang yang berbisik
tersebut, kaki ku berada dipegangan seseorang.
“ a..aah! Tunggu!!”
“ tidak ada kata tunggu!!”
“ hehe” suara jahil dari teman-teman ku lainya, ikut
membantu orang yang memegang kaki ku. Mereka memegang dan mengagkat tubuh ku.
“ satu!-dua!!”
“ tigaa!” suara ancang-ancang terakhir ini, tepat
melemparkan ku ke arah sungai.
Bagaikan melihat kematian, jantung ku berdetak sangat
kencang dan mata ku melotot kepada sungai yang sebentar lagi ku hantam.
“ buaghtshh!!” dentuman keras dan percikan air
terhempas ke udara.
“ hebat kita berhasil!!” ketiga teman ku, satu
perempuan dan dua laki-laki saling menepuk tangan mereka.
“ noah?..” perempuan yang melemparkan ku tersebut
memanggil ku di sungai. Tapi layaknya sungai yang mengalir tenang lainnya,
tidak ada tanda-tanda kehidupan dari ku.
“ noah!!” setiap orang menjerit karena khawatir aku
tenggelam.
“ oy, noah!” kakak ku juga mencari ku dengan menyelam
ke dalam sungai.
- di mana kau noah?.
Di dalam sungai, ia mulai melihat sesosok mahluk yang
mendekatinya. Seakan terasa terdapat ancaman, ia mulai kembali kepermukaan,
sambil berenang ke belakang.
“ tertangkap!” sebuah cengkraman dan daya dorong kuat,
membuat kakak ku terlempar kebelakang berserta dengan mahluk ang mendorongnya.
“ boughts!!” dentuman keras air, terdengar oleh
teman-teman ku lainya, sehingga mereka memandang pada sumber suara tersebut.
“ aa?.. Lyna?” teman-teman memanggil nama kakak ku
sambil menghampiri sumber suara kakak ku.
“uahgt!!” sebuah suara berteriak keras dari kedalaman
sungai, hal ini membuat teman-teman ku berkata “ hii..” karena ketakutan dan
mengambil jarak.
Ternyata dari sumber suara tersebut, keluar dua sosok
orang yang mereka kenal. Yaitu noah dan kakaknya, lyna.
“ hahaha, hebaat” aku berteriak gembira memikirkan
bertapa takutnya diriku dari lemparan lainnya.
“ hahaha, aku kaget sekali!!. Haha, tidak menyangka
kau akan keluar dari dalam sungai seperti itu” kakak ku tertawa sambil mengelap
matanya, yang entah itu merupakan air mata atau tidak.
Aku tersenyum dan berkata, “ itu merupakan hal yang
terbaik bukan, untuk mengejutkan mu kakak?, tidak hanya kakak, semua orang juga
khawtir loh”
Memandang dengan mata jahil kepada teman-teman ku,
teman-teman lainnya hanya tersenyum tipis, sambil merasa bahwa mereka telah
kalah, karena merekalah yang dijahili akhirnya.
“ kau membuat ku khawatir noah, tapi aku bahagia
karena kau selamat. Sebagai hukumannya..” kakak ku memandang jahil kepada
teman-teman. Kupikir itu adalah respon bahwa kakak ku akan menjahili
teman-teman lainnya. Ternyata sebaliknya, aku lah yang dijahili. Mereka
melemparkan percikan air deras ke arah ku. Aku yang sendiri tidak berdaya,
sambil mengatakan
“ tolong berhenti-tolong berhenti” sambil tertawa.
Mencoba tidak menyerah aku juga melemparkan air kepada
teman-teman di belakang ku yang melemparkan percikan air.
“ rasakan ini!!” kakak ku yang asalnya menyerang ku,
berbalik menyerang teman lainnya
“ hey lyna, kau curang!!” teman perempuan merengek
jengkel.
“ tidak ada yang mengatakan bahwa kita berteman
bukan?”
“oh iya, kalau begitu, rasakan!!” percikan air terus
bertambah dikubu ku, menyerang teman-teman lainnya, terlihat kewalahan dari
mereka.
“ kau juga lagi..” teman-teman laki-laki yang asalnya
bersikap sok gagah, mengeluar jiwa merengek seperti perempuan.
Kakak beserta perempuan disampingnya menahan tawa
kerena mendegarkan hal tersebut, tidak butuh waktu lama sampai mereka berdua
tertawa terbahak-bahak karena hal tersebut.
“ hei apa yang kalian tertawakan?”
“ tidak-tidak, hahaha” kakak ku memalingkan wajahnya
sambil menahan tawa yang tidak bisa dihentikannya.
Merasakan suasana kehangatan ini, aku juga ikut
tertawa. Tertawa ini bukan merupakan tertawaan kepada mereka, tapi aku lebih ke
bahagia karena moment yang hangat ini.
“ hei, noah!, kamu juga kah?”
semua orang tertawa, bukan karena akan suara dari anak
laki-laki tersebut. Tapi tertawa karena bahagia karena bersyukur atas Momhent
membahagiakan ini.
Walaupun angin dingin yang menerpa tubuh kamu hingga
mengigil, kami tetap tertawa. Karena hal bahagia ini melebihi
kebahagian-kebahagian lainnya. Sungguh perasaan hangat akan hubungan, layaknya
seperti keluarga. Bila seperti itu, karena kehangatan keluarga ini berada di
cahaya matahari terbenang yang indah. Ungkapan bahasa inggris yang tepat adalah
“ Living light” atau dalam indonesianya, “ cahaya kehangatan orang-orang”.
