Majessty119 Chapter 3 : Delusination


Hallo sahabat KSJ48. Update lagi nih. Yang penasaran seperti apa delusination sama apa yang dilakukan Elaine dan kawan2. Yuk dibaca Happy Reading :v.
Cahaya yang dikeluarkan novel itu membawa para Imaginate masuk ke sebuah dunia baru, sisi lain dari bumi.
"Selamat datang di delusination" ucap Melody saat  keluar dari sebuah cahaya yang membawanya bersama yang lain.
Decak kagum tak dapat ditahan oleh para Imaginate, yang baru pertama kali melihat kota delusi. Mereka serasa dibawa ke masa depan, dimana bangunan-bangunan menjulang tinggi, mobil yang terbang bebas tanpa menapak ke jalanan aspal lagi.
"Yee, malah ngelamun. Yuk kite ke stasiun" ucap Deri membuyarkan pikiran mereka yang masih tenggelam dalam indahnya kota tersebut.
Langkah bersama mereka lakukan menuju stasiun terdekat. "Ndel, liat mobilnya bisa terbang" tangan Michele menunjuk, mengikuti arah mobil yang tengah melaju.
"Iyo, hebat yah. Disini mobil bisa terbang" Andela melihat mobil yang berterbangan diatas mereka, layaknya sebuah lalat yang terbang bebas.
"Kok mobil disini bisa terbang mas ?" tanya Elaine ditengah kebingungannya melihat banyaknya yang berlalu lalang diatas langit.
"Mobil disini beda dengan yang dibumi len. Disini mobil gak pake bensin. Kami menyebutnya Flying car, mobil yang menggunakan energi delusi si pengemudi" balas mas Edi, mencoba menjelaskan ketidaktauan Elaine.
"Nah, delusi ?" tanya Septyan.
"Semua orang yang tinggal disini mempunyai energi delusi. Kalian juga mempunyai energi delusi masing-masing, namun dalam tingkatan yang berbeda-beda. Maka dari itu kami memanggil kalian kesini, kalian berbeda dengan manusia yang lain, kalian mempunyai bakat alami yang bisa membantu kami dalam kompetisi...." ada seseorang yang memotong penjelasan Melody.
"Imagination. Delusi juga udah dijelasin di novel kali" potong Adit dengan ekspresi dingin.
"Yap. Betul sekali. Kalian pasti tau dong kompetisi itu" ucap Ve.
"Tau dong kak" balas Michele.
"Tapi, kalo maksud kita dipanggil kesini buat ikutan kompetisi itu, sekolah kita gimana kak ?" tanya Elaine panik.
"Kalo itu, tidak perlu dipermasalahkan. Karena perbedaan waktu di delusination dengan bumi sangatlah berbeda. Satu hari disini sama dengan satu detik dibumi" jelas Melody.
"Kalian juga pengen ketemu sama a Yudi kan ?" tanya Melody saat tiba di stasiun kereta.
Tak ada respon dari Imaginate. Mereka terpukau kembali melihat stasiun kereta yang berbeda dengan yang ada dibumi. Stasiun itu berada beberapa meter diatas kepala mereka, hanya sebuah lift yang menghubungkannya dengan tanah.
"Duhh, nih anak-anak bengong mulu" ledek Deri kesal. Kembali, ucapannya membangunkan para. Imaginate dari lamunannya.
"Jangan gitu der, mereka kan masih baru disini, wajarlah" ucap Melody.
Mereka melangkah mendekati lift tersebut, lalu memasukinya. Lift yang mampu membawa 48 orang dalam sekali angkut.
Saat pintu lift terbuka, terlihat beberapa kereta yang bukannya menempel di rel keretanya, melainkan menggantung pada sebuah besi kecil diatasnya, seperti gondola.
"Wiih, keretanya keren banget yan" ucap Tyas berdecak kagum melihat sistem transportasi yang unik ini.
