Psyco Part (4)


Hallo sahabat KSJ48. Gimana puasanya? belum bolongkan? Masa hari pertama udah batal. Buat ngabuburit daripada gabut, coba baca ff. Rencananya bulan puasa ini gue mau bom fanfict, tiap hari terus update 1 atau dua part lebih. Doain ya.

Happy Reading
#AsKriting



Author POV

Ve mulai panik, ia bingung harus berbuat apa, ia mencari-cari cara untuk bisa keluar dari mobil tersebut.

“Gue saranin untuk tidak berbuat bodoh,” ucap Luthfi ketika menyadari ada gerak-gerik aneh yang dilakukan Ve.

“Kenapa lo lakuin ini? Kemana supir pribadi aku?” tanya Ve, wajahnya begitu memelas seolah tak kuasa menahan kesedihan.

“Yaa, mungkin bapak itu udah abis kontrak di dunia, jadi gue cabut nyawanya,”

“Emangnya kamu malaikat pencabut nyawa apa?”

“Bisa jadi. Mungkin dia sekarang udah ada di TPA.”

“Kamu keterlaluan L.” Sedih bercampur amarah, itulah yang Ve rasakan. Reflek, tangannya yang sedang memegang tas kecil memukul L yang sedang fokus mengendarai mobil dari belakang.

“Pukul aja terus, paling ujung-ujungnya kita mati konyol berdua. Gak apa-apalahh mati bareng artis,” ledeknya.

Ve menghentikan pukulannya, karena semakin keras ia memukul, semakin L menambah laju kendaraannya.

“Mau dibawa kemana aku?”

“Ke suatu tempat. Kita kan mau bermain game,”

“Game?”

“Iya, Game of death.”

Ve berusaha menenangkan dirinya, dia yakin akan ada jalan keluar dari masalah ini. Terbesit tanya di benaknya, “Kenapa kamu lakuin hal-hal sadis kayak gini L?”

“Hahahahaha.” L mengeluarkan tawa jahat yang begitu menakutkan.

“Pastinya karena menyenangkan,” ucapnya sambil melihat ke belakang dengan tatapan tajam.

“Bahkan, gue gak takut kalo kita mati sekarang,” dia masih terus menatap Ve, mobil tetap melaju dengan kecepatan 120 km/jam.

“L,” teriak Ve sambil menutup matanya ketika melihat ada mobil di depan mereka. Dengan santainya ia menghindar dari tabrakan itu.

“Kalo lo nyebut gue malaikat pencabut nyawa, kayaknya emang bener,” ucap L dingin.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di losmen 3 lantai. Tampak gelap dari luar, pencahayaannya begitu kurang.

L turun, lalu membukakan pintu untuk Ve, “Gue udah bilang tadi ke lo. Jangan melakukan hal yang bodoh, lo bisa mati kapan saja di tangan gue.

Dengan raut muka yang amat ketakutan, Ve mengikuti apa yang dikatakan L, dan mengikuti kemana L membawanya.

Mereka  masuk melalui pintu belakang, saat membuka pintu losmen, pemandangan yang begitu menyeramkan, bau busuk langsung menyerang hidung. Bercak darah menempel dimana-mana, keadaan ruangan begitu berantakan. Sesekali Ve melihat bagian tubuh manusia terpisah dari badannya. Contohnya saat melewati dapur, ada tangan terpisah dari badannya yang berada entah di mana.

Ve hanya menutup mata, tanpa diperintah air mata turun dari bola matanya. Dia dituntun masuk ke dalam satu ruangan oleh L.

“Udahlah, gak usah lebay kayak gitu,” ledek L.

“Semua ini kamu yang ngelakuin?”

“Iya emang kenapa? Mereka korban game ini bulan lalu, dan gue belum sempet beresin.”

Ve hanya bisa menangis di sebuah ruangan yang tak begitu terang, karena hanya ada satu lampu belajar yang cahayanya mulai redup. Hanya terlihat ada sebuah sofa dan sebuah meja kecil di sampingnya.

L mengeluarkan sebuah borgol, dia mengunci tangan kanan Ve ke sebuah besi yang melingkar di meja kecil tadi.

Ve terlihat pasrah dengan duduk ketakutan di sofa. L mendekatkan wajahnya ke wajah cantik yang dimiliki Ve sambil tangan kanan pembunuh itu memegang dagu member JKT ini.

“Ve, lo tuh cantik, cantik bangeet,” ujarnya sambil mengeluarkan sebuah pisau belati. Mata Ve terbelalak saat melihat pisau tersebut.

“Makanya gue gak tega harus ngerusah tubuh lo yang mulus ini,” ucap L sambil menempelkan bagian tumpul pisau dan mengusapkannya perlahan.

“Lo punya banyak fans kan?” tanya L.

Ve hanya mengangguk pelan.

“Gue Cuma ngetes doang. Fans-fans lo bener-bener loyal gak sih? Mau gak mereka berkorban harta waktu, atau nyawa mereka demi seorang idol yang mereka puja?”

“Coba lo, langsung direct message fans yang lo anggap paling loyal. Gue kasih alamat losmen ini, suruh mereka dateng nyelametin lo. Inget, jangan coba-coba hubungi polisi,” ucap L sambil terus mengusap halus wajah Ve dengan pisau.

“Kenapa harus fans aku? Mereka gak ada salah apa-apa sama kamu? Aku gak mau liat ada fans aku yang mati lagi,” tangis Ve.

“Hmm, kalo lo gak mau berarti, lo siap main game ini berdua? Haah? Tenang mereka gak bakalan mati kok kalo emang bukan takdirnya,”

“Ngerti gak?” lanjut L.

Karena dilanda ketakutan yang teramat dahsyat, dan tidak bisa berpikir secara jernih lagi, Ve kembali mengangguk.

Dia langsung melakukan apa yang dikatakan L tadi. Beberapa menit kemudian, para fans langsung membalas dan menyatakan siap untuk datang ke alamat yang diberikan oleh Ve.

“Udah?”

“Udah, 10 orang fans aku mau ke sini.”

“Oke, tapi gak bakalan mudah,”

L telah merancang berbagai jebakan dari lantai ke lantai, mereka berdua berada di lantai paling atas.

Tak lama kemudian, beberapa kendaraan sudah berada di depan losmen.

“eh lo juga dapet direct message dari Ve?” tanya salah seorang fans?”

“Iyaa,”

“Gue juga dapet,”

Terjadi perbincangan singkat di antara mereka, untuk berjaga-jaga para fans Veranda hanya membawa beberapa alat untuk pertahanan diri, seperti pisau dapur, tongkat baseball dan lain sebagainya.

Seorang fans memimpin fans yang lain, dia membuka pintu depan losmen.

Cklreeeek

Teeeeeet

Bruaaassshhh

“Aaaaaahhh, aaaaaaah gataal, periiiiiih,” jeritnya.

Saat membukakan pintu ada sebuah jebakan yang dibuat L, seember air aki tumpah dari atas menimpa ke seluruh tubuh fans tersebut. Tampak dia menjerit-jerit tak karuan membuat fans yang lainnya takut.

Setengah dari mereka langsung melarikan diri. Namun 5 orang lagi tidak, tekad mereka sudah bulat untuk menyelamatkan idola mereka, apapun yang terjadi.

#ToBeContinued