Hallo sahabat KSJ48. Masih ingetkah sama cerbung ini? Udah lama banget gak update soalnya. Buat yang lupa lagi sama jalan ceritanya boleh baca lagi dari chapter 1, gue juga lupa soalnya *hehe Moga masih ada yang nunggu. Datanglah...datanglah, wahai para readers,
Happy Reading
#AsKriting
Tidak
hanya Luthfi, Andela, Tyas, dan Elaine yang sedang menjalani latihan. Para
Imaginate lainnya pun tampak begitu semangat menjalani hari pertama latihan.
Adit dengan elemen apinya, ia begitu menyala-nyala dan percaya diri bahwa dia
yang paling kuat dari Imaginate yang lainnya.
Septyan
dengan elemen lstriknya, Sinka dengan elemen tanah. Mereka tampak semangat
dilatih oleh para Imaginary belajar teknik baru dan beberapa penjelasan materi
mengenai asal-usul kekuatan.
Gelapnya
langit menandakan akhir dari latihan mereka. Satu persatu para Imaginate pergi
ke asrama untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Luthfi
adalah Imaginate pertama yang sampai ke kamarnya. Ia terlentang di atas kasur,
tak bisa bergerak.
“Sialan,
cape banget gue.”
“Kenapa
gue harus dilatih sama kak Omi coba? Galaknya minta ampun,” keluh Luthfi.
Badannya
terasa ngilu, nafasnya masih terengah-engah, otaknya belum bisa berpikir jernih
sepenuhnya.
Tak
lama kemudian, Tyas dan Septyan masuk ke dalam kamar.
“Ugh,
bau apa ini?” tanya Tyas, ia menutup hidungnya. Aroma bau tak sedap merangsek
masuk ke dalam hidungnya.
“Fi,
lo bau banget.” Sambung Septyan.
“Iya,
sorry. Gue belum mandi,” jawab Luthfi.
Kesal
akan bau tersebut, Tyas menyuruh Luthfi untuk mandi sambil menampar kaki cowok
yang bisa menghilang itu.
“Awwww,
yas. Sakit tau.”
“Lo
kenapa fi?”
“Badan
gue sakit semua.”
Plaaakk….plaaak
Tyas
malah dengan sengaja menyentuh badan Luthfi yang tengah kesakitan itu.
“Yas,
yas. Asli sakit.” Rintih Luthfi.
“Emang
lo diapain sama kak Omi fi?” tanya Septyan sambil duduk di tepi kasur. Hampir
saja ia tak sengaja menduduki tangan Luthfi.
“Yan,
awas tangan guee,” teriak Luthfi panik.
“Eh,
sorry2.”
“Lo,
abis latihan atau udah dilinder truk kontener sih?” ledek Tyas.
Luthfi
menceritakan betapa kejamnya seorang Naomi melatihnya, ia diperlakukan secara
kasar. Tapi dia sadar itu untuk kebaikan dirinya sendiri dan salah dirinya
juga sering membuat ulah yang mengundang amarah seniornya itu.
“Udah-udah,
gue mandi duluan yah. Udah pada lengket nih ,” ujar Septyan berpamitan masuk ke
kamar mandi.
“Untuuung,
aja gue dilatih sama kak Ve,” ucap Tyas sambil mengelus-elus dada.
“Lo
enak yas, dilatih sama bidadari. Lha gue? Dilatih sama iblis penjaga neraka.”
“Tapi,
kak omi kalo lagi ketawa cantik lho,” sambung Luthfi.
“Oh
iya gitu? Tetep ah. Kak Ve lebih cantik.” Balas Tyas.
Luthfi
menceritakan kejadian saat Naomi tertawa melihat dirinya menggunakan pakaian
yang robek karena delusinya yang teramat lemah.
“Fi,
fi. Hari pertama aja lo kayak gini, gimana ke depannya? Bisa masuk Rumah Sakit
lo sebelum turnamen dimulai,” ledek Tyas.
“Sialan
lo, doain yang baik kek. Kak Omi jadi kayak Kak Ve, contohnya.”
“Ngayal
lo, kagak mungkin lah,”
“Di
delusination khayalan kita bisa jadi kenyataan tau,”
“Iya
sih.”
“Masih
sakit fi?” Tyas menanyakan kembali keadaan tubuh Luthfi.
“Masihlah,”
“Kalo
yang ini…..yang ini…yang ini,” Tyas mencoba untuk menyentuh bagian tubuh Luthfi
yang terasa sakit itu.
“TYAASS…WOYY….CARI
MASALAH NIH ANAK SAMA GUE…..AAWWW..SAKIT TAU,”
“Hahahaha,
sorry-sorry fi, cuman bercanda.”
Tok…tok…tok…
Setelah
teriakan Luthfi ada seorang yang mengetuk pintu kamar mereka.