"Iya yas, gak sia-sia kita ikut si Rizki" balas Septyan, ia melihat kearah Rizki yang sudah tersenyum simpul memdengar namanya disebut-sebut.
Mereka beberapa menit menunggu, Kharis membeli tiket untuk 17 orang.
"Yuk naik, kereta kita nomer 13" ucap Kharis yang sudah memegangi 17 tiket kereta di tangannya. Ia menunjuk kereta yang dimaksud.
"Yuk, kita ketemu a Yudi" ajak Melody.
Mereka semua masuk ke kereta gantung yang sama. Didalam kereta berjejer rapih bangku penumpang seperti halnya wahana roller coaster
"Ini kereta apa roller coaster ?" tanya Tyas kebingungan.
"Udeh, jangan banyak tanye, mending lo cepet-cepet duduk" perintah Deri suaranya begitu kesal.
"Kamu ini der, jangan gitu kenapa" ucap Melody tak kalah kesal. Namun tak ada respon kembali dari Deri.
Para Imaginate menuruti perintah Deri. Saat itu Elaine duduk bersebelahan dengan Melody.
"Kak mau tanya, emang kakak kenal sama penulis novel delusination ?" masih saja ada pertanyaan yang terlintas dipikiran Elaine.
"Kenal. Nanti kamu sama yang lainnya bakal ketemu kok sama dia" jawab Melody.
"Perhatian untuk para penumpang agar mengencangkan sitbelt anda, karena 1 menit lagi perjalanan akan segera dimulai."
Terdengar suara perempuan yang keluar dari sebuah alat pengeras suara.
Setelah melihat-lihat kembali, Tyas menemukan kejanggalan. "Tunggu-tunggu. Kok gak ada  masinisnyaaaaaaaaaaaa." Seketika ucapan Tyas berubah menjadi teriakan ketakutan, saat kereta tersebut melaju kencang dengan kecepatan sama dengan wahana roller coaster.
"Gw udah bilang jangan banyak tanya. Ikutin aja perintah" ucapan Deri agak pelan terdengar karena suara gemuruh angin yang ditimbulkan oleh laju kereta.
Tak butuh waktu lama, mereka telah tiba di stasiun berikutnya. Dengan jantung yang masih berdetak kencang, dan nafas yang terengah-engah, mereka melepaskan pengaman dan sitbelt yang melekat ditubuh mereka.
"Gila, ini bukan kereta. Ini roller coaster" ucap Tyas sesudah melepaskan sitbeltnya.
"Mungkin dibumi lebih mirip roller coaster daripada kereta" ucap Ve menanggapi ucapan Tyas.
Mereka berjalan keluar namun tidak menuruni lift. Melody memerintah mereka untuk menunggu di lobby.
"Ve, mungkin ini saatnya untuk unjuk kebolehan" ucap Melody sambil menaik turunkan alisnya beberapa kali.
Ve mengerti maksud partnernya tersebut. Jari tangannya bergerak seolah ia sedang menari, tak lama setelah itu muncul segumpalan angin yang memutar secara beraturan. Ve terus menggerakan tangannya, bola angin terus bermunculan dihadapannya.
Para Imaginate dibuat kagum oleh kemampuannya. "Wah ternyata kak Ve berelemen angin" komentar Tyas saat melihat Ve mengendalikan angin.
"Ayo naik" dengan santainya, Ve menaiki bola angin tersebut dan duduk diatasnya sambil menyilangkan kedua kakinya.
Apa yang dilakukan Ve diikuti oleh kedelapan rekannya. Namun tidak oleh Imaginate.
"Tunggu apa lagi ? Ayo naik !" perintah Ve melihat 8 bola anginnya masih kosong tak ada yang menaiki.
"Gak bakalan jatuh nih kak ?" tanya Tyas, ia tampak ragu untuk menaiki bola angin tersebut.
"Enggak kok, coba aja dulu. Asalkan kalian bisa menyeimbangkan tubuh kalian" jawab Ve.
