Mencintai Tak Harus Dicintai Part 2

Hallo sahabat KSJ48. Update lagi nih. Akhirnya two-shot pertama ane beres juga. Maaf yah kalo pas baca logat jawa sama minangnya agak geje atau kurang dapet feelsnya. Ditunggu komenannya dibawah. Happy Reading :v

Selalu ada senyum diwajahku saat bersama ketiga temanku. Tidak disekolah, tidak dikosan, selalu saja ada yang ditertawakan. Sore itu, Luthfi dan kedua sahabatnya bermain kekosanku.

Niat awalnya mau belajar bareng. Tapi karena tugasnya nda susah-susah amat, kami memutuskan untuk bermain permainan ABC Lima Dasar setelah selesai mengerjakan tugas.

"ABC Lima Dasar"

"A B C D E F G H I J"

"Jerapah" ucap Anto dengan cepat.

"Jangkrik" sambung Luthfi. Aku mulai panik, nama binatang apa yang berawalan huruf J ?.

Lama tak ada respon dari kami berdua. "Satu dua....." Anto sudah menghitung mundur tapi aku dan uni belum menemukan jawaban.

"Tiga"

"Uni sama Andela dicoret" teriak Anto begitu girang. Kami memakai cat air bekas mengerjakan tugas tadi untuk mencoret muka orang yang tidak bisa menjawab. Aku sama Uni senasib.

Pertama aku dicoret oleh Anto. Kedua oleh Luthfi, ia mencoret wajahku dengan kuas dengan begitu lembut, bola matanya seolah melihat setiap lekuk wajahku. Pipiku memerah sesaat. Permainan berlanjut. Sama seperti tadi, terkadang Luthfi yang kalah atau yang lainnya.

"Bosen nih kalo kayak gini terus" ucap Anto tertunduk lesu. "Emang elo ade ide laen ?" tanya Luthfi.

Sekilas Anto memutar otaknya "gimana kalo aturannya kita ubah dikit ?".

"Maksudnya ?" aku tidak begitu mengerti ucapan Anto.

"Jadi, kita kumpulin dulu tiga huruf awal kata. Lalu kita harus ucapin kata yang berawalan dari tiga huruf tersebut, tapi harus nyambung. Biar lebih susah nebaknya."

"Contohnya ?" sepertinya Uni masih belum mengerti. "Huruf awalannya K S S. Aku jawab jadi Kita Sahabat Sejati". Kami bertiga mengangguk mengerti perkataan Anto. Permainan kembali dimulai dengan aturan baru yang dibuat Anto.

"ABC Lima Dasar"

"A B C D E F G"

Huruf selanjutnya adalah S dan A

"Gw suka Andela" teriak Luthfi begitu nyaring. Dadaku bergetar mendengar ucapannya, wajah ini sudah memasang muka kaget. Apa dia mengatakannya dengan benar-benar tulus ?. Atau hanya sebatas permainan saja ?. Pertanyaan itu berputar-putar difikiranku.

Sesudah teriakannya, Luthfi terdiam malu. Apa dia merasakan hal yang sama denganku ?. Uni dan Anto tertawa selebar-lebarnya, kami lalu memikir jawaban kami, dan hasilnya nihil. Alhasil, aku, uni, dan Anto dicoret Luthfi.

*~~~*

Setelah kejadian foto bareng dan permainan ABC Lima Dasar, aku agak canggung didekat Luthfi. Mungkin rasa suka ini mulai tumbuh.

Dia sudah jarang mentertawakan logat jawaku maupun Anto. Ada yang beda dengannya beberapa hari belakangan ini, ia lebih sering memainkan Hpnya, mengetik sesuatu, mungkin dia sedang bertukar pesan ?.

Aku bukannya cemburu tapi sebel aja dicuekin. Dikantin, pun sama, makan siangnya terganggu karena nada pesan yang terus bermunculan.

