Hantu Amnesia Part 33





Hallo sahabat KSJ48. Sorry yah kemaren-kemaren gue gak update. Kondisi badan sedang tidak memungkinkan jadi gue libur dulu. Untung aja ada yang nagih. Jadi beres deh hantu amnesia. Buat yang nunggu selamat menikmati, soalnya beberapa part lagi tamat kayaknya :)))

Happy Reading
#AsKriting




Kurang lebih selama 2 hari, Luthfi dan teman-temannya menyegarkan otaknya dengan berlibur di Villa milik keluarga Melody. Satu persatu masalah terselesaikan. Seperti masalah Melody dengan adiknya dan Sinka dengan kakaknya juga masalah Melody cs yang selalu bertingkah laku seperti ratu, kini juga sudah tersadarkan karena kejadian pemerkosaan itu.

Di malam yang dihiasi bintang. Luthfi dan teman-temannya kembali menempuh perjalanan meninggalkan Villa mewah itu. Di dalam mobil milik Ve hanya dia dan Luthfi yang masih terjaga, yang lainnya sudah tidur karena kelelahan.

Luthfi yang saat itu duduk di depan, tepat di samping Veranda hanya menatap kosong jalan raya dan mendengarkan lagu melalui earphone.

“Kamu gak tidur fi?” tanya Ve, menyadari hanya mereka yang masih membuka mata.

Luthfi melepaskan satu earphonenya sambil berkata, “Enggak kak. Lagi males tidur,” ujarnya dengan malas.

Suasana kembali hening, perasaan canggung tiba-tiba datang. 5 menit berlangsung seperti itu sampai Ve kembali membuka pembicaraan.

“Fi, makasih yaah,” ujar Ve sambil terus mengemudikan kendaraan.

“Makasih buat apa kak?” tanya Luthfi bingung, pandangannya beralih ke wajah Ve yang sedang serius menyetir.

“Buat segalanya. Kamu orangnya kasar, dingin, cuek tapi peduli. Kak Ve udah denger semua tentang kamu dari Yupi,” jawab Ve. Saat menyadari dia sedang dipandang oleh Luthfi, perempuan berpipi tembem ini tiba-tiba gugup.

“Yupi berlebihan kak. Aku cuman terseret masalah-masalah mereka yang sebenarnya bukan urusanku.” Luthfi kembali mengalihkan pandangannya ke depan.

“Hahaha, kamu emang orang yang aneh. Tapi kak Ve bersyukur Yupi bisa berteman baik dengan kamu. Kakak titip Yupi yah fi, jagain dia.” Tawa kecil keluar saat Ve mendengar ucapan Luthfi itu.

“Iyaa kak, Tapi aku gak janji.” Earphone yang tadi dilepaskannya, kembali Luthfi pasangkan.

“Makasih yaa, fii.” Sekilas Ve memalingkan pandangannya ke arah Luthfi sambil tersenyum. Cowok penggila ramen itu menyadarinya, dia membalas senyuman Ve.

Ve kembali fokus melihat ke depan.

*~~~*

Baru setelah perjalanan, Luthfi melihat mata Ve yang sudah membengkak hitam dan sayu karena kekurangan tidur. Sesekali matanya terpejam namun ia dengan sigap membuka kembali.

“Kak,”

“Eeeh, iyaa..iyaa fi? Kenapa?” balas Ve kaget.

“Biar aku yang nyetir kak,” tawar Luthfi.

“Emang kamu bisa fi?” tanya Ve seolah tidak mempercayai cowok penggemar roti itu.

“Bisa kak. Kakak mending istirahat aja, kasiaan.”

Melihat kondisi Ve yang sudah tidak memungkinkan, akhirnya mobil berwarna navy itu menepi dan supir pun diganti. Dengan mantap Luthfi menginjak gas dan kembali memacu mobil tersebut untuk pulang.

“Maaf yaa fi, jadi ngerepotin kamu,” ujar Ve.