"Seperti ini ?" ucap Adit datar. Ia sudah diatas bola angin tersebut.
"Yap betul sekali. Yang lainnya ?."
Adit disusul Elaine, ia sudah duduk diatas bola angin tersebut, namun raut mukanya menunjukan ketakutan.
Aksi Elaine diikuti, Andela, Michele, Zae, dan Sinka. Tinggal dua orang Imaginate yang masih ragu untuk menaikinya.
"Ini gak bakalan jatuh kan kak ?" tanya Tyas saat akan mencoba menaiki bola angin.
"Gak kok" jawab Ve.
Setelah mencoba, akhirnya semua Imaginate telah menaiki bola angin yang dibuat Ve. "Semuanya ikutin aku yah" ucap Ve sambil melesat terbang jauh meninggalkan stasiun kereta.
Rekan-rekannya yang lain mengikutinya dari belakang. Seakan tak mau kalah, para Imaginate melesat cepat mengikuti Ve yang sudah terbang mendahului mereka.
Tyas yang awalnya ragu, sekarang malah paling cepat mengendarai bola angin tersebut. Bahkan bisa menyusul Deri.
SYUUUTTT
Kibasan angin yang ditimbulkan oleh lesatan bola angin yang dikendarai Tyas, menerpa tubuh Deri, membuat keseimbangannya agak terganggu.
"Woii, pelan dikit nape ?. Lo mau ade yang jatuh ?" ucap Deri kesal.
Tyas menoleh ke arah suara itu lalu meminta maaf kepada Deri dengan senyum manis yang menghiasinya.
Lama mengudara di langit, para Imaginate melihat sebuah gerbang yang teramat besar dan ada sebuah tulisan diatas gerbang. 'Majessty'.
Ve membimbing para Imaginate untuk memasuki sebuah gedung setelah melewati gerbang besar tadi.
Semua mendarat dengan lancar dan aman. Kecuali.
"AWASSSSS~"
DUGG
"AWW" erang Tyas.
Yap. Kecuali Tyas, ia gagal mengendalikan keseimbangannya saat mendarat. Dan menghantam pintu gedung cukup keras.
"Yas lo gak apa-apa ?" tanya Septyan, buru-buru menghampiri sohibnya yang terluka.
"Gak yan, gw gak apa-apa" jawab Tyas sambil berusaha bangun.
KREEKK
"Aww. Mungkin cuman beberapa tulang gw yang patah" Tyas hampir terjatuh kembali saat mendengar suara tulang rusuknya yang patah.
"Coba aku liat" Yona mendekat kearah Tyas. Dengan bantuan Septyan ia membaringkan Tyas diatas tanah.
GLUBGLUB
terdengar suara gelembung air yang tiba-tiba muncul menyelimuti kedua tangan Yona. Ia meletakan kedua tangannya diatas tubuh Tyas yang mengalami patah tulang.
"Gimana ? Udah mendingan ?" tanya Yona, gelembung air ditangannya ikut menghilang.
Tyas mencoba bangkit. Dan hasilnya tak ada rasa sakit yang terasa. "Wew, hebat banget kak Yona. Untung aja ada healer" ujarnya sambil berdiri kembali.
"Yaudah, kita masuk ke dalam" perintah Melody.
Para Imaginate mengikuti perintah Melody. Didalam gedung tersebut semua serba putih. Temboknya putih meja dan kursinya putih.
Melody dan kawan-kawannya berdiri, berbaris rapih, berhadapan dengan para Imaginate.
"Selamat datang di power room. Tempat dimana kalian bisa mengetahui elemen kalian. Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa ruangan ini serba putih ?. Itu untuk memperkuat energi delusi kalian. Agar saat kalian mencoba mengkhayalkan kekuatan, kalian bisa mengeluarkan salah dari 4 elemen dasar" jelas Melody.
"Jika a Yudi benar dalam memilih Imaginate, kalian akan bisa melakukannya. Kami disini akan melatih kalian untuk menjadi seorang Imaginary" sambung Melody.
