Hantu Amnesia Part 11


Hallo sahabat KSJ48. Lanjut reupload hantu amnesia nih. Happy Reading :v
Adegan demi adegan di lalui dengan lancar. Akhirnya tugas pun selesai dengan satu kali pengambilan.
“wess mantep dah, akting kalian.” puji Tyas.Tyas mengeluarkan memori kamera Shania itu. Ia menyerahkannya kepada Septyan.
“shan, memorinya dipinjem dulu yah” ucap Tyas.
“Oke” balas Shania.
Septyan memasukan memori itu ke saku celananya. Tugas pun selesai, mereka beristirahat sejenak di rumah Luthfi.
“duuh, laper nih” ucap Beby sambil mengelus – elus perutnya.
“Kalo laper ya makan donk” ledek Tyas yang diiringi dengan tawa.
“haha, bener tuh beb” timpal Shania.
“tuh fi, temen kamu laper. Buatin ramen gih” suruh Andela.
“duuhhh, ni hantu seenaknya aja, nyuruh – nyuruh gw” ucap Luthfi dalam hatinya.
Sebagai tuan rumah yang baik, Luthfi merasa tidak enak. Dia pergi ke belakang untuk masak mie ramen untuk teman – temannya. Setelah 6 mangkuk ramen siap, ia kembali ke ruang tamu.
“Bisa bantu gw, bawain mie ramennya ?” tanya Luthfi.
“Biar gw bantu fi” jawab Tyas.
“Gw juga” sambung Septyan.
Mereka berdua beranjak dari duduknya, pergi menuju dapur dan membawa masing – masing 2 mangkuk ramen.
“waaaaahhh, keliatannya enak nih” ucap Beby yang sedari tadi sudah kelaparan.
“Iya baunya juga sedap banget” sambung Nabilah.Mereka berenam menikmati mie ramen, di tengah udara yang mulai dingin.
*~~~*
Di perjalanan pulang Beby dan Nabilah diantar pulang oleh Shania menggunakan mobil pribadinya. Sedangkan Tyas, dan Septyan memilih untuk naik bus.
Di mobil Shania dan Nabilah tengah asyik memainkan Hpnya. Sedangkan Beby sedang melamun sambil melihat keluar jendela mobil. Jarang – jarang ia memikirkan cowok selain Rangga. Apakah Beby mulai suka dengan cowok pencinta game itu ?
Hari berganti begitu cepat. Sepulang sekolah Septyan tengah mendaftarkan diri sebagai peserta di SMA 11. Semalam dia mengisi formulir yang diberi Beby itu.
Ketika sudah mendaftar ia keluar dari sebuah ruangan, tampak seorang cewek yang wajahnya tak asing. Cewek itu adalah Sinka. Dia sedang duduk di sebuah bangku Septyan keluar dari ruang pendaftaraan, melihat Sinka yang sedang duduk.
Cewek itu beranjak dari duduknya, berjalan menuju ruangan itu. Tak ada sepatah kata yang terucap saat mereka berpapasan.
Mungkinkah kenangan buruk yang dialami Sinka masih belum bisa ia lupakan ?
Saat pelajaran Bahasa Inggris kembali datang, semua murid mempresentasikan tugas kelompok mereka. Ibu Lita menilai setiap tugas muridnya, Dia mengatakan kelompok satu adalah kelompok terbagus. Pengambilan gambarnya bagus, ditambah dengan editingnya. Luthfi cs mendapatkan nilai plus.
Saat istirahat, Septyan mengirimkan video itu ke semua anggota kelompok sebagai kenang – kenangan. Tampak Beby yang paling senang saat menerima video itu. Entah kenapa.
“shan nih, gw balikin memori kamera lo” ucap Septyan sambil menyerahkan memori itu.
Shania menerima kamera itu sambil tersenyum.
Sesudah mengembalikan memori itu, Septyan pergi ke wc, terasa ada yang mau keluar.
“ahh, legaa” ucap Septyan yang sudah keluar dari wc.
Ia kembali berjalan menuju kelas, ketika hendak menghampiri teman – temannya. Dia melewati Sinka cs. Dengan sengaja cewek penyuka panda itu memalangkan kakinya, akibatnya Septyan hampir jatuh.
Untung saja dia memegang meja yang ada disisinya, membuat tubuhnya tidak jatuh ke lantai.
“Kalo jalan liat – liat donk” ledek Sinka yang dilanjutkan dengan tertawa.
Sebenarnya Septyan ingin membalas ucapan Sinka itu, namun dia mengurungkan niatannya. Itu hanya akan memperumit keadaan, dia memilih berjalan ke bangku Luthfi.
