Magic Love Part 42


Hallo Sahabat KSJ48. Akhirnya bisa update juga, ff pertama sekaligus cerbung pertama gue yang sampai sekarang belum tamat-taman :(((( Semoga yang udah nungguin lama puas sama part ini. Menurut gue kurang panjang sih, tapi lumayanlah buat obat rindu.

Happy Reading
#AsKriting


Meskipun tubuhnya masih terluka, Yosep kembali datang ke pabril tekstil tempat ia bertarung dengan sahabat lamanya, Adit. Dia membawa segerombolan preman yang lebih banyak untuk membantunya dalam misi balas dendam.

“Lo, emang gak ada kapoknya ,” ledek Adit.

“Berisik lo dit. Sekarang gue bakalan bikin lo babak belur sama temen-temen lo dan gue bakal bersenang-senang sama cewek-cewek cantik itu,” ucap Yosep sambil memandang ke Andela, Elaine, dan Gracia.

“Sep udah. Jangan sakiti mereka lagi,” ucap Deri berusaha membatalkan niatan Yosep.

“Lo juga sama, lemaaah. Nyesel gue kerja sama bareng lo,” ledek Yosep.

“Udah der, kata-kata gak bakalan mempan. Fi, to, ki, lindungi cewek-cewek jangan sampai mereka terluka,” perintah Adit.

Luthfi, Raito, dan Rizki berusaha untuk melindungi ketiga perempuan tersebut. Mereka mundur ke belakang dengan sebuah bongkahan kayu di tangan sebagai senjata.

“Fi, aku takutt,” keluh Andela melihat situasi.

“Tenang ndel, ada aku di sini.” Luthfi berusaha menenangkan pacarnya itu.

“Emang kamu bisa berantem fi?” tanya Raito.

“Enggak to, kan ada ini. Tinggal timpuk aja kepalanya,” ucap Luthfi sambil menunjukan bongkahan kayu yang ia pegang.

“Tenang, asalkan kita bekerja sama, kita pasti menang kok,” timpal Rizki.

“Lo siap bonyok dit?” ledek Yosep.

“Lo kali, yang bakalan bonyok lagi,” balas Adit.

“Banyak bacot lo. Seraaangg.” Yosep memberikan komando, sekitar 15 orang preman menyerang sekumpulan anak SMA ini.

Deri yang awalnya merencanakan penculikan Gracia dan Elaine, sekarang membantu Adit untuk menyelamatkan mereka berdua, dia berkelahi dengan beberapa preman. Sedangkan Adit harus berkelahi dengan 7 orang preman sekaligus.

Duagg

Braaak

Bugh

Deeaag

Suara pukulan dan tendangan yang para preman lancar dengan waktu bersamaan membuat Adit kewalahan dalam menangkis serangan. Dia sesekali melakukan serangan balik, tapi gagal. Beberapa kali ia terkena pukulan di wajah dan perutnya.

“Adiiiiitt,” teriak Elaine.

Luthfi, Raito, dan Rizki membuat sebuah lingkaran kecil untuk melindungi ketiga gadis ini. Mereka berjaga dari setiap arah.

Elaine berusaha keluar dari penjagaan ketiga temannya itu, “Len mau kemana? Di sana bahaya,” ucap Raito.

“Aku mau bantu Adit,” ucap Elaine tergesa-gesa.

“Kamu diem aja di sini len, percuma kamu ke sana juga Cuma jadi beban buat Adit,” balas Raito.

Elaine tertegun, ucapan Raito sangat masuk akal, “Udah len, kamu disini aja bareng kita,” ucap Gracia menenangkan Elaine.

Hyuuuuuk

Bruaaak

Luthfi mengayunkan bongkahan kayu itu ke arah preman dan berhasil memukul pundak preman tersebut.

“Sini lo, kalo berani,” ledek Luthfi, rasa percaya diri mulai muncul.

Rizki dan Raito pun melakukan hal yang sama, mereka menghalau serangan yang dilancarkan preman dan sesekali berusaha menyerang balik.