Kesal terus seperti itu, aku mengambil Hpnya dan membaca pesan yang tertulis dilayar "Yaudah, besok di mall fx aku tunggu jam 3 sore yah" Luthfi yang sedang mengunyah mie goreng secara kasar merebut Hpnya dari tanganku, aku sedikit kaget.

"Andela, mulai kepo nih" ledeknya yang diiringi dengan tawa kedua temannya. Aku melihat muka Luthfi begitu senang saat melihat sms yang baru masuk itu. Rasa penasaran akan siapa yang mengirim pesan ke Luthfi mulai ku rasakan. Ini penasaran atau cemburu sih ?. Kok hati ini panas banget ?.

Di hari berikutnya, aku sedang berjalan di mall fx. Bukan untuk menstalker Luthfi, tapi untuk membeli beberapa kebutuhanku. Ya, sekali-kali shopping ndak nopo-nopo toh ?.

Sayangnya waktu aku ajak uni Shani, dia gak bisa. Mau ngajak Luthfi, kan dia udah ada janji sama orang lain. Sama Anto ?. Gimana yah ?. Males kalo sama Anto. Bosen. Dikampung juga banyak cowok kayak dia. Aku berjalan ke sebuah toko baju, memilik baju yang aku suka dan harganya pas dikantong.

"Hey, ndel. Elo lagi belanje jugee ?" saat aku sedang memilih baju, ada seorang cowok bertubuh tinggi menepuk pundakku dari belakang, sontak aku memutar tubuhku. "Eh, kamu fi. Iya nih. Lagi pengen cari baju baru" aku melihat seorang cewek disampingnya.

"Kenape, kagak bareng same gw ?".

"Ndak direncanain soalnya" kusudahi dengan senyuman agar ia percaya. "Houhh, oh iyee, kenalin ini temen gw Beby" aku mengalihkan pandanganku kepada cewek yang sedang tersenyum kepadaku, terlihat lesung pipi yang begitu lucu. "Teh, nepangkeun nami abdi Beby". Aduuh, dia pake bahasa Sunda lagi. Aku ingin memberitahunya kalo aku ndak bisa bahasa Sunda, namun sudah didahului Luthfi.

"Eh, maaf teh. Aku kira bisa bahasa Sunda. Nama aki Beby" kami pun berjabat tangan selama beberapa detik.

Sebenarnya aku tidak begitu suka anak keturunan Sunda. Trauma saat duduk dikelas 10 masih terasa. Tapi kayaknya Beby tidak seperti itu, kesan pertamanya ramah banget.

"Teteh, lagi cari baju apa ?" kalo gak salah teteh itu artinya kakak buat perempuan deh. Mungkin dia adik tingkat aku. "Aku mau cari kaos yang ada gambar Mikkey Mouse" jawabku yang sudah memulai kembali mencari baju.

"Kok bisa sama teh ?. Aku juga mau cari baju kayak gitu". Haha. Ternyata seleranya sama denganku. "Yaudeh, barengan aje nape cari bajunye" ucap Luthfi yang tak bergerak selangkah pun.

Kecocokan mulai terjalin antara Beby denganku. Aku sampai berebut baju dengan Beby. "Buat aku dong beb, aku suka banget nih sama modelnya" aku merengek agar baju yang kami temukan bisa ku beli. "Jangan atuh teh, aku juga mau"  dia sama denganku. Aku dan Beby seperti anak kecil yang sedang berebut mainan.

"Yang nii juge bagus" Luthfi mencoba mencari jalan tengah dengan memperlihatkan baju yang tak kalah bagus dengan baju yang kami perebutkan. "Yaudah, aku yang ini yah beb" aku mengalah, malu sama umur.

Aku menyerahkan baju itu kepada Beby, dan menerima baju yang dipilihkan Luthfi.