"Agar tau elemen kita gimana ?" tanya Adit dingin.
"Pertanyaan yang berbobot. Kalian bisa mengetahui elemen kalian dengan memasuki ruang delusi ini" jawab Melody sambil menunjuk ke sebuah ruangan kecil yang dikelilingi oleh kaca tebal.
"Ruangan ini berfungsi untuk memaksimalkan energi delusi kalian. Siapa yang mau pertama mencobanya ?" tanya Melody.
Dengan penuh semangat, Tyas mengacungkan tangannya. Alhasil ia ditunjuk Melody untuk masuk ke dalam ruang delusi.
Tyas maju melangkah masuk ke dalam ruang tersebut. Sebelum masuk ia mendengar nasihat Melody terlebih dahulu. "Kamu hanya perlu berkonsentrasi. Dan berkhayal, kekuatan apa yang kamu ingin kan" ucap Melody, lalu mendorong Tyas masuk dan menguncinya.
Diluar ruang delusi terdapat sebuah panel yang berada didekat Melody. Ia menekan sebuah tombol berwarna merah. Tampak sebuah cahaya menyinari ruang tersebut.
Tyas yang sudah tidak sabar ingin mengetahui kekuatannya. Sudah memejamkan matanya sambil berkonsentrasi penuh.
"Aku ingin terbang bebas diudara...." ucapnya dalam hati.
BUSSSYHHH
Beberapa menit berkonsentrasi, tiba-tiba kaki Tyas mengeluarkan gumpalan angin yang membuat tubuhnya melayang ke udara.
"YEAHH" teriaknya dengan penuh rasa puas. Raut mukanya begitu senang.
"Wew, elemen angin" ucap Rizki saat melihat Tyas terbang.
Tyas mencoba memperkuat tekanan udaranya, membuat ia terbang agak tinggi.
Setelah itu Melody menekan kembali tombol di panel tersebut, kali ini yang berwarna biru.
"HUAAWW"
DUGG
Tyas kembali terjatuh ke tanah. Melody kembali membuka pintu ruang delusi.
"Kok anginnya ilang kak ?" tanya Tyas bingung.
"Itu karena kekuatan delusimu masih lemah. Perlu latihan yang keras agar kamu bisa terbang di langit" jawab Melody.
Tyas menerima itu, ia lalu keluar dari ruang delusi dan menghampiri Septyan.
"Hebat, yas. Lo bisa terbang" puji Septyan saat melihat Tyas berada didekatnya.
Tyas tersenyum puas mendengar ucapan temannya.
Selanjutnya dilanjutkan oleh sohib Tyas. Septyan masuk ke ruang delusi dan mengkhayalkan kekuatan yang ia inginkan.
SREEETT
CHICHIT...CHICHIT...
Muncul listrik yang mengitari tubuh Septyan.
"Kali ini elemen listrik" komentar Ripal.
Michele adalah Imaginate selanjutnya. Sama seperti Tyas ia berkhayal tentang kekuatan apa yang ia inginkan.
"Aku ingin menyinari orang dalam kegelapan" gumamnya dalam hati.
SYIUNGGG
"Aw, mataku.. " semua orang yang ada diruangan tersebut menutupi mata mereka dengan tangan karena cahaya yang dikeluarkan tubuh Michele.
Lama kelamaan, cahaya itu berangsur hilang.
"Waw, tahun ini kita punya elemen langka" ucap Melody girang.
Tes terus berlanjut. Zae yang sudah masuk ke ruang tersebut, sudah mengetahui kalau elemennya sama dengan Septyan. Listrik.
Setengah jam berlalu. Sampai semua Imaginate sudah mengetahui elemennya masing-masing.
Terdengar suara pintu terbuka. "Wah, udah pada kumpul yah" ucap seorang lelaki yang masuk ke dalam.
"Tuh, yang nanyain a Yudi. Udah dateng" ucap Melody saat melihat author novel delusination datang.