Bugh

Nampaknya Deri kewalahan harus menghadapi 5 preman sekaligus. Kemampuan bela dirinya belum mampu untuk menandingi 5 orang lelaki bertubuh kekar itu.

Alhasil ia terus-menerus menerima pukulan, walaupun sesekali ia bisa menahannya. Adit pun mengalami hal yang sama.

“Siaaal, kalo ini terus, bisa celaka nih. Ayo diri gue yang lain tunjukin diri lo lagi. Bantu gueeee,” jerit Adit di dalam hatinya. Dia berusaha mengeluarkan kembali sisi kepribadiannya yang lain karena situasi yang memaksanya.

Buggh

Tubuh Adit terpental cukup jauh karena pukulan telak yang ia terima. Pukulan preman itu tepat mengenai wajahnya. Badannya sudah memar merah, matanya sudah bengkak dan darah keluar dari pelipis dan mulutnya.

“Hahahaha.”

“Kita lihat siapa yang bonyok? Mampus lo dit. Hahahaha,” ledek Yosep.

“Oyy, biar gue yang beresin ni bocah.” Yosep memerintah anak buahnya untuk menyingkir dan ia bersiap-siap untuk melakukan serangan.

Adit berusaha kembali berdiri walaupun susah. Lututnya sudah bergetar menandakan sudah tak mampu menahan berat badan Adit.

“Gue harus kuaat,” ucapnya sambil menahan kaki dengan tangannya agar tidak terjatuh.

“Aaaaaaah,” layaknya dorama Yankee. Yosep berlari sambil berteriak ke arah Adit sambil mengepalkan tangan kanannya.

Bugh

Yosep terpelanting jatuh karena pukulannya meleset dan langsung dibalas oleh pukulan tangan kanan yang teramat keras oleh Adit.

“Dasar lemah lo dit. Gini aja minta bantuan gue,” ucap kepribadian Adit yang lain.

“Tapi gue bersyukur sih, bisa nyiksa orang lagi,” sambungnya.

“Sialan lo dit,” keluh Yosep sambil berusaha untuk bangkit.

“Wooy, serang diaaa,” perintah Yosep. Ketujuh preman itu langsung berlari ke arah Adit untuk membuat dia tak berdaya lagi.

Namun situasi saat itu berubah, dengan mudah Adit membereskan ketujuh preman itu. Sisi pribadi Adit yang lain memang menakutkan.

Bugh

Dag

Dhuaag

Braaaak

Ketujuh preman itu dibuat tergeletak di atas tanah. “Woy, urus dulu yang ini,” teriak Yosep kepada bawahannya sambil menunjuk kepada Adit. Delapan preman yang lain menghampiri Adit dan berkelahi dengannya.

“Yang kayak gini gak ada apa-apanya,” ledek Adit.

Semua serangan preman itu dapat ditangkis dengan mudah. Meskipun badannya terluka parah, ia bisa menghabisi 15 preman yang Yosep bawa.

“Thanks banget dit, gue puas bisa bermain dengan 15 orang idiot ini.”

“Siaaaaall,” teriak Yosep.

“ADIIIIIIT,”

Ia kembali berlari menuju Adit dengan membawa sebilah pisau. “Dasar orang lemah,” ledeknya.

Tap

Ting

Serangan berhasil ditangkis, pisau yang dipegang Yosep terjatuh.

Bugh

Satu pukulan berhasil membuat Yosep tak sadarkan diri, “Cuma orang lemah yang pake benda tajam kayak piso,” ledeknya.

Tak lama setelah itu, Adit tergeletak pingsan. Tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa sakit yang ditimbulkan dari perkelahian ini, dan sepertinya ia sudah kembali ke kepribadiannya yang semula.

“Adiit,” teriak Elaine sambil berlari menghampiri Adit diikuti yang lainnya.

Deri tersenyum melihat teman-temannya itu. Ia berpikir betapa bodohnya dia merusak hubungan persahabatan hanya karena seorang perempuan.

