Majessty119 Chapter 2 : Imaginate

Hallo sahabat KSJ48. Update lagi nih chapter duanya. Moga kalian suka. Happy reading :v

Tidak semua anak remaja suka membaca buku, tidak semua anak rajin membaca. Ada juga yang suka dalam bidang non akademik, seperti olahraga.

Banyak bidang olahraga yang diminati, seperti bola basket, sepak bola, badminton, dll. Tapi tak jarang ada anak muda yang menyukai olahraga ekstrim, seperti parkour.

Olahraga yang penuh tantangan dan penuh dengan adrenalin. Hanya yang berfisik kuat, berstamina bagus, dan tak mengenal kata takut, yang dapat bertahan di olahraga ini. Adit adalah salah satu anggota dari komunitas parkour.

"Dit....dit" telinga Adit mendengar seseorang memanggilnya. Ia sedang menalikan tali sepatunya.

Kepalanya celingak-celinguk mencari sumber suara tersebut. Matanya menangkap seorang lelaki yang memakai training dan sepatu lari, sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Adit setengah berlari menghampiri Yudha teman sepermainannya. Mereka melakukan salaman layaknya anak muda jaman sekarang.

"Yuk, ke lapangan, anak-anak udah pada nunggu" ajak Yudha sambil berjalan menuju lapangan diikuti Adit.

Dilapangan tempat biasa Adit berlatih, sudah banyak teman-temannya yang sedang melakukan pemanasan.

"Kemane aje lu dit, jam segini baru dateng" ada seorang lelaki yang menyapanya, dia agak kesusahan untuk bicara karena sedang melakukan scot jam.

"Ada urusan lain". Adit melakukan hal yang sama seperti teman-temannya. Dia melakukan pemanasan, latihan fisik dll.

Keringat sudah bercucuran dikepalanya, nafasnya terasa berat, namun ia menyukainya, karena menurut Adit itu sangat berguna untuk kesehatan fisik tubuhnya.

Disaat istirahat ia berkumpul dipinggiran lapangan dengan seorang sahabatnya, tangannya sedang memegang sebotol  air mineral. "Si yudha kemane dit ?" tanya Deri menyadari seorang temannya tak berkumpul dengannya.

"Tadi, dia pulang duluan, katanya ada urusan" jawab Adit, mukanya begitu datar tanpa ekspresi.

"Oh iye dit, gimane novel yang kemaren ? Seru kagak ?" Deri memperdekat posisinya dengan Adit. "Seru,seru" masih dengan ekspresinya yang datar.

"Elo mau pergi kesane kagak ?" ajak Deri, yang membuat Adit begitu heran. Delusination kan dunia fantasy, mana bisa pergi kesana pikirnya.

"Ngaco lo, mana bisa kesana" Adit menggelengkan kepalanya, tak percaya akan omongan Deri. "Elo suka tantangankan ? Disana banyak tantangan yang nunggu lo dit".

Adit merasa omongan Deri sudah ngelantur kemana-mana, ia memutuskan untuk pergi.

"Kalo lo mau mastiin, dateng aje ke taman kota jam 9 malam" teriak Deri seiring dengan kepergian Adit.

Di suatu malam Sinka dan Zae sedang mengerjakan tugas yang diberikan mis Lita. Tugas itu dikerjakan di rumah Sinka. Skill mereka tidak diragukan lagi, dengan cepat mereka menerjemahkan novel tersebut ke dalam bahasa Inggris.

"Ciee, makin deket aja nih" ledek Naomi yang menghampiri mereka berdua bersama Yona, temannya.

"Kita lagi ngerjain tugas, jangan ganggu deh" Sinka kesal dengan ucapan kakaknya.

Zae masih fokus mengerjakan tugas tersebut, sedangkan Yona duduk diam di sofa yang bersebrangan dengan Sinka.

Mereka berempat berkumpul diruang tamu, sudah lama Sinka dan Zae memulai menyelesaikan tugasnya, di waktu yang bersamaan Naomi dan Yona sedang asyik memainkan Hp mereka, sambil sesekali tertawa bersama setelah membaca sebuah tulisan di layar Hp. Beberapa menit berlangsung seperti itu.

"Ahhh, akhirnya beres juga" kedua tangan Sinka saling berpegangan mengarah ke atas, tatapannya juga melihat keatas.

