Hallo Sahabat KSJ48. Akhirnya bisa update juga, ff pertama sekaligus cerbung pertama gue yang sampai sekarang belum tamat-taman :(((( Semoga yang udah nungguin lama puas sama part ini. Menurut gue kurang panjang sih, tapi lumayanlah buat obat rindu.
Happy Reading
#AsKriting
Meskipun
tubuhnya masih terluka, Yosep kembali datang ke pabril tekstil tempat ia
bertarung dengan sahabat lamanya, Adit. Dia membawa segerombolan preman yang
lebih banyak untuk membantunya dalam misi balas dendam.
“Lo,
emang gak ada kapoknya ,” ledek Adit.
“Berisik
lo dit. Sekarang gue bakalan bikin lo babak belur sama temen-temen lo dan gue
bakal bersenang-senang sama cewek-cewek cantik itu,” ucap Yosep sambil
memandang ke Andela, Elaine, dan Gracia.
“Sep
udah. Jangan sakiti mereka lagi,” ucap Deri berusaha membatalkan niatan Yosep.
“Lo
juga sama, lemaaah. Nyesel gue kerja sama bareng lo,” ledek Yosep.
“Udah
der, kata-kata gak bakalan mempan. Fi, to, ki, lindungi cewek-cewek jangan
sampai mereka terluka,” perintah Adit.
Luthfi,
Raito, dan Rizki berusaha untuk melindungi ketiga perempuan tersebut. Mereka
mundur ke belakang dengan sebuah bongkahan kayu di tangan sebagai senjata.
“Fi,
aku takutt,” keluh Andela melihat situasi.
“Tenang
ndel, ada aku di sini.” Luthfi berusaha menenangkan pacarnya itu.
“Emang
kamu bisa berantem fi?” tanya Raito.
“Enggak
to, kan ada ini. Tinggal timpuk aja kepalanya,” ucap Luthfi sambil menunjukan
bongkahan kayu yang ia pegang.
“Tenang,
asalkan kita bekerja sama, kita pasti menang kok,” timpal Rizki.
“Lo
siap bonyok dit?” ledek Yosep.
“Lo
kali, yang bakalan bonyok lagi,” balas Adit.
“Banyak
bacot lo. Seraaangg.” Yosep memberikan komando, sekitar 15 orang preman
menyerang sekumpulan anak SMA ini.
Deri
yang awalnya merencanakan penculikan Gracia dan Elaine, sekarang membantu Adit
untuk menyelamatkan mereka berdua, dia berkelahi dengan beberapa preman.
Sedangkan Adit harus berkelahi dengan 7 orang preman sekaligus.
Duagg
Braaak
Bugh
Deeaag
Suara
pukulan dan tendangan yang para preman lancar dengan waktu bersamaan membuat
Adit kewalahan dalam menangkis serangan. Dia sesekali melakukan serangan balik,
tapi gagal. Beberapa kali ia terkena pukulan di wajah dan perutnya.
“Adiiiiitt,”
teriak Elaine.
Luthfi,
Raito, dan Rizki membuat sebuah lingkaran kecil untuk melindungi ketiga gadis
ini. Mereka berjaga dari setiap arah.
Elaine
berusaha keluar dari penjagaan ketiga temannya itu, “Len mau kemana? Di sana
bahaya,” ucap Raito.
“Aku
mau bantu Adit,” ucap Elaine tergesa-gesa.
“Kamu
diem aja di sini len, percuma kamu ke sana juga Cuma jadi beban buat Adit,”
balas Raito.
Elaine
tertegun, ucapan Raito sangat masuk akal, “Udah len, kamu disini aja bareng
kita,” ucap Gracia menenangkan Elaine.
Hyuuuuuk
Bruaaak
Luthfi
mengayunkan bongkahan kayu itu ke arah preman dan berhasil memukul pundak
preman tersebut.
“Sini
lo, kalo berani,” ledek Luthfi, rasa percaya diri mulai muncul.
Rizki
dan Raito pun melakukan hal yang sama, mereka menghalau serangan yang
dilancarkan preman dan sesekali berusaha menyerang balik.