“Kamu hebat der. Makasih ya udah menolong aku dan yang lainnya juga,” ucap Gracia saat berada di samping Deri.

“Gre?” ucap Deri kaget.

“Gue gak bantu apa-apa kok, Adit malahan yang mengalahkan preman-preman itu,”

“Eueeeum. Enggak kok, kamu juga bantu,” ucap Gracia sambil menggelengkan kepalanya.

Deri berusaha untuk bangkit berdiri dan menghampiri Adit, “Sini aku bantu,” ucap Gracia.

“Makasih gre,”

Gracia hanya tersenyum simpul kepada Deri. Mereka berdua menghampiri Adit yang pingsan.

“Adiiit, bangun,”ucap Elaine panik, air matanya sudah tak bisa ditahan.

“Kayaknya dia terluka cukup parah. Ndel kamu hubungi kantor polisi. Kita harus bawa Adit ke rumah sakit. To, ki bantu gue angkat si Adit. ” Perintah Luthfi.

Andela, Rizki dan Raito langsung mengikuti apa yang dikatakan Luthfi.

“Len, kamu tenang kita bawa Adit ke rumah sakit,” ucap Luthfi. Mereka semua bergegas membawa Adit ke rumah sakit.

*~~~*

Adit telah mendapatkan pertolongan pertama, dan sedang dirawat di salah satu rumah sakit. Sedangkan Yosep dan bawahannya sudah ditangani oleh pihak yang berwajib.

Adit cukup lama tidak sekolah karena masih dirawat. Pihak keluarganya juga sudah mengetahui kejadian malam itu.

Masalah pun selesai, Adit sudah sadarkan diri dan setiap hari teman-temannya menjenguknya sepulang sekolah, terutama Elaine. Yosep harus ditahan oleh polisi karena ulahnya, sementara Deri yang juga terlibat dalam penculikan itu dibebaskan karena korban tidak menuntut kepadanya dan ia juga membantu korban di saat-saat terakhir.

Beberapa hari dirawat akhirnya Adit diperbolehkan pulang oleh dokter. Saat itu hanya Raito, Elaine dan Luthfi yang menjemput Adit. Mereka meninggalkan rumah sakit menuju rumah Adit menggunakan mobil keluarga Luthfi.

Di dalam mobil, Luthfi menyibukan dirinya dengan menyetir, sedangkan Tyas yang duduk di depan bersama Luthfi sibuk dengan gamenya.

“Gimana keadaan kamu dit?” tanya Elaine pelan.

“Udah mendingan len. Makasih yah, kamu selalu jenguk aku,” jawab Adit.

“Eueuumh. Justru aku yang harus berterima kasih karena kamu udah menyelamatkan aku sama Gracia,” ucap Elaine.

“Ke Adit doang? Ke aku enggak?” tanya Luthfi.

“Ke Adit doang? Ke aku enggak?” Tyas mengulangi ucapan Luthfi, sontak hal itu membuat Adit kesal.

“Sewot aja kalian berdua,”

“Iyaa, makasih juga yaah, Raito, Luthfi,” ucap Elaine.

“Hahaha, iya len sama-sama,”

Suasana kembali hening sampai mereka tiba di rumah Adit. Sebelum Adit dan Raito masuk ke dalam rumah, Luthfi dan Elaine pamit pulang

“Aku pulang dulu yaa dit obatnya jangan lupa dimakan,” ucap Elaine berpamitan.

“Gak mau mampir dulu len?” timpal Raito.

“Nanti aja to, kasian Aditnya butuh istirahat,” ucap Elaine.

“Ekheem,”

“Apaan sih fi?” tanya Adit.

“Enggak dit. Yaudah kita pamit pulang dulu ya dit.” Mereka berdua pun kembali masuk ke dalam mobil. Sebelum pulang, Luthfi mengantarkan Elaine terlebih dahulu ke rumahnya.

#ToBeContinued