“ indahnya, aku berharap kita semua dapat bersama
hingga sampai kapanpun”
Aku berharap kepada tuhan akan doa ini, sambil
memandang cahaya matahari terbenang yang indah dan mendegar suara tertawa
teman-teman.
Yah semoga dapat bersama..
***
Ku papahkan kaki ku ini kepada taman. Melihat ke taman
terdapat teman-teman ku yang melambaikan tangan mereka kepada ku, tentu juga
kakak ku berada di sana.
“ hei, noah. Bagaimana dengan ujian tengah semester
mu?” kakak ku memimpin pembicaraan terlebih dahulu.
“ yah, begitu. Kalau aku dapat nilai rata-rata A lagi”
ketika mengucapkan ini aku berusaha merendahkan suara ku agar tidak berkesan
sombong.
“ luar biasa yah, kalau aku mana mungkin mencapai hal
tersebut” seorang teman ku yang sedang bermain jungkat jungkit tertawa.
“ itu karena keseharian mu hanyalah bermain tahu”
perempuan yang bermain jungkat-jungkin dengan laki-laki tersebut merespon
sambil menunjuk kesal.
“ hahaha” percakapan mereka berdua seperti kucing yang
sedang bertengkar, hal itulah yang membuat aku serta teman-teman lainnya
tertawa. Kakak ku hanya tersenyum karena tingkah mereka sambil melihat langit.
“ hei, lyna benarkan?” laki-laki tersebut mencoba
minta bantuan lyna untuk membelanya. Sedikit waktu berjalan, dia heran karena
lyna terdiam dan hanya memandang langit.
“ ada apa di langit” ketika dia melihat memandang
langit, ia melihat sebuah benda bercahaya berwarna biru, keindahannya layaknya
komet. Aku dan semua teman ku memandang hal itu sebagai hal yang luar biasa.
Kakak ku memandang benda tersebut juga, layaknya
seperti bahagia. Tapi, entah kenapa wajahnya memucat tanpa alasan yang aku
ketahui.
“ cahaya itu tidak memiliki massa dan hanyalah
gelombang?. Tidak hanya itu..”
Kakak ku langsung membalikkan tubuhnya dan berteriak
dengan kencang kepada kami.
“ kalian semua pergi!, benda itu menuju kemari!”
Peringatan dari kakak ku itu seperti sebuah suara yang
rasanya terdengar dengung ditelinga ku. Tidak terdengar jelas karena suara
bising tiba-tiba muncul. Membuat indra telinga ku tidak bekerja. Aku hanya
terdiam, tidak bergerak. Aku hanya melihat kakak ku menarik ku, dan
membawa ku berlari bersamanya.
Benda bercahaya tersebut sekitar 200 meter dari kami.
Layaknya sebuah meterorit pikir kakak ku. Kemudian ia akan menabrak bumi.
“ Duuum.......” dentuman merambat ke segala sudut
dengan cepat, hingga hampir berada di dekat aku dan kakak ku.
Aku dan kakak ku berlari, berlari dan berlari
sekencang-kencang selayaknya aku bisa. Saat ku sempatkan untuk membalikkan
wajah ke belakang, di sana aku dapat melihat dengan jelas. Salah satu teman ku
yang berteriak “ TOLONG AKU”. Tidak sempat dari 2 detik aku memandangnya. Saat
ini tubuh teman ku tersebut telah tidak ada, terlahap oleh cahaya biru.
“ mana mungkin... Bagaimana bisa”.
Air mata yang dulunya sulit aku keluarkan, entah
berapa kali aku memerlukannya. Saat ini terasa ia muncul dengan sendirinya di
wajah ku. Sungguh, sungguh, kenangan yang telah aku buat bersama dengan teman
ku, baik itu saat bermain dan melompat jembatan saat kemarin, telah menjadi
debu, terlahap oleh cahaya tersebut.
- sial.
Kakak dalam hatinya menggurutu kesal dan sedih, tapi
bagi dirinya saat ini adalah menyelamat kan ku.
“ wuuush” cahaya biru benar tidak berkompromi, hanya
dalam sekian detik saja jarak kami dengannya telah mencapai kurang dari 10
meter.
Aku yang berlari kencang, ditarik oleh kakak untuk
berbelok ke kiri. Tempat ini merupakan halaman rumah orang lain. Sang kakak
langsung berkata dengan keras “ noah, berlindunglah di sini”
Saat ia mengatakan itu, aku tidak memiliki kesempatan
dalam bergerak. Ia langsung menarik ku dalam pelukkannya, serta melindungi ku
di pelukannya.
Saat ini ledakan berada di belakang tembok tempat
kakak berlindung. Retakan terdengar dari dinding yang berada dibelekangnya,
-tidak mungkin, kita akan....
Saat ini aku mengetahui bahwa aku dan kakak ku akan
mati, terlahap oleh cahaya biru. Tubuh ini terasa ringan, entah apa
penyebabnya, apakah aku terbawa oleh angin ledakan?. Entahlah apapun itu. Aku
tidak memperdulikan itu terlalu banyak, terpenting saat ini mungkin kakak ku
yang saat ini tepat berada di depan ku. Aku sempat mengusap air matanya,
sebelum aku dan kakak ku terlahap oleh cahaya biru.
*mohon maaf bila masih banyak tipo, terimakasih juga telah membaca polog 1 ini sampai selesai. anda bisa melanjutkan membaca cerita selanjutnya dengan klik ini