Bugh
Nampaknya
Deri kewalahan harus menghadapi 5 preman sekaligus. Kemampuan bela dirinya
belum mampu untuk menandingi 5 orang lelaki bertubuh kekar itu.
Alhasil
ia terus-menerus menerima pukulan, walaupun sesekali ia bisa menahannya. Adit
pun mengalami hal yang sama.
“Siaaal,
kalo ini terus, bisa celaka nih. Ayo diri gue yang lain tunjukin diri lo lagi.
Bantu gueeee,” jerit Adit di dalam hatinya. Dia berusaha mengeluarkan kembali
sisi kepribadiannya yang lain karena situasi yang memaksanya.
Buggh
Tubuh
Adit terpental cukup jauh karena pukulan telak yang ia terima. Pukulan preman
itu tepat mengenai wajahnya. Badannya sudah memar merah, matanya sudah bengkak
dan darah keluar dari pelipis dan mulutnya.
“Hahahaha.”
“Kita
lihat siapa yang bonyok? Mampus lo dit. Hahahaha,” ledek Yosep.
“Oyy,
biar gue yang beresin ni bocah.” Yosep memerintah anak buahnya untuk menyingkir
dan ia bersiap-siap untuk melakukan serangan.
Adit
berusaha kembali berdiri walaupun susah. Lututnya sudah bergetar menandakan
sudah tak mampu menahan berat badan Adit.
“Gue
harus kuaat,” ucapnya sambil menahan kaki dengan tangannya agar tidak terjatuh.
“Aaaaaaah,”
layaknya dorama Yankee. Yosep berlari sambil berteriak ke arah Adit sambil
mengepalkan tangan kanannya.
Bugh
Yosep
terpelanting jatuh karena pukulannya meleset dan langsung dibalas oleh pukulan
tangan kanan yang teramat keras oleh Adit.
“Dasar
lemah lo dit. Gini aja minta bantuan gue,” ucap kepribadian Adit yang lain.
“Tapi
gue bersyukur sih, bisa nyiksa orang lagi,” sambungnya.
“Sialan
lo dit,” keluh Yosep sambil berusaha untuk bangkit.
“Wooy,
serang diaaa,” perintah Yosep. Ketujuh preman itu langsung berlari ke arah Adit
untuk membuat dia tak berdaya lagi.
Namun
situasi saat itu berubah, dengan mudah Adit membereskan ketujuh preman itu.
Sisi pribadi Adit yang lain memang menakutkan.
Bugh
Dag
Dhuaag
Braaaak
Ketujuh
preman itu dibuat tergeletak di atas tanah. “Woy, urus dulu yang ini,” teriak
Yosep kepada bawahannya sambil menunjuk kepada Adit. Delapan preman yang lain
menghampiri Adit dan berkelahi dengannya.
“Yang
kayak gini gak ada apa-apanya,” ledek Adit.
Semua
serangan preman itu dapat ditangkis dengan mudah. Meskipun badannya terluka
parah, ia bisa menghabisi 15 preman yang Yosep bawa.
“Thanks
banget dit, gue puas bisa bermain dengan 15 orang idiot ini.”
“Siaaaaall,”
teriak Yosep.
“ADIIIIIIT,”
Ia
kembali berlari menuju Adit dengan membawa sebilah pisau. “Dasar orang lemah,”
ledeknya.
Tap
Ting
Serangan
berhasil ditangkis, pisau yang dipegang Yosep terjatuh.
Bugh
Satu
pukulan berhasil membuat Yosep tak sadarkan diri, “Cuma orang lemah yang pake
benda tajam kayak piso,” ledeknya.
Tak
lama setelah itu, Adit tergeletak pingsan. Tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa
sakit yang ditimbulkan dari perkelahian ini, dan sepertinya ia sudah kembali ke
kepribadiannya yang semula.
“Adiit,”
teriak Elaine sambil berlari menghampiri Adit diikuti yang lainnya.
Deri
tersenyum melihat teman-temannya itu. Ia berpikir betapa bodohnya dia merusak
hubungan persahabatan hanya karena seorang perempuan.
