Majessty119 Chapter 1 : The Beginning

Hallo sahabat KSJ48. Update lagi nih. Series bikininan ane sendiri. Yang suka genre fantasy yuk di baca. Happy reading :v

Perpustakaan, gudangnya ilmu. Banyak anak yang masih berseragam sekolah mencari materi disana untuk bahan tugasnya. Ada diantara beberapa murid yang memakai kacamata min dikepalanya saat membaca buku diperpus. Mereka sering disebut kutubuku. Ya itulah mereka.

Disalah satu perpustakaan kota, ada seorang perempuan yang sedang fokus membaca buku, sambil sesekali membenarkan kacamatanya yang kedodoran. Keadaan tenang diperpus mendukungnya untuk membaca buku.
Fokusnya terganggu saat ada seorang perempuan duduk disampingnya. Elaine nama perempuan itu, ia melirik kearah perempuan tadi, tampak senyum terpancar dari wajahnya "hai, len. Lagi baca buku apa ?" bisik Gracia dengan tangan memegang buku bersampul warna biru tua.

Elaine meletakan jari telunjuk dibibirnya "Sssssstttt, kebiasaan deh. Kalo lagi diperpus jangan ngajak ngobrol" pandangannya kembali ke buku yang tadi ia baca. Gracia mengangguk-angguk kecil, ia melakukan hal yang sama seperti Elaine.

Elaine bisa dimasukan ke kategori anak kutubuku. Tak ada hari tanpa buku, dikelas ia tidak begitu suka bergaul. Hanya Gracia yang tertarik akan kepribadiannya yang rajin dan pintar. Gracia beranggapan kalau bergaul dengannya, maka ia akan terbawa rajin dan pintar.

Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Saat jam istirahat berlangsung, sebagian waktu mereka digunakan untuk membaca buku diperpus sekolah. Dan jika mereka pulang agak siang, Gracia dan Elaine akan menyempatkan untuk berkunjung ke perpustakaan kota. Memang koleksi bukunya lebih lengkap dan banyak daripada perpustakaan sekolah.

"Gre, pulang yuk. Udah sore. Langit sudah berubah menjadi jingga. "Ayo" dengan sigap Gracia mengembalikan buku yang ia baca ke raknya.

Berbeda dengan Gracia, Elaine membawa buku yang tadi ia baca ke penjaga perpustakaan. Dia selalu meminjam buku yang belum selesai ia baca.

"Mas Edi. Mau pinjam buku ini" Elaine menyerahkan buku tersebut dan kartu anggota perpus. Mas Edi menerima buku tersebut.

"Delusination" ia membaca judul buku itu lalu mencatatnya dalam kartu anggota. "Seru yah ?" tanya mas Edi.

"Seru mas. Saya penasaran sama bab akhirnya" wajah Elaine terlihat puas. "Emang buku apaan sih ?" Gracia mulai penasaran akan buku yang dipinjam Elaine.

"Ini novel fantasy terlaris tahun ini" jawab mas Edi seraya mengembalikan novel itu berserta kartu anggotanya. "Wah, masih ada stok gak mas ?" memang novel fantasy selalu mendapatkan perhatian lebih darinya.

"Masih, cari aja dirak novel fiksi" jari telunjuk mas Edi mengarah ke salah satu rak buku yang berada di perpus.

Gracia melangkah cepat menuju rak yang ditunjuk mas Edi. Tak butuh waktu lama, ia sudah kembali ke mas Edi sambil membawa novel delusination. Mas Edi memproses peminjaman buku sama halnya seperti tadi.

"Makasih yah mas Edi" ucap Elaine sambil membenarkan kacamatanya yang agak kendor.

"Sama-sama len. Mas Edi seneng bisa liat murid kayak kalian. Perpus jadi gak sepi" balas mas Edi. Elaine dan Gracia sekilas tersenyum mendengar ucapan mas Edi.