Aku dan dia bersamaan masuk ke kamar ganti untuk mencoba baju yang akan kita beli. Selang beberapa menit, aku keluar dari kamar ganti dan melihat Luthfi yang berdiri tegak diluar. Beby juga sudah beres mengganti bajunya.

"Wah, teteh meuni geulis pisan" dari nadanya sih, dia sedang memujiku. "Matur nuhun, Beby juga ayu tenan" balasku memuji Beby.

"Yaudeh, cepet bayar. Perut gw udeh lapeer nih" rasa lapar yang ditambah dengan rasa bosan harus menemani dua perempuan membeli baju, mungkin itu yang dirasakan Luthfi.

Akhirnya aku mendapatkan apa yang aku cari, aku memutuskan ikut Luthfi dan Beby ke sebuah restoran yang berada didalam mall. Tak ada yang aneh saat kami makan, sampai aku melihat Beby menyuapi Luthfi dengan sebuah kentang goreng. Hahh. Rasa itu kembali. Ya. Hatiku panas sekali melihatnya. Gravitasi seolah menarikku lebih besar daripada biasanya.

Padahal mereka itu cuman temenan lho ?. Beby gak jauh beda sama uni Shani. Tapi aku merasakan kalo Luthfi ingin menganggapnya lebih dari teman.

*~~~*

Pertemuanku dengan Beby berlanjut. Benar saja. Ia satu sekolah dengan kami dan berasal dari kelas 10 J. Grup kami bertambah satu dengan adanya Beby. Suasana tak seperti dulu lagi. Meskipun Anto, Luthfi dan Uni Shani menanggapinya dengan biasa-biasa saja, tapi tak tau kenapa, hati ini selalu gundah gulana saat melihat Beby berkumpul dengan kami berempat.

Lama kelamaan perasaan ini terus muncul. Aku sering grogi saat berbicara dengan Luthfi, padahal awal-awalnya biasa saja.

Siang itu, aku, Beby, dan Uni sedang menemani Luthfi dan Anto sedang maen basket. Mereka berdua adalah salah satu Ace di klub basket sekolah. Namun siang itu, mereka hanya sedang latihan ringan, mengisi waktu bersama-sama.

"Beb, sini. Mau gw ajarin maen basket gaak ?" teriak Luthfi yang tengah berada di tengah lapang, samlai kami yang duduk di bangku penonton dan mendengarnya.

"Aku gak bisa basket a" balasnya tak kalah tinggi nadanya.

Setelah melempar bola basket ke ring, ia menghampiri kami bertiga. "Ayo beb. Kan gw ajarin biar bise" Luthfi memaksa Beby untuk bermain basket.

Tampak Beby sedang menimbang-nimbang ajakan Luthfi. "Dah, ayo kebanyakan mikir lo" Luthfi menarik paksa Beby ke tengah lapangan.

Aku dan Uni pernah diajak untuk bermain basket oleh Luthfi dan Anto, tapi kami menolaknya dan Luthfi pun tidak memaksanya. Tapi sama Beby kok sampai ditarik-tarik gitu (?). Pikiranku sudah menerawang kemana-mana.

Aku liat Luthfi sedang mengajari Beby melakukan shooting. Ia berada tepat dibelakang Beby, bola basket dipegang oleh mereka bersama-sama. Samar-samar terdengar suara Luthfi sedang mengajarkan Beby. Kepala Luthfi berada diatas pundak Beby, tepat disisi kiri wajahnya. Tubuhnya agak dibungkukkan karena Luthfi terlalu tinggi.

Ya Tuhan, perasaan itu kembali muncul. Ku rasa memang bener ini perasaan cemburu. Aku tidak suka Luthfi dekat-dekat dengan Beby.

Beby melesatkan tembakan pertamanya, namun bola itu tak masuk. Terlihat Beby kecewa, sedangkan Luthfi mengambil bola tersebut untuk melakukan tembakan kedua.