“Kinishinakute mo ii yo. Ima wa, Ve-san hayaku nemurenasai.” Ucap Luthfi. *Jangan dipikirkan. Sekarang, kak Ve cepat tidur

Ve tersenyum tipis saat mendengar Luthfi menggunakan bahasa Jepang. “Arigatou gozaimashu.” Hanya kalimat itu yang Ve tahu, ia lalu memejamkan mata.

Cuaca di malam itu sangat dingin, Luthfi melihat Ve yang mulai menggeliat kedinginan. Tanpa menghentikan mobil, ia melepas jaket hitam polos yang ia kenakan. Jaket itu menyelimuti tubuh Ve untuk mengurangi rasa dingin yang terasa.

Kakak Yupi itu merasakan rasa hangat, saat ia membuka mata tubuhnya sudah diselimuti oleh jaket hitam polos. Dia hanya tersenyum sambil berkata dalam hati, “Cowok langka,” dia pun melanjutkan tidurnya.

Di dalam mobil hanya Luthfi yang masih sadar. Dia mengemudikan mobil dengan laju yang lebih cepat daripada saat Ve yang menyetir. Ditemani dengan sebungkus roti tawar berselai coklat dan sebotol air mineral.

*~~~*

Luthfi mengantarkan teman-temannya satu persatu, dia membangunkan mereka saat tiba di depan rumahnya. Jam 03.00 dini hari, hanya tertinggal Luthfi, Andela, Yupi, dan Ve. Mereka sampai di sebuah rumah kecil yang hanya ditinggali satu orang lelaki itu.

Ve kembali menyerit mobil, sebelum pulang mereka berpamitan kepada Luthfi, “Daah Luthfi, o…o…yha…suee..mi…nasai,” ucap Yupi yang ingin mengucapkan selamat beristirahat dalam bahasa Jepang namun kurang jelas.

“Oh iya fi, ini jaket kamu. Makasih yaah,” ujar Ve sambil merapihkan jaket milik Luthfi dan mencoba menyodorkannya keluar jendela mobil.

Luthfi menghampiri mereka berdua dan mengambil jaket tersebut, ia melemparkan senyuman kecil kepada mereka berdua.

“Selamat beristirahat,” sambung Ve.

Luthfi yang berdiri di depan rumahnya, hanya melambaikan tangan sambil tersenyum kecil, “Matta nee Yupi-chaaan,” teriak Andela sambil tersenyum melambaikan tangan. *Sampai jumpa lagi Yupi.

Mobil milik keluarga Ve itu kembali melaju di jalan raya, sedangkan Luthfi dan hantu itu masuk ke dalam rumah.

“Aaaaa. Otsukaretaaa,” ucap Andela sambil tiduran di sofa. *aaaaa, capenyaaa

Tak lama kemudian, Andela kembali tertidur, melanjutkan mimpinya yang terpotong tadi. Dan lelaki yang menolong Melody dan kawan-kawannya malah menyeduh satu mangkuk mie ramen instan ditemani dengan teh hangat.

Setelah memasak mie ramen, ia masuk ke dalam kamar lalu menyalakan komputernya. “Hmm, kayaknya malem-malem gini enak nonton anime,” ujarnya sambil memilih anime yang akan ia tonton.

*~~~*

Tak terasa liburan selama 4 hari itu selesai, semua siswa-siswi kembali bersekolah. Termasuk Luthfi, ada yang berbeda dengan dirinya. Di sekitar matanya ada lingkaran hitam legam. Untuk menutupinya ia menurunkan rambut panjangnya ke depan.

“Kusut bener muka lo fi?” tanya Tyas sesampainya Luthfi di kelas.

“Berisik lo.”

“Lo gak tidur yah?” tanya Septyan.

“Iya ih, kamu gak tidur yah? Itu mata sampe bengkak,” sambung Sinka.

“Kenapa gak tidur fi?” tanya Shania.

Penampilan barunya iu menimbulkan banyak pertanyaan di benak teman-temannya. “Gue lagi seru nge-game aja,” jawab Luthfi singkat.

