Hallo
Sahabat KSJ48. Eh ketemu lagi, tapi di fanfict yang berbeda. Maaf ya updatenya
lama. Buat yang suka bacok-bacokan baca mini series ini deh, gue jamin bakalan
seru *tergantung tingkat kekejamannya juga sih. Kali aja masih ada yang nunggu
mini series ini di update.
Happy
Reading
#AsKriting
Intan
POV
"Pah,
plis pah. Jangan....." rengekku saat melihat papahku kembali menghampiriku
membawa sebilah silet tajam.
Aku
terus mundur ke belakang, sampai tubuhku menyentuh tembok. Aku takut, keringat
dingin sudah bercucuran deras dari ubun-ubunku.
"Ayo
cantik, papah ingin bermain denganmu," ucap papah. Tatapannya begitu
menusuk. Tubuhku sampai gemetaran melihatnya.
Perlahan,
tangan jahatnya merobek bajuku, dia menarik bajuku secara paksa dan
melemparkannya entah kemana.
Udara
dingin mulai terasa, kupejamkan mata, seolah tak ingin tau apa yang akan
dilakukan ayah. Kakiku mulai lemas, membuat posisiku yang sedang berdiri
menjadi duduk.
SREUT.....SREUT.....SREUT.....
"Ahhhhh,"
aku menjerit kesakitan saat ayahku membesitkan silet keperutku. Perih, itulah
yang aku rasakan. Darah segar mulai keluar dari bekas sayatan itu.
"Ayah,
pliss ayah. Hentikan," rengekku memohon.
Tanpa
belas kasian, ayah terus menyayat bagian perutku, ia seperti menulis diatas
perutku menggunakan silet.
"Aahhh....aaayaaah.....aaaaaahhhhhh,"
jeritku. Namun saat itu di rumahku tidak ada siapa-siapa, hanya ada kami
berdua.
Aku
mencoba kabur, namun tangan kiri ayah dengan sigap menahan tubuhku agar tidak
bergerak.
Ia
lalu mengeluarkan satu plastik garam dari saku celananya. Aku sudah pasrah,
otakku sudah lelah untuk memikirkan apa yang akan dilakukan oleh ayahku.
"Aaaaaahhhhh....aaahhh....ayah....perih,"
jeritku, saat tangan ayahku perlahan menaburi garam di luka sayatan yang ada di
perutku.
Garam
itu menambah rasa perih yang teramat menyakitkan. Aku terisak-isak sambil
menahan rasa sakit.
Aku
tak tau apa penyebab ayah menjadi seperti ini. Sejak ditinggal ibu, ia sering
memukulku, menyiksaku bila aku melakukan kesalahan sedikit saja.
"Intan?"
Aku mendengar suara kakakku, ditengah rasa sakit yang masih menggelayuti
tubuhku.
Aku
tak bisa membalas ucapannya. Mulut ini sukar untuk ku buka. Kedua bola mata kak
L melihat kearah Ayah yang wajahnya sedikit terkotori oleh darahku, ia melihat
tangan ayah yang sedang memegang sebuah silet.
Kak
L, begitulah aku menyebutnya. Tanpa bicara apapun lagi, ia langsung menghampiri
ayah. Ayah pun menanggapinya dengan berdiri.
"L?
Kamu kenapa udah pulang?" tanya Ayah, intonasi kalimatnya menggambarkan
kalau ayah ketakutan akan kedatangan kak L.
"Kenapa
kalo gue udah pulang hah? Lo apain adek gue?" Kak L langsung meluapkan
amarahnya, dia mendaratkan satu pukulan tepat dipipi ayah dan membuatnya
terpental sampai membentur dinding.
"L,
maafin papah L. Tadi adik kamu gak nurut sama omongan ayah jadi ayah
hukum," Ayah mencoba beralasan.
"HUKUMAN
MACAM APA? LO UDAH NYIKSA ADEK GUE" suara kak L begitu menggelegar. Ia
kembali mengangkat tubuh ayah dengan cara mencekik lehernya.
"L...tu..ru..nin..a..yah,"
suara ayah tak jelas ku dengar, dia meronta-ronta, sulit bernafas.
"Pantesan
aja ibu ninggalin kita," ledek Kak L. Ia lalu membantingkan tubuh ayah ke
atas meja makan.
Aku
yang sudah lemas tak berdaya, hanya bisa menonton kakakku menyiksa ayah di
dapur rumah. Terbesit kalimat didalam hatiku. Biarkan saja ayahmu mati."
"MENDING
LO MATI AJA." Setelah melancarkan beberapa pukulan dan tendangan ke perut
dan wajah ayah. Ia mengambil sebuah pisau tumpul yang sudah karatan di sebuah
laci.
"Ja..jangan
kak," ucapku lirih. Entah kenapa, satu sisi dari diriku mengatakan, "
Bagaimana pun dia, dia tetap ayahmu."
"Sudahlah
tan, lo gak usah ngebela si tua bangka ini," balas Kak L dengan
lantangnya.
Dia
lalu meletakan tubuh ayah yang sudah tak bisa melawan diatas lantai, tepat di
depanku. Ia lalu menduduki dadanya dengan tangannya yang sudah memegang pisau.
CRATS
"Aaarrghhhh...aaarrgghhh,"
Ayahku
terus menjerit, ketika mata kirinya berusaha dicongkel oleh pisau berkarat. Aku
melihat kak L begitu menikmatinya. Ada apa dengannya? Tak biasanya dia
bertindak sekejam ini.