"Yaudah mas. Kita pulang dulu yah. Daaahhh....." Gracia dan Elaine melambaikan tangan disaat kepergian mereka dari perpus. Mas Edi membalas lambaian tangan itu. Ia lalu melakukan pekerjaannya sebagai penjaga perpus, dari membersihkan meja, rak buku sampai merapihkan buku yang agak berantakan.

Disaat melangkah menuju parkiran dimana sepedah Gracia berada. Gracia melihat-lihat buku yang ia pinjam. "Delusination karya Yudi H" sambil berjalan disamping Elaine.

"Dijamin keren deh" ekspresi percaya diri sekilas tampak diwajah Elaine. "Haha, jadi pengen cepet-cepet baca" balas Gracia sambil memasukan buku itu ke dalam tasnya.

Sepedah dengan boncengan yang ada dibelakang itu sudah dinaiki Gracia dan Elaine dibelakangnya.

"Udah siap len ?" sejenak Gracia menoleh ke arah gadis mungil ini. Ia melihat Elaine menganggukan kepalanya. Dan sepedah pun meluncur bebas dijalan raya. Gantungan bebek yang terkait ditas Elaine bergoyang-goyang karena sepedah yang dikayuh Gracia.

*~~~*

Delusination, meskipun terbilang novel yang baru diterbitkan. Namun novel fantasy itu tidak sepi pembaca. Banyak remaja dari berbagai kalangan menyukai buku ini.

Menurut salah satu siswa yang telah membaca novel itu, ia sangat suka dengan jalan ceritanya, meskipun sudah membacanya berulang kali, ia tak pernah bosan untuk membaca novel fantasy tersebut.

Banyak anak muda yang membaca novel delusination, contohnya Septyan, seorang murid SMA yang hobi ngegame. Kebanyakan anak game enggan untuk membaca buku. Tapi itu tidak semua, malam ini Septyan tengah menginap di rumah Tyas.

"yan lo udah beres quest daily belum ?" tanya Tyas ditengah game online yang ia mainkan. Hening. Tak ada respon dari Septyan.

"yan...yan..." dua kali tak ada jawaban. Tyas melihat kearah sahabatnya itu dan mendapati Septyan mengacuhkan laptopnya dan asyik membaca buku.

"Ceileh, ini anak diajak ngegame malah baca buku" emosi kesal tiba-tiba muncul. "Bentar yas, tanggung bentar lagi beres" pandangannya tak berpaling dari buku itu.

Tyas hanya menghela nafas sambil melanjutkan game onlinenya. Selang beberapa menit, terdengar suara buku yang ditutup "mantep dah nih novel" wajah puas terpancar dari wajah Septyan.

"Emang novel apaan sih ?" Tyas penasaran pada buku yang membuat Septyan mengacuhkan dirinya. "Delusination". Judul yang menarik pikir Tyas.

"Coba gw liat" ia merebut novel yang dipegang Septyan. Tyas menatap sejenak sampul novel tersebut.

"Kok gw ngerasa novel ini narik gw buat baca yah" memang dari dulu Tyas tidak pernah berminat membaca novel.

"Gw juga ngerasain hal yang sama yas, maka dari itu gw pinjem ini novel dari si Rizki."

Tyas mencoba membuka halaman pertama. "Gw baca dah daripada penasaran" ucapnya sambil memasang posisi membaca.

"Sial, laptop gw mati" Septyan menghidupkan kembali laptopnya lalu, memainkan game online yang sama dengan Tyas.

Mereka terlarut pada kegiatan masing-masing. Tyas dengan novelnya dan Septyan dengan laptopnya.

Berjam-jam tak ada obrolan yang terjadi. Sampai dimana jam menunjukan pukul 1 malam. "Yas gw tidur duluan yah". Septyan sudah tak kuat menahan rasa kantuk.

Tak butuh waktu lama ia sudah tergeletak dikasur Tyas. Tyas sendiri masih membaca novel delusination dengan sangat serius di karpet, tepat disamping tempat tidurnya.