“Kayaknya Luthfi-sama lagi punya masalah. Aku harus cari tau dan bantu dia,” ucap Andela dalam hati.

Tak lama setelah itu pelajaran dimulai. Guru di jam pelajaran pertama mulai menerangkan materi. Efek begadang selama 2 hari mulai terasa, kepala Luthfi agak pusing, dia tidak bisa fokus memperhatikan.

“Sialan, efeknya kerasa sekarang,” ucap Luthfi dalam hati.

Dia memegang kepalanya untuk mengurangi rasa pusing itu. Entah dia sedang berhalusinasi atau apa, dia melihat sosok bayangan Elaine yang sedang duduk tepat di bangku yang sama saat masih SMP.

Bayangan itu menengok ke arah cowok gamers itu lalu melambaikan tangannya sambil tersenyum.

“Sialan, gue malah berhalusinasi.”

Luthfi memutuskan untuk izin ke toilet untuk membasuh muka. Saat kembali ke kelas bayangan teman lamanya itu sudah menghilang dan rasa kantuk ditambah pusing itu agak berkurang.

Setelah itu tak ada yang berbeda di kelas, berjalan dengan lancar dan tak ada hambatan. Namun pada saat jam pelajaran kedua, tepatnya jam 10 siang, Luthfi sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya, ia terlelap sesaat di pelajaran matematika, guru yang mengajar pelajar rumit itu adalah Pak Darto alias Killer Be.

Luthfi menopang kepalanya agar tidak jatuh menggunakan kedua tangan. Kepala agak ditekuk ke bawah dan jari-jarinya menutupi mata Luthfi. Untuk berkamuflase ia menyimpan buku di atas meja, agar terlihat seperti sedang membaca.

Sinka yang sebangku dengan Luthfi, tidak menyadari temannya itu sudah tertidur. Sinka terlalu takut untuk menengok ke sana ke mari, pandangannya lurus melihat ke depan.

Namun trik seperti itu tidak mempan untuk pak Darto, tangan pak Darto saat itu sedang memegang spidol.

Suuuingg

Taaakk

“Aawww,” Luthfi mengerang kesakitan, dan semua siswa melihat ke arahnya. Sinka yang berada di samping kaget, dia baru menyadari Luthfi dari tadi tidak memperhatikan pak Darto.

“Luthfi, berani kalliii kau tidur di jam pelajaran bapak. Sini maju ke depan bawa lagi itu spidol,” perintah Pak Darto.

Luthfi berdiri dan kemudian berjalan, jalannya tak seimbang. Mungkin karena efek lemparan spidol itu.

“Kamu tau kan konsekuensi tidak mengerjakan tugas atau tidur di kelas?”

“Tauu pak,”

“Yaudah sana kerjakan,”

Luthfi diberi hukuman untuk membersihkan wc lelaki yang rata-rata kotor karena kejorokan mereka. Dan pelajaran kembali dilanjutkan.

*~~~*

“Eh kak tau gak, tadi si Luthfi dihukum sama pak Darto,” ucap Sinka dengan penuh antusias.

“Oh iya, kenapa bisa?” tanya Naomi kaget.

“Dia malah tidur coba pas pelajarannya. Ya pasti dihukumlah, wkwk,” jawab Sinka dengan diakhir tawa.

Setelah menyuapkan satu sendok bakso Melody berkomentar, “Jarang-jarang dia dihukum,” sambil mengunyah makannanya.

“Jangan-jangan dia abis begadang,” sambung Ve setelah menelan makanan yang ada di mulut.

“Iya kak, katanya abis nge-game gitu,” ucap Frieska diiringi dengan senyuman.

“Haha, dia gak mikir apa pak Darto galaknya kayak gimana?” komentar Yona sambil mengambil satu gelas es jeruk.

“Haha, gitulah. Anaknya susah ditebak,” sambung Melody.