"Waah, Luthfi makin deket ajo sama Beby" ucap uni Shani. Seketika aku melihat kearahnya. "Uni, aku mau tanya, sejak kapan mereka kenal ?." Aku mencoba mengorek informasi dari teman dekat Luthfi.

"Hmm, udah lamo sih. Kalo gak salah, sejak mos berlangsung deh" jawab uni Shani, masih dengan logat minangnya.

Hmm, berarti dia udah kenal dengan Beby lebih dulu daripada aku.

"Tapi dapet nomernyo, baru beberapa bulan yang lalu, kalo gak salah setelah deket sama kamu, dia dapet nomernya, sebelum itu mereka cuma bertemu disekolah, bertegur sapa, Luthfi juga suko bercanda sama dia" sambung Uni Shani.

Mungkinkah Luthfi cuman menganggapku teman ?. Mungkin saja. Akunya aja yang kegeeran, mungkin dia menganggap aku sama kayak ke uni Shani.

Kata orang kalo aku cemburu liat Luthfi sama perempuan lain berarti aku jatuh cinta sama dia (?). Aduuhh, kepalaku sampai pusing, terjebak dalam cinta segitiga ini.

Aku dan Uni Shani hanya menonton Luthfi, Anto, dan Beby bermain basket. Sampai akhirnya stamina mereka sudah habis. Kami memutuskan untuk pergi ke kantin sekolah untuk membeli minum.

Kami berempat menunggu disebuah meja, sementara Beby membawa pesanan kami. Kami tak menunggu lama, sampai dia membawa 5 botol minuman dingin menggunakan nampan yang ia pinjam dari penjual minuman di kantin.

"Aahh, seger bener dah" ucap Luthfi setelah meneguk satu teh botol sampai menyisakan setengahnya.

"Kamu aus fi ? Atau botolnya yang bocor ?" ledek Anto. "Berisik lo to" jawab Luthfi mukanya terlihat agak kesal.

"Yah, abiss" keluhnya saat melihat botolnya sudah kosong. Berbeda dengan kami yang meminum botol secara pelan-pelan, Luthfi meminum teh botolnya dengan begitu cepat. Tak aneh kalau minumannya yang pertama habis.

"Nih a, kalau mau abisin aja punya aku, aku udah gak aus lagi kok" ucap Beby sambil mendorong botol minumannya mendekat pada Luthfi.

"Wah, beby. Makasih yah" wajahnya begitu senang, ia lalu meneguk minuman yang diberikan Beby.

Hati ini kembali panas, melihat kedekatan mereka yang semakin dekat. "Duuh, Andela bego banget sih. Kenapa gak kasih minuman kamu ke Luthfi ?." Kalimat itu terus terngiang-ngiang dipikiranku.

*~~~*

Lama kelamaan perasaan ini tak bisa ku pendam lebih lama lagi. Ingin rasanya aku berteriak "Aku tresno karo koe" didepan Luthfi. Namun aku berfikir kembali, sebelum melakukan itu aku ingin memastikan satu hal. Apa Beby benar-benar suka sama Luthfi ?.

Hari ini sengaja aku mengajak Beby untuk kembali jalan-jalan di mall yang sama seperti waktu itu. Bedanya sekarang kami hanya berdua, tanpa Luthfi. Modusnya aku mengajaknya untuk membeli baju bareng tapi dibalik itu ada maksud terselubung.

Sesudah memuaskan nafsu belanja kami, dan mendapatkan beberapa baju yang cocok, aku mengajaknya ke sebuah restoran yang berada didalam mall tersebut.

Kami memesan makanan sesuai selera masing-masing. Obrolan basa-basi ku keluarkan sebelum ke pertanyaan utama.

Setelah memindahkan makanan yang ada di piring ke perut kami, aku sudah berancang-ancang menanyakan pertanyaan itu.

"Beb, menurut kamu, Luthfi orangnya kayak gimana sih ?." Aku ingin tau pendapat Beby tentang cowok tinggi itu.