Sinar matahari yang menembus jendela, menyilaukan mata Septyan. Dengan muka yang masih mengantuk, ia bangun dari tidurnya, duduk, sambil menggisik-gisik matanya.

Ia mengumpulkan sisa-sisa energi yang masih ada, "yas gw pinjem toilet lo yah" ujar Septyan dengan nada seperti orang ngelantur.

Langkah kakinya begitu berat digerakan menuju toilet, mungkin rasa kantuk ini belum terbayarkan namun Septyan tidak ingin tidur sampai siang hari.

Tyas masih tertidur, dan novel yang semalaman ia baca berada dimeja yang berada dipojok kanan kamarnya.

Air segar ditambah suhu yang agak dingin, membebaskan Septyan dari rasa kantuk, ia kembali berjalan ke kamar Tyas, menghidupkan laptop lagi, dan memulai kembali aktivitasnya didunia game.

2 jam berlalu sampai Tyas terbangun karena mendengar suara perang dari laptop sahabatnya. "Sial, gw belum quest daily" gerakannya begitu cepat menuju kamar mandi, terdengar suara air mengalir dan membasahi tubuh Tyas.

"Yan, kok lo gak bangunin gw sih" bibirnya bergetar, tubuhnya menggigil menahan suhu dingin yang menerpa tubuh.

"Gw kasian bangunin lo. Tidurnya nyenyak banget" itulah alasan Septyan tidak membangunkan teman sepermainannya.

"Gimana novelnya yas ?". Tak jauh berbeda dengan Septyan, ekspresi Tyas begitu puas, bedanya ia agak alay sedikit. "Mantep yan, semalam tamat tuh novel gw baca".

Septyan sedikit tidak percaya "beneran lo ?". Tyas yang sedang mencari pakaian dilemari menjawab pertanyaan Septyan "asli, gw gak bohong yan".

"Gila lo, novel pertama tamat dalam satu malam. Gw aja 2 hari baru tamat bacanya". Setelah memakai baju yang ia inginkan ia menghampiri Septyan "gw gitu lho" Tyas agak menyombongkan dirinya.

"Haha, dungeon bareng yuk" ajak Septyan. "Tunggu dulu, gw belum selesai quest daily" Tyas menolak ajakan sohibnya karena baru saja login.

"Yaudah beresin dulu, nanti kita dungeon bareng"

"Oke"

Malam minggu, sesekali Septyan suka menyempatkan diri untuk menginap dirumah Tyas, ngegame bareng, begadang bareng. Berduaan. Kedua insan ini sudah tak bisa dipisahkan, hal apapun mereka lakukan bersama.

*~~~*

Hari senin, adalah hari paling dibenci oleh para anak sekolah. Kenapa ?. Karena sehabis libur terbitlah upacara dipagi hari. Hahh. Itulah yang paling sukar untuk dilakukan, banyak cara dilakukan untuk tidak mengikuti upacara bendera.

Contohnya sembunyi di langit-langit wc, atau pura-pura sakit dan pergi ke UKS. UKS tak sepi pengunjung, kebanyakan anak lelaki yang pergi kesana. Aneh juga sih. Kan fisik lelaki lebih bagus daripada fisik perempuan. Namun tak bisa dipungkiri banyak murid lelaki yang malasnya minta ampun.

"Waduh, banyak tenan. Yang sakit le" Andela kaget, matanya sampai melotot. Wajah Michele terlihat lesu "ya mau gimana lagi ndel. Kalo lagi upacara pasti banyak yang datang kesini."

Michele sedang mendata setiap lelaki yang datang ke UKS dan menanyakan apa keluhannya. "Piye toh" Andela memang keturunan orang Jawa, masih saja terdengar bahasa Jawa yang keluar dari mulutnya dengan logat yang masih kental.