“Kamu
hebat der. Makasih ya udah menolong aku dan yang lainnya juga,” ucap Gracia
saat berada di samping Deri.
“Gre?”
ucap Deri kaget.
“Gue
gak bantu apa-apa kok, Adit malahan yang mengalahkan preman-preman itu,”
“Eueeeum.
Enggak kok, kamu juga bantu,” ucap Gracia sambil menggelengkan kepalanya.
Deri
berusaha untuk bangkit berdiri dan menghampiri Adit, “Sini aku bantu,” ucap
Gracia.
“Makasih
gre,”
Gracia
hanya tersenyum simpul kepada Deri. Mereka berdua menghampiri Adit yang
pingsan.
“Adiiit,
bangun,”ucap Elaine panik, air matanya sudah tak bisa ditahan.
“Kayaknya
dia terluka cukup parah. Ndel kamu hubungi kantor polisi. Kita harus bawa Adit
ke rumah sakit. To, ki bantu gue angkat si Adit. ” Perintah Luthfi.
Andela,
Rizki dan Raito langsung mengikuti apa yang dikatakan Luthfi.
“Len,
kamu tenang kita bawa Adit ke rumah sakit,” ucap Luthfi. Mereka semua bergegas
membawa Adit ke rumah sakit.
*~~~*
Adit
telah mendapatkan pertolongan pertama, dan sedang dirawat di salah satu rumah
sakit. Sedangkan Yosep dan bawahannya sudah ditangani oleh pihak yang berwajib.
Adit
cukup lama tidak sekolah karena masih dirawat. Pihak keluarganya juga sudah
mengetahui kejadian malam itu.
Masalah
pun selesai, Adit sudah sadarkan diri dan setiap hari teman-temannya menjenguknya
sepulang sekolah, terutama Elaine. Yosep harus ditahan oleh polisi karena
ulahnya, sementara Deri yang juga terlibat dalam penculikan itu dibebaskan
karena korban tidak menuntut kepadanya dan ia juga membantu korban di saat-saat
terakhir.
Beberapa
hari dirawat akhirnya Adit diperbolehkan pulang oleh dokter. Saat itu hanya
Raito, Elaine dan Luthfi yang menjemput Adit. Mereka meninggalkan rumah sakit
menuju rumah Adit menggunakan mobil keluarga Luthfi.
Di
dalam mobil, Luthfi menyibukan dirinya dengan menyetir, sedangkan Tyas yang
duduk di depan bersama Luthfi sibuk dengan gamenya.
“Gimana
keadaan kamu dit?” tanya Elaine pelan.
“Udah
mendingan len. Makasih yah, kamu selalu jenguk aku,” jawab Adit.
“Eueuumh.
Justru aku yang harus berterima kasih karena kamu udah menyelamatkan aku sama
Gracia,” ucap Elaine.
“Ke
Adit doang? Ke aku enggak?” tanya Luthfi.
“Ke
Adit doang? Ke aku enggak?” Tyas mengulangi ucapan Luthfi, sontak hal itu
membuat Adit kesal.
“Sewot
aja kalian berdua,”
“Iyaa,
makasih juga yaah, Raito, Luthfi,” ucap Elaine.
“Hahaha,
iya len sama-sama,”
Suasana
kembali hening sampai mereka tiba di rumah Adit. Sebelum Adit dan Raito masuk
ke dalam rumah, Luthfi dan Elaine pamit pulang
“Aku
pulang dulu yaa dit obatnya jangan lupa dimakan,” ucap Elaine berpamitan.
“Gak
mau mampir dulu len?” timpal Raito.
“Nanti
aja to, kasian Aditnya butuh istirahat,” ucap Elaine.
“Ekheem,”
“Apaan
sih fi?” tanya Adit.
“Enggak
dit. Yaudah kita pamit pulang dulu ya dit.” Mereka berdua pun kembali masuk ke
dalam mobil. Sebelum pulang, Luthfi mengantarkan Elaine terlebih dahulu ke
rumahnya.
#ToBeContinued