"Menurut aku yah teh, dia itu baik, ganteng, asyik, pinter jago maen basket" jawabnya dengan penuh semangat.

Aku mencoba menayakan pertanyaan itu namun, Beby mendahuluiku. "Oh iya teh, aku mau ngomong nih, tapi jangan kasih tau a Luthfi yah."

DEGG

Jangan-jangan...

"Aku suka sama dia teh" sambungnya.

Sudah kuduga, dia memang menyukai Luthfi. Aku hanya tersenyum menanggapinya lalu berkata "ia aku gak bakalan kasih tau kok."

*~~~*

Aku menghargai rasa suka Beby kepada Luthfi, tapi perasaanku tak bisa dibendung. Pulang sekolah, aku sudah bertekad akan menyatakan rasa suka ini kepada Luthfi. Aku sudah siap apapun jawabannya nanti.

Aku sudah menunggu Luthfi di taman sekolah. Luthfi tak bisa langsung datang karena ada jadwal latihan basket.

Lama menunggu, akhirnya dia datang juga. "Hei ndel" sapanya saat sampai di taman kota. "Maaf yee, buat lo nunggu lame" sambungnya lalu duduk dibangku taman yang sama, tepat disebelahku.

"Lo ada ape nyuruh gw kesini ?" tanyanya sambil menatap kearahku.

"Fi, aku mau ngomong sesuatu sama kamu" ucapku. Aahh, aku deg-degan bangetttt.

"Iyee, mau ngomong ape ?"

"Jujur aja fi, semenjak aku ketemu sama kamu, Uni, dan Anto hidupku jadi lebih berwarna. Aku jadi punya temen deket".

"Terus ?."

"Aku gak begitu yakin, tapi..."

"Aku tresno karo koe"

"Maksudnya ?"

Aaaa, masa dia gak tau artinya ?. Padahal aku sudah berkeringat dingin ngucapin itu.

"Aku su..suka sama kamu fi."

"Kya~" Ini pertama kalinya aku ngungkapin perasaan sama lelaki. Wajahku sudah memerah.

DEGG

Aku tambah malu saat tanganku dipegang oleh Luthfi. "Gw hargain keberanian lo buat ngungkapin perasaan lo ke gw."

Suasana tegang, itu yang ku rasakan saat menunggu jawaban Luthfi. Antara dia suka atau tidak, ku kuatkan mental, jaga-jaga kalau dia tak membalas rasa sukaku .

"Sebenarnya gw juga suka sama lo"

Waw, apa dia punya rasa yang sama ?.

"Tapi maaf ndel, maaaaaffff banget. Ada seseorang yang lebih gw cintai."

Hahh. Dugaanku memang benar, Luthfi memang menyukai Beby. Tapi setidaknya dia juga suka sama aku meskipun rasa sayang itu lebih kecil dari rasa sayangnya ke Beby. Setidaknya aku juga sudah menyatakan perasaanku.

"Maaf yah ndel" Luthfi terus meminta maaf. Ekspresinya begitu memelas. "Udah fi, aku rapopo kok. Tapi aku minta satu permintaan." Setidaknya aku ingin merasakan hangatnya pelukan Luthfi.

"Permintaan ape ndel ?" tanyanya.

Aku langsung memeluknya, memang saat dia menolakku, dadaku terasa sesak dan susah bernafas, tapi setelah dipeluk olehnya hati ini terasa tenang kembali.

Ia seolah mengerti. Luthfi membalas pelukanku. Sejenak kami berpelukan, sampai telingaku mendengar seseorang memanggil nama Luthfi.

"A Luthfi ?" sapanya, kulihat ternyata dia Beby, wajahnya begitu kaget bercampur kecewa.

Reflek, kami melepaskan pelukan kami, "beby ?" ku lihat wajah Luthfi tak kalah kaget.