Ia melemaskan bagian tubuhnya yang kaku akibat tugas yang banyak ini. "Kamu udah beres zen ?" perempuan yang memakai baju bergambarkan panda ini melirik kearah pacarnya.

"Dikiiiitt lagiiii..." ia mempercepat gerakan menulisnya, dan, "Fyuuh, beres juga" ia meletakan pulpennya diatas buku dan kemudian melemaskan kedua tangannya.

"Emang tugas apaan sih ?" Yona penasaran akan tugas yang mereka kerjakan, dia juga merupakan kakak tingkat mereka di les private bahasa Inggris.

"Kita disuruh nerjemahin novel ini kak" Sinka memperlihatkan novel fantasy yang ia terjemahkan.

"Wah, delusination" ucap Naomi tampak girang. "Kamu baca juga dek ?" sambung Naomi. "Haha, iya kak. Seru banget novelnya" jawab Sinka tak kalah ceria saat menjawabnya.

"Kalo kalian bisa kesana, mau ke ras yang mana ?" tanya Yona. Mereka tampak berfikir sejenak, lalu menjawab pertanyaan itu secara bersamaan "Majessty".

"Yang bener ?" Naomi mencoba memastikan. Mereka serempak menganggukan kepalanya. "Kalian mau pergi kesana ?"ajak Yona.

"Emang bisa kak ?" muka Zae sudah terheran-heran.

"Bisa donk"

Di sebuah sekolah, lebih tepatnya lagi disebuah kelas. Septyan dan Tyas menghampiri Rizki yang sedang duduk bersama Ripal, mereka berniatan untuk mengembalikan novel yang telah mereka baca.

"ki, nih novelnya. Makasih yah" ujar Septyan sambil duduk dbangku yang berhadapan dengan Rizki.

"Sama-sama yan. Gimana ceritanya seru ?" tanya Rizki. "Seru banget bro. Apalagi kalo kita bisa pergi kesana" Tyas heboh sendiri, ia malah menjawab pertanyaan yang seharusnya dijawab Septyan.

"Eh, elo baca juga yas ?" Ripal yang sedari tengah bertukar pesan dengan seseorang, heran dengan perkataan Tyas.

"Haha, iya gw juga aneh, kenapa gw mau baca novel setebel itu" kali ini dia tertawa sendiri, ia sudah duduk di bangku yang bersebelahan dengan Septyan. "Satu malem lagi" timpal Septyan, sontak Rizki dan Ripal terkejut.

"Elo boong yan. Gw gak percaya" memang Rizki belum pernah melihat atau mendengar Tyas membaca novel.

"Coba gw tanya. Di delusination ada berapa ras ?" Ripal menantang Tyas membuktikan omongannya. 

"Ada delapan" jawabnya dengan santai. "Terus disana itu..." Tyas mencoba menceritakan apa yang ia ketahui tentang buku itu, namun dengan cepat dihentikan oleh Rizki. "Udah-udah, gw percaya elo baca ini novel." Tyas terlihat puas mendengarnya.

"Kalo gw sama Ripal bisa kesana, kalian mau ikut gak ?" ajakan ngawur kembali terjadi.

"Mau, mau. Gw sama Septyan mau ikut" jawab Tyas dengan penuh semangat. Septyan pun menyetujui ucapan sohibnya itu.

"Haha, oke"

"Eh tunggu dulu, emang bisa ?" tanya Septyan heran.

"Terserah lo aja mau percaya atau enggak. Kalo masih minat ikut gw ke taman kota jam sembilan malam" jawab Rizki.

Di gedung sekolah lain, kali ini Andela dan Michele sedang mencari Ve dan Melody, senior mereka di PMR.

Andela berinisiatif untuk mencari mereka di UKS, dan benar saja, kedua senior mereka ada disana.

"Permisi" sesudah mengetuk pintu Andela membuka pintu. Kedua mata kakak kelas ini tertuju kearah perempuan yang membuka pintu UKS. "Siapa yah ?" Ve yang tengah mengobrol dengan Melody terganggu oleh kedatangan seorang perempuan.

"Aku Andela sama Michele kak" ucap Andela ketika melihat kedua seniornya sedang duduk di sebuah bangku. "Ada apa ndel ?" tanya Melody.

Mereka masuk ke dalam, melakukan salam yang biasa dilakukan antara senior dan junior. Lalu Andela dan Michele duduk di bangku panjang yang sama dengan seniornya.