"Kak
L, udah." Aku mencoba mencegah aksinya. Namun telinganya seolah buta.
Terlihat senyum di wajahnya.
CRATS
Kak
L terus mencoba mengangkat mata kiri ayah. Terlihat urat saraf matanya perlahan
putus satu demi satu.
"Arrgghhh."
Ayah terus menjerit saat satu matanya berhasil dikeluarkan kak L.
"Kak,
udah kak." Aku mencoba memperkeras suaraku, aku tak ingin ayah terbunuh.
"Tenanglah
tan. Kakak bakalan balas semua perbuatan dia ke kamu," ucap kak L.
Ayah
mengalami pendarahan yang cukup serius. Darah segar terus keluar dari matanya.
Seperti
beruang yang belum puas memakan mangsanya, kak L, memaksa ayah untuk membuka
lebar-lebar mulutnya. Dan dengan pisau karat itu, ia perlahan membelah
mulutnya, agar rahang atas dan rahang bawah terpisah.
Awalnya
dia kesulitan, namun dengan badannya yang sudah dilatih beberapa tahun di
sekolah militer, membuat mulut ayah robek.
Aku
sudah tak kuat melihat kekejaman kak L. Aku tergeletak pingsan tak sadarkan
diri.
*~~~*
Sudah
beberapa tahun lamanya, setelah kepergian Ayahku, aku juga tidak pernah bertemu
kembali dengan kak L. Satu kalimat terakhir yang ku dengar darinya saat aku
dirawat di Rumah Sakit adalah, "Dimana pun kau berada, Kak L akan
melindungimu."
Setelah
kejadian itu, hidupku tak ada yang menarik lagi. Aku hidup sebatang kara,
untungnya ada orang baik yang sukarela merawatku.
Aku
tak mengerti untuk apa aku hidup? Tak ada tujuan yang ingin aku capai. Terbesit
perkataan dalam benakku, kenapa aku tidak mati saja?
Ku
coba untuk bertahan, berusaha mencari keberadaan kak L. Mungkin dengan bertemu
dengannya, hidupku akan lebih berwarna.
Di
tengah kesibukan mencari kakaku, akhir-akhir ini aku mengenal sebuah girlband
yang menyebut diri mereka JKT48.
Bait-bait
lagu yang penuh dengan kata-kata motivasi hidup, membuatku bersemangat untuk
kembali berjalan dalam lika-liku kehidupan.
Tak
ada yang abadi, begitu pun dengan waktu. Sekian lama aku mencari kak L, tak
kunjung ku temukan jejak-jejak keberadaannya.
Ku
coba untuk menghibur diri dengan datang ke theater JKT48. Jessica Veranda,
adalah member favoritku.
Setelah
memanjakan mata ini dengan pertunjukan dari tim J, aku memutuskan untuk kembali
ke rumah orang tua angkatku.
*~~~*
AuthorPOV
Hari-hari
dilalui tanpa ada keanehan lagi. Seperti terjadinya pembunuhan member JKT48
oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Trauma yang dirasakan oleh member
veteran yang bernama Ve pun berangsur menghilang.
Malam
itu Ve telah menyelesaikan segala agendanya sebagai member JKT48. Tepat pukul
23.00 dia pulang ke rumah menggunakan mobil pribadinya.
“Daaah,
sampe ketemu besok yah.”
“Iya,
hati-hati di jalan.”
Sekedar
salam pamit antar member terjadi ketika
mereka keluar dari mall FX. Ve menghampiri mobil jemputannya yang sudah
terparkir di depan mall.
“Ayo
pak jalan,” perintahnya.
Tanpa
menjawab supir itu menginjak pedal gas meninggalkan mall.
Suasana
mall sudah sangat sepi, hanya tinggal beberapa mobil yang lewat, dan petugas
kebersihan yang sedang menganggkut sampah dari tong ke tong untuk dibawa ke
TPA. Ada sesuatu yang aneh, saat membuka salah satu tong sampah di depan mall,
dia melihat cairan merah yang mengalir dari dalam tong ke bawah.
Seorang
petugas kebersihan mencoba untuk memeriksa apa isi tong tersebut. Matanya
langsung terbelalak saat melihat sebuah mayat seorang lelaki yang mati
mengenaskan. Tubuhnya habis terkena sayatan benda tajam. Dari ujung wajah
sampai ujung kaki terbentang panjang luka sayatan.
Pembunuh
seolah sedang melukis menggunakan sebuah pisau di tubuh korban. Sebuah pisau
tajam dengan gagahnya tertancap tepat di atas jantungnya.
Diperjalanan
Ve mengisi waktu luangnya dengan membuat tweet dan berselancar ria di dunia
maya.
Selang
beberapa menit dia baru sadar, arah jalan mobil yang dibawa supirnya bukan
menuju ke rumahnya.
“Pak,
kok jalan sini?” tanya Ve heran.
“….”
Tak ada jawaban.
“Pak?”
“Jangan
buru-burulah. Ada apa sih di rumah? Kita main-main dululah,” ucap supir itu
sambil menatap jahat ke arah Ve.
“Kamu
kaan?” Ve kaget melihat sosok seorang lelaki yang tak asing baginya.
“L?”
keringat dingin tiba-tiba keluar dari pelipisnya.
Mobil
bertambah melaju kencang, “Jangan coba untuk kabur kalo lo tetep mau ketemu
sama fans lo besok,” ancam L.
#ToBeContinued