"Ohh,  punten a. Udah ngeganggu waktunya" sekilas ku dengar ia menangis, Beby berlari kembali meninggalkan kami berdua.

"Beby, tunggu" Luthfi berlari mengejar Beby. Dengan larinya yang cepat ia langsung bisa memegang tangan Beby.

Aku mengikuti Luthfi, dan saat ia memegang tangan Beby, aku sudah berada disampingnya.

"Lo kenape nangis beb ?" tanya Luthfi yang melihat Beby menutup wajahnya dengan tangan satunya lagi.

"Lepasin a" pintanya.

Aku melepaskan pegangan Luthfi, seketika Beby melihat kearahku. Aku langsung memeluknya. "Udah, beby jangan nangis. Teteh ngerti kok. Kamu suka kan sama Luthfi ?. Dia juga suka kok sama kamu" ucapku mencoba menenangkan Beby.

"Eh ?" Luthfi terlihat kaget mendengar ucapanku.

"Maaf yah, sebenarnya kakak juga suka sama Luthfi. Tapi waktu kakak bilang suka sama dia, jawabannya malah gini"

"Maaf ndel, ada seseorang yang lebih aku sukai dari kamu. Dan orang itu adalah Beby. Iya kan fi ?" ucapku sambil melepaskan pelukanku, dan kami berdua melihat kearah Luthfi.

Kulihat ia mengangguk malu, "tuh kan bener. Dia sukanya sama kamu. Jangan nangis lagi yah." Aku menghapus bekas air mata dipipi Beby.

"Ma...af kak. Aku sudah salah sangka" ucap Beby yang tiba-tiba memelukku kembali. Aku memeluknya balik sambil mengelus-elus punggungnya.

Beberapa menit kemudian, aku melepaskan kembali pelukanku, aku menarik tangan Luthfi dan Beby, lalu menyatukannya. Mereka berdua saling tersenyum, hatiku sebenarnya terbakar cemburu tapi.....ah sudahlah, aku tidak ingin menangis dihadapan mereka.

"Jadi bener aa teh, suka sama aku ?" tanyanya mencoba memastikan perkataanku tadi.

"Iya beb, gw suka sama lo. Elo mau kan jadi cewek gw ?" jawab Luthfi. Kulihat anggukan kepala dilanjut dengan senyuman diwajah Beby. Mereka berpelukan dihadapanku. Hatiku sudah menjerit-jerit dan air mataku sudah meronta-ronta ingin keluar. Tapi aku tak ingin menangis, ku tahan air mataku dengan memandang langit yang saat itu sangat cerah. Bahkan cuaca pun ikut bahagia melihat kedua pasangan ini.

"Makasih yah ndel. Lo emang sahabat gw yang terbaik." Kulihat sejenak ia melihat kearahku yang sedang menahan rasa sakit ini.

"Iya, sama-sama fi. Aku seneng kok kalo temen aku bahagia." Padahal pada kasus ini aku sedddiiiihhhh banget, melihat lelaki yang aku suka bersama orang lain.

Tak biasanya aku malas untuk pulang. Kaki ini serasa berat untuk dilangkahkan pulang. Ingin rasanya Luthfi mengantarkanku pulang. Tapi sekarang keadaan sedang tidak memungkinkan. Dia kan harus nganter Beby.

Jadi gini yah rasanya ditolak cowok ?. Sakit udah pasti, semangat hidup jadi hilang entah kemana, dada ini serasa sesak, padahal oksigen diudara masih banyak, wajahku terlihat lesu. So this is Heartache ?. Aku tak ingin mengalaminya untuk yang kedua kalinya.

Akhirnya, aku sampe juga di kosanku. Ku buka pintu kosan, lalu aku kunci kembali dari dalem. Kulemparkan tasku, dan kuhempaskan tubuhku ke kasur. Kulihat fotoku bersama Luthfi, Anto dan uni yang kuletakan dimeja dekat kasur.