"Ini kak, aku sama Michele mau izin".

"Izin apa ndel ?" kali ini Ve yang bertanya.

"Hari senin nanti aku sama Andela mau izin kegiatan PMR" jawaban Michele menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk Andela.

"Houhh, kirain apa. Yaudah gpp. Tenang aja" ucap  Melody, disudahinya dengan senyuman.

"Itu novel delusination bukan ?" tanya Melody saat melihat sebuah buku tebal yang sedari tadi dipegang oleh Michele.

"Iya kak, kok tau sih ?". Melody tersenyum lalu berkata "Tau lah, itu kan novel best seller tahun ini."

"Kamu udah selesai bacanya ?" tanya  Ve. "Udah kak" jawab Andela dan Michele serentak.

Melody tersenyum kearah mereka, dia seolah tau mengapa mereka sangat menyukai buku itu. "Kalian percaya gak kalo delusination itu bener-bener ada ?" tanya melody dengan nada bercanda.

Dengan yakin mereka tidak mempercayainya, mana ada negara delusi ? pikir Michele.

"Kalo kalian penget liat penulisnya, nanti ke taman aja jam 9 malem" ajak kak Ve. Ucapan kak Ve lebih bisa diterima oleh akal sehat.

Mereka menyutujuinya sekaligus pamit pulang, karena sudah waktunya mereka beristirahat dirumah.

Tak jauh berbeda, saat Elaine kembali ke perpustakaan kota, mas Edi mengatakan hal yang sama. Ia mengajak 'hanya' Elaine seorang. Elaine awalnya ragu dan menolak, tapi karena diiming-imingi tanda tangan penulis buku delusination, dia pun berusaha untuk mencari akal agar bisa keluar malam.

Malam yang dingin, sepi, hanya suara angin sedang berhembus, tanpa seorang pun yang berlalu lalang. Ada seorang lelaki yang sedang duduk di bangku taman.

"Sial, di kasih tugas kayak gini aja gw kagak becus" dengan rasa penuh kekesalan Kharis mengepalkan kedua tangannya. Tampak wajah kesal terpancar dari wajahnya.

"Kenapa kamu ris ?" ada seseorang yang menepuk pundak Kharis, ia baru datang di taman kota dan duduk disamping kharis. "Mas Edi ? Gimana Imaginatenya mas ?" sapa Kharis, yang disambung dengan sebuah pertanyaan.

"Dia bilang sih, bakalan kesini. Imaginate kamu gimana ris ?" mas Edi menanyakan hal yang sama sembari menaikan kaki kanannya ke kaki kiri.

Kharis menghela nafas sambil menatap langit yang saat itu penuh dengan bintang. "Pas aku mau ajak Rangga, dia tertabrak mobil mas" muka lesu dikeluarkan Kharis.

"Tenang ris, itu bukan salah kamu kok. A Yudi pasti ngerti kok" mas Edi mengelus-elus bahu Kharis. Kedatangan mas Edi, disusul oleh Rizki dan Ripal, dua sejoli yang tak terpisahkan. Mereka bersalaman, bertegur sama, layaknya orang yang sudah lama kenal.

Suasana tambah rame ketika Tyas dan Septyan datang, apa mereka percaya bahwa delusination itu benar adanya ?.

Mereka mencoba berkenalan dengan mas Edi dan Kharis. Wajah Rizki tersenyum mesum saat melihat kak Naomi dan kak Yona membawa kedua Imaginatenya.

"Wah, kak omi, makin cantik aja" puji Rizki saat Naomi dan rombongan berjalan ke sebuah bangku panjang untuk mengistirahatkan kaki mereka.

Naomi tak membalas ucapan Rizki, ia malah mendengus kesal dan tak melirik wajahnya sama sekali, bagi Yona, Ripal, mas Edi dan Kharis itu sudah biasa, tapi bagi yang lainnya itu sesuatu yang baru.

Para Imaginate berkenalan satu sama lain, yang tak kenal menjadi kenal malam itu. Tak lama setelah itu, datanglah empat bidadari. Mereka adalah Ve, Melody, dan dua juniornya di eskul PMR.

Sama halnya kepada kak Naomi, ia menggoda keempat bidadari ini dengan muka mesumnya. Namun tanggapan mereka tak segalak Naomi. Obrolan mereka seputar novel delusination dan orang yang membuatnya.

