Hallo sahabat KSJ48. Gimana puasanya? belum bolongkan? Masa hari pertama udah batal. Buat ngabuburit daripada gabut, coba baca ff. Rencananya bulan puasa ini gue mau bom fanfict, tiap hari terus update 1 atau dua part lebih. Doain ya.
Happy Reading
#AsKriting
Author POV
Ve
mulai panik, ia bingung harus berbuat apa, ia mencari-cari cara untuk bisa
keluar dari mobil tersebut.
“Gue
saranin untuk tidak berbuat bodoh,” ucap Luthfi ketika menyadari ada
gerak-gerik aneh yang dilakukan Ve.
“Kenapa
lo lakuin ini? Kemana supir pribadi aku?” tanya Ve, wajahnya begitu memelas
seolah tak kuasa menahan kesedihan.
“Yaa,
mungkin bapak itu udah abis kontrak di dunia, jadi gue cabut nyawanya,”
“Emangnya
kamu malaikat pencabut nyawa apa?”
“Bisa
jadi. Mungkin dia sekarang udah ada di TPA.”
“Kamu
keterlaluan L.” Sedih bercampur amarah, itulah yang Ve rasakan. Reflek,
tangannya yang sedang memegang tas kecil memukul L yang sedang fokus mengendarai
mobil dari belakang.
“Pukul
aja terus, paling ujung-ujungnya kita mati konyol berdua. Gak apa-apalahh mati
bareng artis,” ledeknya.
Ve
menghentikan pukulannya, karena semakin keras ia memukul, semakin L menambah
laju kendaraannya.
“Mau
dibawa kemana aku?”
“Ke
suatu tempat. Kita kan mau bermain game,”
“Game?”
“Iya,
Game of death.”
Ve
berusaha menenangkan dirinya, dia yakin akan ada jalan keluar dari masalah ini.
Terbesit tanya di benaknya, “Kenapa kamu lakuin hal-hal sadis kayak gini L?”
“Hahahahaha.”
L mengeluarkan tawa jahat yang begitu menakutkan.
“Pastinya
karena menyenangkan,” ucapnya sambil melihat ke belakang dengan tatapan tajam.
“Bahkan,
gue gak takut kalo kita mati sekarang,” dia masih terus menatap Ve, mobil tetap
melaju dengan kecepatan 120 km/jam.
“L,”
teriak Ve sambil menutup matanya ketika melihat ada mobil di depan mereka.
Dengan santainya ia menghindar dari tabrakan itu.
“Kalo
lo nyebut gue malaikat pencabut nyawa, kayaknya emang bener,” ucap L dingin.
Beberapa
menit kemudian mereka tiba di losmen 3 lantai. Tampak gelap dari luar, pencahayaannya
begitu kurang.
L
turun, lalu membukakan pintu untuk Ve, “Gue udah bilang tadi ke lo. Jangan
melakukan hal yang bodoh, lo bisa mati kapan saja di tangan gue.
Dengan
raut muka yang amat ketakutan, Ve mengikuti apa yang dikatakan L, dan mengikuti
kemana L membawanya.
Mereka masuk melalui pintu belakang, saat membuka
pintu losmen, pemandangan yang begitu menyeramkan, bau busuk langsung menyerang
hidung. Bercak darah menempel dimana-mana, keadaan ruangan begitu berantakan.
Sesekali Ve melihat bagian tubuh manusia terpisah dari badannya. Contohnya saat
melewati dapur, ada tangan terpisah dari badannya yang berada entah di mana.
Ve
hanya menutup mata, tanpa diperintah air mata turun dari bola matanya. Dia
dituntun masuk ke dalam satu ruangan oleh L.
“Udahlah,
gak usah lebay kayak gitu,” ledek L.
“Semua
ini kamu yang ngelakuin?”
“Iya
emang kenapa? Mereka korban game ini bulan lalu, dan gue belum sempet beresin.”
Ve
hanya bisa menangis di sebuah ruangan yang tak begitu terang, karena hanya ada
satu lampu belajar yang cahayanya mulai redup. Hanya terlihat ada sebuah sofa
dan sebuah meja kecil di sampingnya.
L
mengeluarkan sebuah borgol, dia mengunci tangan kanan Ve ke sebuah besi yang
melingkar di meja kecil tadi.
Ve
terlihat pasrah dengan duduk ketakutan di sofa. L mendekatkan wajahnya ke wajah
cantik yang dimiliki Ve sambil tangan kanan pembunuh itu memegang dagu member
JKT ini.
“Ve,
lo tuh cantik, cantik bangeet,” ujarnya sambil mengeluarkan sebuah pisau
belati. Mata Ve terbelalak saat melihat pisau tersebut.
“Makanya
gue gak tega harus ngerusah tubuh lo yang mulus ini,” ucap L sambil menempelkan
bagian tumpul pisau dan mengusapkannya perlahan.
“Lo
punya banyak fans kan?” tanya L.
Ve
hanya mengangguk pelan.
“Gue
Cuma ngetes doang. Fans-fans lo bener-bener loyal gak sih? Mau gak mereka
berkorban harta waktu, atau nyawa mereka demi seorang idol yang mereka puja?”
“Coba
lo, langsung direct message fans yang lo anggap paling loyal. Gue kasih alamat
losmen ini, suruh mereka dateng nyelametin lo. Inget, jangan coba-coba hubungi
polisi,” ucap L sambil terus mengusap halus wajah Ve dengan pisau.
“Kenapa
harus fans aku? Mereka gak ada salah apa-apa sama kamu? Aku gak mau liat ada
fans aku yang mati lagi,” tangis Ve.
“Hmm,
kalo lo gak mau berarti, lo siap main game ini berdua? Haah? Tenang mereka gak
bakalan mati kok kalo emang bukan takdirnya,”
“Ngerti
gak?” lanjut L.
Karena
dilanda ketakutan yang teramat dahsyat, dan tidak bisa berpikir secara jernih
lagi, Ve kembali mengangguk.
Dia
langsung melakukan apa yang dikatakan L tadi. Beberapa menit kemudian, para
fans langsung membalas dan menyatakan siap untuk datang ke alamat yang
diberikan oleh Ve.
“Udah?”
“Udah,
10 orang fans aku mau ke sini.”
“Oke,
tapi gak bakalan mudah,”
L
telah merancang berbagai jebakan dari lantai ke lantai, mereka berdua berada di
lantai paling atas.
Tak
lama kemudian, beberapa kendaraan sudah berada di depan losmen.
“eh
lo juga dapet direct message dari Ve?” tanya salah seorang fans?”
“Iyaa,”
“Gue
juga dapet,”
Terjadi
perbincangan singkat di antara mereka, untuk berjaga-jaga para fans Veranda
hanya membawa beberapa alat untuk pertahanan diri, seperti pisau dapur, tongkat
baseball dan lain sebagainya.
Seorang
fans memimpin fans yang lain, dia membuka pintu depan losmen.
Cklreeeek
Teeeeeet
Bruaaassshhh
“Aaaaaahhh,
aaaaaaah gataal, periiiiiih,” jeritnya.
Saat
membukakan pintu ada sebuah jebakan yang dibuat L, seember air aki tumpah dari
atas menimpa ke seluruh tubuh fans tersebut. Tampak dia menjerit-jerit tak
karuan membuat fans yang lainnya takut.
#ToBeContinued