Kupandangi terus foto tersebut, padahal foto itu lucu banget, tapi kok aku nangis yah ?. Aku sudah tak sanggup menahan air mataku.

Hiks...hiks

Aku menghapus mataku sendiri, ingin rasanya Luthfi berkata " udeh ndel jangan nangis" sambil mengusap air mataku.

Aku masih memandang foto itu, dengan posisi badan yang tengkurap. Air mataku semakin deras mengalir, saat pikiranku tak sengaja mengingat kembali masa-masa kedekatanku bersama Luthfi.

"LUTHFI. KENAPA KAMU PILIH BEBY ?." Aku berteriak sekencang-kencangnya, diiringi dengan suara tangisan yang menggelegar diseluruh penjuru kamar.

Aku menutup wajahku dengan bantal yang ada disampingku, air mataku masih mengalir. Kurasakan air mataku sudah membasahi bantal yang aku pake menutupi wajahku.

Tanpa kusadari, aku terlelap tertidur setelah berjam-jam menangis.

*~~~*

Aku terbangun jam setengah enam. Ahhh. Tak biasanya aku malas bersekolah, aku tak ingin melihat Luthfi dan Beby bermesraan dihadapanku.

Namun disatu sisi, aku sadar, aku tak boleh galau terus. Aku harus bisa nerima kenyataan kalo Luthfi lebih milih Beby daripada aku.

Akhirnya, setelah mengumpulkan sisa-sisa semangat yang masih ada. Aku pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Aku sudah menyiapkan mental untuk melihat Luthfi dan Beby yang sekarang sudah menyandang status pacar.

Efek kejadian kemarin sangat besar, bahkan aku tak bisa mencerna apa yang dikatakan guru yang sedang menerangkan materi.

Sepeti biasa aku berkumpul bersama teman-temanku dikantin.

Dadaku terasa sesak saat melihat Beby yang baru datang, duduk disamping Luthfi.

"Cie...cie, pasangan baru nih" ledek Anto. Kulihat ekspresi Beby menjadi malu.

"Ciee, Luthfi punya pacar. Andelanya kemanain ?" sambung uni Shani. Seketika dadaku tambah sesak, pipiku memerah, dan aku mulai salah tingkah.

"Uni, bisik ah. Kite mau makan kagak nih ?." Luthfi kamu memang tau perasaanku. Dia mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Cepet bener sih mereka tau kalo Luthfi sama Beby jadian.

Aku mencoba untuk tidak merubah sifatku kepada Luthfi maupun Beby. Aku terus berusaha memendam rasa suka sukaku. Memang berat, beeraatt banget. Bahkan sampai kami lulus SMA pun, butir-butir cinta ini masih ada, walaupun kadarnya tak sebanyak waktu itu.

Saat aku lulus, aku meneruskan ke universitas yang berbeda dengan Luthfi dan lainnya. Aku memutuskan untuk kuliah di Yogyakarta. Aku memilih universitas itu, agar aku bisa melupakan Luthfi.

Banyak, cowok yang mencoba menarik perhatianku. Tapi hati ini masih sulit untuk berpindah ke lain hati. Andaikan saja ia lebih memilihku, mungkin aku sedang bersamanya saat ini.

*~~~*

Bertahun-tahun berlalu, aku sudah bekerja disebuah perusahaaan. Aku masih kontek-kontekan sama temen SMA ku.

Dan aku mendapat informasi kalau Luthfi dan Beby akan menikah. Memang, Beby adalah jodoh yang dikirim Tuhan untuk Luthfi. Bukan aku.

Aku mendapatkan selembaran undangan. Kulihat diundangan itu ada foto Luthfi dan Beby.

"Duuh, Luthfi makin ganteng aja" aku terkesima melihat Luthfi yang semakin ganteng. Sebenarnya aku tak ingin pergi ke pesta pernikahan itu. Takut rasa cemburu ini muncul kembali.