"Dah-udah sini bantuin aku" Andela menuruti Michele dan membantu memberikan obat ke lelaki yang mengaku dirinya sedang sakit.

Banyak alasan yang keluar, ada yang mengaku mag, mengaku sakit kepala, pusing, mual, sakit gigi segala penyakit yang umum disebutkan. Mungkin ada yang bener-bener sakit ada juga yang pura-pura sakit. Bahkan ada yang sampai langganan setiap upacara pasti dia sakit.

"Hahh, aku wes cape jadi anggota PMR" keluh Andela saat berada dikelas. "Emang sih aku juga cape, tapi seru kok bisa nyembuhin luka orang" disudahinya dengan senyuman.

"Iyo, tapi aku wes cape sama lelaki yang pura-pura sakit itu" wajah Andela masih kesal dengan perbuatan kekanak-kanakkan yang dilakukan para murid lelaki.

"Haha, iya aku juga pengennya nendang mereka jauh-jauh dari UKS" ucap Michele.

"Aku tuh kepengen ngobati orang yang bener-bener butuh pertolonganku" masih dengan logat jawanya.

"Sama, gimana kalo senin depan kita izin aja jaga UKSnya ke kak Ve ?" ajak Michele. "Setuju" balas Andela, kekesalannya memudar dan yang terlihat hanya senyuman yang ceria.

Mereka memang baru kenal dibangku SMA, namun kedekatannya selama satu tahun membuat ikatan persahabatan yang sampai sekarang belum terputuskan. Andela yang memilih untuk datang ke ibukota yang berada jauh dari kampung halamannya, demi menimba ilmu di sekolah yang kualitasnya lebih bermutu. Tak jarang mereka ke toko buku untuk mendapatkan wawasan baru atau sekedar menghibur diri.

Pulang sekolah, ceritanya mereka sudah ada ditoko buku. Memilih dan memilah buku yang dikiranya bisa memuaskan otak dan pikirannya.

"Mau cari novel apa ndel ?" tanya Michele ditengah kesibukannya mencari buku. "Hmm, aku sih kepengen nyari novel fantasy".

"Fantasy ?" Michele sedikit heran. "Iya, bosen toh kalo baca novel romance terus" ujar Andela sambil menoleh kearah Michele. "Haha, iya juga sih".

Kurang lebih 10 menit mereka mencari novel 'fantasy' sampai Michele kembali berkata "ndel, gimana kalo kita baca novel ini" Michele sedang melihat-lihat sampul depan dan belakang novel tersebut.

"Judulnya opo toh ?" mata Andela mulai melirik kearah buku yang dipegang Michele. "Delusination" ucap mereka berbarengan. Novel itu seolah menarik mereka untuk membacanya.

"Kita baca ini aja yuk" wajah Michele tampak ceria. Andela mengangguk-anggukan kepalanya. Lagi-lagi, novel delusination menjadi pilihan para pembaca buku.

*~~~*

Untuk meningkatkan kepintaran anak dalam suatu pelajaran. Tak jarang para orang tua memasukan mereka ke sebuah les private.

Banyak les private yang menyediakan berbagai macam pelajaran, ada bahasa Jepang, komputer, bahasa Inggris dll. Les bahasa Inggris dan komputer sangat diminati.

Mereka beranggapan apabila anaknya bisa bahasa Inggris ada kemungkinan mereka bisa ke luar negeri, dan sekarang apa-apa serba komputer, ngerjain tugas aja pakai komputer.

Zae dan Sinka adalah salah satu anak yang dimasukan les bahasa Inggris oleh kedua orang tuanya. Bisa dibilang ada jalinan kasih diantara mereka. Les disatu tempat yang sama dan sekolah dikelas yang sama, membuat mereka selalu bersama.

"kamu mau makan apa dut ?" Zae sedang melihat-lihat buku menu.

"Hmm, aku gak makan deh. Masih kenyang, minum aja haus" jawabnya dengan nada yang agak manja. "Ya, mau minum apa ?."