"Siapa yang nanyain aa ?" ucap a Yudi girang.
"A..aku kak" balas Elaine malu-malu.
"Wah, Elaine. Ncu bangettzzz" ucap a Yudi. Tangannya mencubit pipi Elaine, karena sudah tak kuat menahan kegemasannya.
Elaine tak melawan. Ia hanya diam. Pipinya mulai memerah.
"A Yudi, mulai deh cubit-cubit pipi orang" ucap Ve ketus.
"Ouu.. Ve juga mau dicubit yah" ia menghampiri Ve, dengan niatan ingin mencubitnya.
"Udah dong a. Jangan bercanda mulu" ucap Melody sambil menghalangi langkah a Yudi.
"Hehe, iya teh"
A Yudi melihat sekitar dan mengitung jumlah Imaginate yang ada.
"Kok cuman 8 ?" tanya a Yudi.
"Maaf a. Itu salah saya" jawab Kharis sambil maju selangkah mendekat ke a Yudi.
Kharis menjelaskan kenapa dia tidak bisa membawa Imaginate yang ditugaskan a Yudi. Dengan bantuan Melody, akhirnya a Yudi mengerti dan memahaminya.
"Hmm, tenang aja. Buku aa sudah memilih seseorang yang bisa menggantikan Rangga" ucap a Yudi.
SYUUUUUUUTT
"Wuaawaw...wuaawaw...kenapa aku bisa terbang" ucap seorang lelaki yang sedari tadi sembunyi disisi luar gedung.
Jari a Yudi bergerak, mengendalikan angin yang membawa lelaki tersebut. Ia dapat memanfaatkan elemen angin yang ia kuasai untuk mendeteksi keberadaan seseorang.
"Luthfi ?" ucap Elaine, saat melihat lelaki tersebut dijatuhkan dihadapan dia dan yang lainnya
"Eh. Hay len."
"Kamu kenal dia len ?" tanya mas Edi.
"Iya kenal mas. Dia sepupu aku" jawab Elaine.
"Kok bisa masuk kesini ?" tanya Melody. Semua orang yang ada di gedung heran, kenapa orang yang katanya 'sepupu' Elaine bisa masuk ke dunia ini.
"Hmm, bentar-bentar gw jelasin dari awal" jawab Luthfi sambil berdiri kembali.
"Waktu Elaine minta ijin keluar rumah. Gw sama keluarga lagi bertamu di rumah Elaine. Mamah Elaine nyuruh gw buat ikutin lo, yang katanya mau pergi belajar kelompok, tau-taunya malah pergi ke taman kota. Gw ngeliat kalian semua datang satu persatu dan berkumpul disana" jelas Luthfi.
"Gw terkejut, saat ngeliat kalian tersedot ke dalam sebuah buku. Gw takut Elaine kenapa-kenapa. Yaudah gw ikutin aja. Waktu gw masuk. Tau-tau udah sampe disini" sambung Luthfi.
"Hmm. Gak sia-sia aa nulis buku ini berminggu-minggu. Dia bisa mengganti Imaginate yang mati. Yaudah coba kamu masuk ke ruang delusi" perintah a Yudi.
Luthfi mengikuti apa yang dikatakan a Yudi. Ia melangkah melewati Naomi. Sekilas ia menoleh ke arah Naomi dan  mengedipkan matanya diiringi dengan senyuman.
Ekspresi jijik reflek keluar dari wajah Naomi. Luthfi kembali menatap ke depan. "Wew, cantik-cantik cewek disini" gumamnya dalam hati.
Luthfi sudah mengetahui cara kerja ruang delusi. Ia langsung masuk dan mengkhayalkan kekuatannya.
"Kalo gw bisa ngilang enak kayaknya"
Dia berkonsentrasi penuh, terlihat dari raut mukanya yang begitu serius sambil memejamkan mata.
Lama menunggu, Luthfi tidak mengeluarkan elemen apapun. Hanya badannya yang berkurang opacitynya sekitar 50%.