Tapi kalo ndak dateng, aku ndak enak juga. Jadi setelah ditimbang-timbang. Aku memutuskan untuk pergi ke pesta itu.

Hari berbahagia itu, telah tiba. Aku sudah tiba disebuah gedung pernikahan Luthfi dan Beby. Aku mengenakan kebaya bercorak batik jawa. Aku memakai pakaian itu karena aku ingin memperkenalkan budayaku kepada orang lain, aku sudah tidak malu memakai bahasa daerahku, itu hal pertama yang diajarkan Luthfi, jangan malu pake bahasa daerah, meskipun banyak orang yang meledek kita.

Didalam gedung, aku melihat Luthfi dan Beby sedang duduk dpelaminan, menyambut para tamu yang baru saja datang. Aku datang kesana sendirian.

"Hey, ndel. Kamu kesini sendirian ?" sapa seorang lelaki.

"Eh, Anto ? Uni ?" aku melihat kedua sahabat SMA berada disekitarku. Terlihat tangan Uni Shani melingkar ditangan Anto.

"Apa kabar ndel ? Haha kamu masih sajo panggil ambo uni" ucapnya dengan diiring tawanya yang enak didengar.

"Kalian pacaran ?" ucapku yang melihat mereka begitu nempel. "Iya, ndel. Aku sama Shani udah jadian".

"Selamat yah Uni" aku memeluk uni. Kami berpelukan sejenak. "Kamu udah salaman sama Luthfi belum ?" tanya Anto.

"Belum"

"Yaudah bareng yuk"

"Ayo"

Kami bertiga berjalan menuju pelaminan. Terlihat Luthfi dan Beby mengetahui keberadaan kami. Kedua mempelai ini tersenyum kearah kami. Kami pun melakukan hal yang sama.

Saat akan salaman dengan Luthfi dan Beby, aku dibelakang Uni dan Anto. Sudah lama aku tak bertemu Luthfi dan Beby.

Tak lama kemudian giliranku tiba. Kulihat, senyuman Beby terpancar begitu indah.

"Heii, kak Andelaaa. Udah lama gak ketemu" ucapnya begitu semangat.

"Maaf yah, aku jarang ngasih kabar" balasku sambik tersenyum.

Aku bersalaman dengannya, lalu cipika-cipiki. "Semoga kamu bahagia sama Luthfi yah" ucapku lalu berjalan menuju Luthfi yang berada disampingnya.

"Hallo fi..."

Eh ? Dia langsung memelukku dihadapan para tamu undangan. Aku begitu kaget, ada apa dengan Luthfi ? Apa Beby gak cemburu ?

"Fi, lepasin. Gak enak diliatin orang" ucapku sambil berusaha melepaskan pelukannya. Untung saja ia mengerti akan ucapanku.

"Maaf yee ndel. Gw udeh dapet izin kok dari Beby. Itu sebagai rasa terima kasih gw karena lo udah nyatuin gw sama Beby" ucapnya. Kulihat Beby, sedang tersenyum lalu menangguk kearahku.

"Oh, sama-sama fi. Semoga kamu bahagia sama Beby yah. Selamat menempuh hidup baru" ucapku lalu pergi dari pelaminan untuk pergi menghampiri Uni dan Anto.

Jika kalian ditanya lebih baik mencintai atau dicintai, pasti banyak dari kalian yang menjawab ingin saling mencintai.

Tapi dari kejadian ini. Aku mendapatkan suatu kesimpulan, bahwa Mencintai Tak Harus Dicintai. Jika kita benar-benar mencintai orang itu. Maka kita tak boleh menghalangi kebahagiannya. Meskipun kebahagiannya itu bersama orang lain.

The End~

Untuk cerita yang lebih menarik lainnya, anda bisa lihat disini
Silahkan Berkomentar!
Terima kasih

Previous
Next Post »