“Siapa
itu yas?”
“Jangan-jangan
kak Omi mau nyiksa lo lagi,” ucap Tyas sambil tersenyum jahat.
“Coba
bukain yas, kalo emang kak Omi gue mau pura-pura mati,” balas Luthfi.
Tyas
menuruti apa yang dikatakan Luthfi, ia membukakan pintu dan ternyata bukan
seorang iblis tapi seorang bidadari cantik.
“Hallo
yas. Luthfinya ada?” sapa Andela.
“Tuuh,
dia di kasur ndel. Langsung tepar beres latihan.”
“Boleh
aku liat keadaannya?”
“Boleh,”
Ketika
masuk ke dalam kamar, Andela menghirup udara yang sama baunya, “Bau apa ini?”
tanya Andela.
“Tuh
keringatnya si Luthfi. Belum mandi dia,” ucap Tyas.
“Haii
ndel,” sapa Luthfi
“Hai
fi,”
Andela
mencoba mengetes hasil latihannya tadi bersama Yona. Ia memejamkan mata
berkonsentrasi pada delusinya, tangannya menari-nari seolah mengangkat semua
keringat yang menempel di tubuh Luthfi dan membuangnya.
“Kok
udah gak bau lagi yah?” ucap Tyas.
“Iya
gitu?” Luthfi seolah tak percaya, ia mencoba menghirup aroma tubuhnya dan
ternyata memang benar.
“Kamu
ada pengharum ruangan gak?” tanya Andela kepada Tyas.
Tyas
menganggukan kepala lalu menyemprotkan pengharum ruangan agar bau busuk itu
benar-benar hilang.
“Akhirnya
paru-paru gue selamat,” ujar Tyas.
Andela
langsung mendekati Luthfi dan menanyakan kondisinya. Tyas yang menyadari
situasi ini, meminta izin untuk keluar kamar dengan alasan cari udara seger, “Gerah
men, jadi kambing conge,” komentarnya.
“Badanku
masih ngilu ndel, cape banget asli. Latihan sama kak Omi keras banget,” keluh
Luthfi.
“Kasiaan
tenan koe fi. Yang sabar yoo. Tetep semangat,” ucap Andela dengan logat
jawabnya yang khas.
“Iya
ndel, itu pasti.”
“Aku
coba sembuhin tubuh kamu pake teknik yang diajarin kak Yona yah,” ucap Andela.
Tanpa
ada penolakan, Luthfi langsung mengiyakan apa yang dikatakan Andela
Andela
kembali berkonsentrasi, hasilnya sebuah gumpalan air kecil berwarna merah muda
mengapung di atas tangannya.
“Buka
mulutmu fi,” perintah Andela.
Luthfi
membuka mulutnya dan perlahan Andela memasukan air tersebut.
SZEERRR
Tubuh
Luthfi mengenjang dan sekilas mengeluarkan cahaya warna pink. Andela memang
berbakat dalam bidang pengobatan, Luthfi langsung tidak merasakan lagi rasa
cape dan ngilu pada tubuhnya.
“Hebat
ndel, tubuhku gak sakit lagi. Haha. Makasih yah.” Raut muka senang terpancar
dari wajah Luthfi, ia langsung berdiri dan menggerakan tubuhnya yang kini telah
bugar kembali.
“Syukurlah
fi, kalo udah sembuh. Aku turut senang,”
“Makasih
ya ndel.”
“Eeh?”
Reflek
tangan Luthfi tiba-tiba memeluk tubuh Andela. Gadis keturunan Jawa ini kaget,
wajahnya memerah dan bingung harus melakukan apa.
“Eeh,
maaf ndel. Aku gak sengaja,”
“I…iya,”
Suasana
canggung menyeruak datang. Dua orang Imaginate ini salah tingkah.
“Huuhh,
seger banget dah airnya,” ucap Septyan ketika keluar dari kamar mandi.
“Eh
ada Ande….”
“Kyaaaa,”
jerit Andela sambil memeluk kembali Luthfi, berusaha tidak melihat apa yang
dilarang untuk ia lihat.
Handuk
yang menutup bagian bawah Septyan longgar dan jatuh tertiup angin.
“Waduuh,”
ujar Septyan. Ia lalu bergegas masuk kembali ke kamar mandi.
“eh,
maaf fi. Tadi Septyan ngagetin aku,” ucap Andela yang sudah dilanda rasa malu
yang maha dahsyat.
“Iya
gak apa-apa kok ndel,” ucap Luthfi.
“Mantaaap,
Malam berkah ini namanya,” ucap Luthfi dalam hati.
Andela
memutuskan untuk kembali ke kamarnya, dan Luthfi kembali melanjutkan
membaringkan badan di atas kasur.
#ToBeContinued
makasih udah di updet kakak, aku tunggu ff yang lain ya :D
BalasHapus