Sinka berfikir sejenak sambil menahan dagunya menggunakan tangan kanannya dan jari telunjuknya memukul-mukul pelan pipinya. "Lemon tea aja deh".

Zae menyuruh pelayan restoran yang dari tadi berdiri disampingnya, umtuk memesan 2 lemon tea. "Lho, kamu gak makan juga ?" tatapan heran terpancar dari mata Sinka.

"Gak ah, males kalo makan sendirian, mending kita belajar buat nanti les, kan ada ulangan" ajak Zae, tangannya mengeluarkan beberapa buku yang berhubungan dengan bahasa Inggris.

Sinka menandakan kalo dia menyetujuinya. Pesanan pun datang, mereka berdua tengah belajar, pelayan itu begitu sopan meletakan kedua minuman yang ia bawa, dia tidak ingin menganggu konsentrasi belajarnya.

Sesudah menimba ilmu di sekolah, mereka akan singgah ke restoran langganan mereka, untuk makan atau sekedar nongkrong sambil belajar disana. Zae melihat jam di hpnya. "Udah jam dua lebih nih, kita berangkat sekarang yuk" Zae menutupi buku yang ia baca.

"Yaudah, yuk" Sinka melakukan hal yang sama dengan Zae. Mereka membereskan buku yang tadi dikeluarkan, Zae membayar minuman yang ia dan Sinka pesan, lalu bergegas ke tempat les bahasa Inggris yang lokasinya tak begitu jauh dari restoran.

Sesampainya disana, mereka belajar layaknya murid yang mengikuti les pada umumnya. Hari itu ulangan dihelat, mereka berdua seperti biasa selalu siap.

Satu jam berlalu dengan cepat, tak terasa semua murid les telah mengumpulkan lembar jawabannya.

"Baik anak-anak, sekarang tugas terakhir dari mis untuk hari ini" ucap Mrs Lita, tangannya disibukan dengan membereskan lembar jawaban muridnya.

"Tugas apa lagi mis ?" tanya salah satu murid.

"Ini bisa kalian kerjakan dirumah. Ibu mau kalian menerjemahkan novel delusination ke dalam bahasa Inggris".

"Apa ? Semuanya mis ?" tanya Sinka kaget.

"Minimal satu bab. Tapi kalo kalian bisa menerjemahkan semuanya, kalian akan dapat dinilai tinggi plus dapet reward dari mis" mereka serempak mengangguk-anggukan kepala.

"Pertemuan kali ini mis, cukupkan sekian. See you next time" kelas pun dibubarkan.

Berangkat bareng pasti pulangnya bareng juga. Zae dan Sinka sedang menunggu bus di halte bus terdekat.

"Untung aja aku udah baca novel delusination" Zae tampak lega. "Ihh, curang. Kok gak kasih tau aku sih" muka cemberut ditambah bibir yang dimanyunkan oleh Sinka terlihat sangat lucu.

"Baru tadi malem beres bacanya" ucapan itu sedikit mengusir rasa sebel Sinka. "Nih, kalo mau baca" Zae kembali mengeluarkan novel fantasy tersebut dari tasnya.

Senang, itu yang dirasakan Sinka saat menerima novel itu. Sinka memang tak terlalu suka pada novel, tapi ia juga suka sesekali membaca novel untuk mengisi waktu luang.

"Dari covernya aja udah bagus, apalagi isinya", puji Sinka pada novel yang ia pegang. "Aku denger sih, ini buku best seller tahun ini" ucap Zae.
"Aku pinjem yah Zen" Sinka memasukan novel tersebut ke dalam tasnya. "Iya dudut, apa sih yang engga" keduanya saling melemparkan senyuman.

#ToBeContinued

Untuk cerita yang lebih menarik lainnya, anda bisa lihat disini
Silahkan Berkomentar!
Terima kasih

Previous
Next Post »