Keadaan terus membaik, siang itu Sinka dan Frieska makan siang bersama dengan kakak-kakaknya. Tak ada diskriminasi yang terjadi, istilah The Beautiful Girl yang sombong dan senang mempermainkan lelaki layaknya barang sudah tak ada lagi. Perubahan ini membuat aneh semua siswa.

“Eh, Melody cs jadi baik yah,”

“Iya, tadi juga mereka nolong gue,”

“Iyaa, malahan tadi pas berangkat sekolah bareng, soalnya motor gue mogok.”

“Mereka berubah yah?”

“Yaa baguslah.”

Begitulah obrolan dua orang lelaki yang kebetulan pagi itu ditolong oleh Melody dan kawan-kawannya.

Kembali ke suasana kantin yang penuh dengan siswa yang mengantri untuk membeli makanan. Tak jauh dari meja yang digunakan Melody dan yang lainnya. Shania dan teman-temannya pun sedang menyantap hidangan makan siang.

“Yan tau gak wajah si Luthfi pas dikasih hukuman sama pak Darto?” tanya Tyas sambil memegang sebuah sendok.

“Gimana gitu?” jawab Septyan sambil melihat pada Tyas, wajahnya berkeringat menahan pedasnya mie goreng yang ia makan.

“Mukanya flat banget, gak ada rasa takut atau nyesel gitu. Paraaah,” komentar Tyas yang dilanjut dengan satu suapan nasi uduk ke dalam mulutnya.

“Haha, lo yas. Iya sih beda banget pas Kinal sama temen-temennya dihukum waktu itu, mereka kayak takut bangeet,” sambung Shania sambil mengaduk minumannya dengan sedotan.

“Tapi jarang-jarang dia begadang sampe tidur di kelas,” lanjut Yupi sambil menyimpan kembali minuman setelah meneguknya.

“Nah,bener juga yang kata Yupi,” ucap Nabilah.

“Mungkin ada sesuatu,” ujar Beby.

Gleuk…gleukk….gleukk

“Aaaah, ngomongin orang mulu lo pada. Gak takut dosa apa?”

Tak disadari orang yang sedang mereka bahas sudah berdiri di dekat mereka dan meneguk minuman milik Tyas.

“Wooy minuman guaaaa,” protes Tyas.

“Eh, Luthfi,” ucap Yupi kaget, ia melihat Luthfi duduk di bangku yang masih kosong di sampingnya.

“Haa….heu..haaa,”

“Cape banget keliatannya lo fi? Nih, minum lagi,” tawar Septyan sambil menyodorkan gelas minumannya.

“Gak usah yan. Gue udah pesen kok,” tolaknya.

“Maaf ya fi tadinya mau kita bantuin,” ucap Shania pelan.

“Luthfi-sama sih, mau aku bantuin gak mau,” ucap Andela sewot karena tawarannya ditolak.

“Gue bilang gak usah, ini kan kesalahan gue?” Nada bicara Luthfi seolah sedang marah, membuat Shania terkejut.

“Eh, gak usah shan. Gue bisa sendiri kok,” ucap Luthfi dengan nada yang lebih lembut.

Tak lama kemudian pesanan Luthfi datang. Satu mangkuk bakso dan Ice Tea menjadi menu makanan siang ini.

*~~~*

“Yan, pulang sekolah lo sibuk gak?” tanya Luthfi saat berjalan kembali menuju kelas.

Septyan berpikir sambil memegang dagu, “Hmm, enggak sih. Kebetulan hari ini gue gak latihan vocal. Kenapa gitu?” Tanya Septyan.

“Gue ada urusan bentar sama lo, boleh mampir kan?”

“Boleh fi, datang aja. Rumah gue terbuka kok untuk semua sahabat-sahabat gue.”

“Oke thanks,”

Luthfi dan Septyan berjalan paling belakang. Shania cs dan Tyas sedang asyik bercanda tanpa memperhatikan obrolan mereka. Sedangkan Yupi dan Andela tersenyum ketika mendengar apa yang mereka bicarakan.

#ToBeContinued
 

2 Comments