Mereka masih percaya tak percaya bisa kesana atau tidak. Obrolan mereka diikuti oleh pendatang baru, dia adalah Deri yang kebetulan berbarengan dengan Elaine.

"Elaine kok kamu bisa bareng sama Deri ?" mas Edi terlihat heran. "Tadi gak sengaja ketemu dijalan" jawab Elaine saat sampai di taman kota.

"Padahal gw sama dia, belum kenal lho" ucap Deri sambil duduk disamping Melody. "Kok bisa ?" tanya Melody. "Deri gitu, ape sih yang enggak bise". Sifat Deri memang seperti itu.

Waktu sudah menunjukan pukul 9 lebih 30 menit. Deri tampak cemas akankah Imaginatenya datang ?.

Udara semakin dingin, akhirnya orang yang fisiknya kuat itu datang juga, entah karena penasaran, atau apa. "Rame banget, ada acara apaan nih ?" Adit kaget, ia melihat sekitar 16 orang sedang berkumpul, membuat taman yang sepi menjadi rame.

"Udah sini dulu dit" Deri menggiring Adit untuk bergabung dengan mereka.

Melody berdiri dari duduknya ia berbicara didepan kawan-kawannya. "Ris, Imaginatemu mana ?" hari sudah semakin malam, namun Imaginatenya tak kunjung datang. Kharis menjawab sejujur-jujurnya, dan Melody bisa menerimanya.

"Baiklah, itu bukan salah kamu, mungkin a Yudi punya solusinya. Kalian sudah tau kan nama kakak Melody ?" sekilas mereka menggerakan kepalanya keatas dan kebawah.

"Nah, pasti semua orang disini sudah membaca novel delusination. Dan kalian dibawa kesini karena kalian adalah orang yang terpilih menjadi Imaginate."

"Imaginate itu apa kak ?" tanya Elaine ditengah penjelasan kak Melody.

"Imaginate itu singkatan dari Imaginary Candidate. Kalian tau donk Imaginary" mereka memberi respon yang sama.

"Kalian , pasti tidak akan percaya kalo kakak berkata delusination itu bener-bener ada" Melody memberi isyarat kepada Ve, Naomi, Yona, Deri, Kharis, Ripal, dan Rizki untuk berdiri berjajar disampingnya.

"Tapi dunia itu bener-bener ada. Kakak beserta 8 rekan kakak akan membukakan gerbangnya untuk kalian".

Salah satu Imaginate menanggapinya dengan dingin "gw bego banget, kenapa nurut sama omongan si Deri" Adit beranjak dari duduknya, meninggalkan taman kota.

"Kalo lo kagak percaye dit, buke lagi novelnye disane ada petunjuknye" langkah Adit terhenti karena omongan Deri. "Kalo lo gabungin tiap huruf awal paragraf di bab satu dan dua, lo bakal nemuin petunjuk."

"The Gate will be open in town park at nine p.m" ucap Elaine setelah melakukan apa yang Deri katakan. Dia masih membawa novel yang ia pinjam dari perpustakaan kota.

"Dia cukup cepat juga" gumam Melody dalam hatinya. Adit kembali berbalik "terus cara buka gerbangnya gimana ?" tanya dengan nada marah bercampur penasaran.

"Kalian bisa kesana dengan bantuan kami. "Ayo semuanya berdiri" mereka menuruti instruksi kak Melody. Instruksi kedua adalah "Pegang tangan orang yang ada didekat kalian, buat sebuah lingkaran. Elaine taruh novel itu didepan. Tutup mata kalian."

Setelah membentuk sebuah lingkaran dan novel itu berada dilingkaran yang mereka buat "Wahai penjaga gerbang, bukakanlah gerbang menuju delusination" Melody seperti membaca mantra.

Tampak buku itu bereaksi akan ucapan Melody, novel itu bergetar dan bisa membuka halamannya sendiri. Novel fantasy itu berhenti di satu halaman dan mengeluarkan cahaya putih menyilaukan.

Dannnnnn.... 17 orang tersebut masuk ke dalam buku yang mengeluarkan cahaya itu.

#ToBeContinued

Untuk cerita yang lebih menarik lainnya, anda bisa lihat disini
Silahkan Berkomentar!
Terima kasih

Previous
Next Post »