"Aneh, kok dia gak ngeluarin satu elemen apapun. Apa dia gak berbakat jadi seorang Imaginary ?" gumam a Yudi dalam benaknya.
"Mel, coba kamu tekan tombol oren" perintah a Yudi. Dengan sigap, Melody menekan tombol yang dimaksud a Yudi.
Tombol oren berfungsi sebagai penambah delusi. Tombol ini diperuntungkan bagi seseorang yang mempunyai energi delusi yang teramat lemah.
"Jiah, kok gw gak ngilang ?" gumam Luthfi saat melihat tubuhnya belum sepenuhnya menghilang.
"Mungkin gw harus lebih berkonsentrasi" sambungnya. Luthfi menambah keseriusannya. Keringat sudah membasahi pelipisnya.
Kerja kerasnya berbuah hasil, ia bisa menghilang sepenuhnya, meskipun dengan susah payah.
"Aneh, dia bisa menghilang. Tapi tidak mempunyai elemen dasar ?. Mungkin ini yang terjadi bila manusia biasa yang masuk ke dalam ruang delusi" otak a Yudi terus menerawang apa yang sebenarnya terjadi.
Belum satu menit berlangsung. Luthfi sudah terlihat kembali. Ia tergeletak lemas, keringat bercucuran membasahi tubuhnya.
"Ini akibatnya. Kalo kalian memaksakan diri. Stamina kalian akan cepat terkuras" Melody menjelaskan apa yang menimpa Luthfi. "Luthfi apa kamu masih bisa berdiri" tanya Melody sambil melihat ke arah Luthfi yang masih duduk lemas.
"Bi..bisa kak" Luthfi berusaha berdiri kembali. Ia berhasil keluar dari ruang delusi dengan jalan tergopoh-gopoh.
"Yona sepertinya dia butuh bantuanmu" ujar Melody. Ucapan Melody langsung ditanggapi Yona. Ia menghampiri Luthfi lalu mengeluarkan kembali gelembung air di tangannya.
2 menit berlalu. Tubuh Luthfi yang tadinya lelah, menjadi pulih kembali. "Wah kakak hebat. Makasih yah kak" ucap Luthfi sambil memeluk Yona yang berada disampingnya.
"Kya~" Yona berontak. Ia mendorong Luthfi menjauh darinya.
"Dasar cowok mesum" ledek Naomi kesal akan perbuatan Luthfi.
"Gw bukan cowok mesum. Itu cuman tanda terima kasih" ucap Luthfi disudahinya dengan senyuman.
"Noh ki. Lo dapet temen baru" ujar Deri sambil menepuk pundak Rizki. Rizki hanya meresponnya dengan senyuman.
"Udah, udah. Yang penting kita udah dapet 9 Imaginate. Meskipun yang terakhir agak meragukan. Melody aku serahkan semuanya padamu" ucapnya seraya melangkah keluar ruangan.
"A Yudi, tunggu" ucapan Elaine menahan langkah a Yudi. Ia menoleh ke arah suara itu. "Ada apa lagi len ?. Minta dicubit lagi ?" candanya diiringi dengan senyuman manis.
"Mau, minta tanda tangan" ujar Elaine. Masih dengan glagat malunya. Ia menyodorkan novel yang ia keluarkan dari tas selendangnya.
"Oh, baiklah. Siapa lagi yang mau minta tanda tangan aa ?" tanyanya dengan penuh kepercayaan.
Para Imaginate yang lain menghampiri a Yudi untuk meminta tanda tangannya, kecuali Luthfi dan Adit. Mungkin mereka mempunyai alasan tersendiri.
"Yaudah, aa pamit dulu yah" a Yudi melambaikan tangannya, meninggalkan para Imaginate yang masih tenggelam dalam kesenangan.
#ToBeContinued
Untuk cerita yang lebih menarik lainnya, anda bisa lihat disini
Silahkan Berkomentar!
Terima kasih
Previous
Next Post »