“yan lo kok diem aja sih ?” tanya Nabilah.
“Nggak apa – apa kok, itu bukan masalah yang besar” jawab Septyan.
“Kayaknya Septyan nyembunyiin sesuatu deh fi” ucap Andela.
Luthfi menaikan alisnya sambil memandang Septyan.
“yan, lo nyembunyiin sesuatu ?” tanya Luthfi.Awalnya Septyan ragu menceritakan masa lalunya bersama Sinka. Namun melihat teman – temannya saat ini, mungkin mereka bisa membantunya.
“Oke deh, gw certain masa lalu gw sama Sinka” jawab Septyan.Teman – temannya sudah memasang kedua telinganya, bersiap mendengar cerita Septyan.
Saat Septyan masih mengenakan seragam putih biru. Ia mengikuti sebuah les vokal. Dari kecil ia sudah bercita – cita menjadi seorang penyanyi terkenal. Disitulah pertemuan pertamanya dengan Sinka. Pada suatu hari Septyan sedang les vokal, tampak ia sedang melatih tinggi rendahnya nada. Sinka yang notabenenya adalah anak baru, belum mengenal siapa – siapa. Ia hanya terdiam setelah selesai latihan. Septyan yang melihatnya, mencoba berkenalan dengannya.
“Haii, kamu anak baru yah ?” sapa Septyan.
“Iya, aku baru masuk kemarin” sahut Sinka.
“Kenalin, nama aku Septyan” ucap Septyan sambil menyodorkan tangan kanannya.
“Nama aku Sinka” balas Sinka sambil menjabat tangan teman barunya itu.
Percakapan terus berlanjut, mereka menceritakan diri mereka masing – masing. Mereka berbicara tentang band kesukaan mereka, lagu kesukaan mereka dan lain – lain.
Saat pergi ke tempat les pun terkadang mereka pergi bersama. Hari terus berganti, mereka seakan tak terpisahkan. Kemana – mana selalu berdua.
“Yan lo abis ini mau kemana ?” tanya Sinka.
“Nggak tau nih, emang kenapa dut?” jawab Septyan.
“dut ?”
“Iya mulai sekarang aku panggil kamu dudut”
“Kenapa dudut sih ?”
“Soalnya pipi kamu tembeb, sama tubuh kamu agak besar” ucap Septyan sambil mencubit pipi Sinka.
“dudut…dudut, lucu juga” ucap Sinka.
“Yaudah gimana kalo kita jalan – jalan dulu ke mall ?” ajak Septyan.
“Hmm, ayo – ayo” balas Sinka.Sehabis les vokal, terkadang mereka jalan berdua ke suatu tempat.
Mungkin mereka sudah jatuh cinta satu sama lain, hanya waktu yang bisa menjawab.
Hubungan mereka mulai retak, ketika ada Sing Competition. Sinka, dan Septyan selalu mendaftarkan diri bila ada lomba. Namun Septyan yang dari kecil mempunyai bakat bernyanyi selalu mengalahkan Sinka. Di setiap perlombaan dia yang memenangkannya, membuat percaya dirinya berlebihan.
Sedangkan Sinka mulai stress karena selalu kalah, dia menjadi jarang latihan.Suatu hari saat mereka selesai latihan, Septyan menghampiri Sinka yang tengah duduk di sebuah bangku. Dia duduk disamping Sinka.“dut katanya SMP 13 ngadain lomba, lo mau ikut nggak ?” tanya Septyan.
“Haahhh, palingan juaranya lo lagi. Gw pasti kalah” jawab Sinka.
“lo kok gitu sin ? belum dicoba yang belum tau donk” ucap Septyan dengan nada marah sambil beranjak dari duduknya.
“emang gitu kan ? tiap lomba emang lo yang juaranya ?” balas Sinka dengan nada marah juga sambil berdiri.
“lo jadi berubah sin” keluh Septyan.
“lo tuh yang berubah, mentang-mentang menang terus jadi sombong” balas Sinka.
“udah ah, gw jadi males ngobrol sama lo” ucap Septyan kesal sambil meninggalkan Sinka.
“Siapa juga yang mau ngobrol sama lo ?” balas Sinka tak kalah kesalnya.
Setelah itu sifat mereka berubah. Septyan jadi menjadi besat kepala, sedangkan Sinka sudah tidak ingin berteman lagi dengannya.
Saat itu mereka tengah duduk di bangku kelas 3 SMP. Sebelum melakukan pemadatan ujian. Mereka mengikuti lomba terakhir. Di lomba terakhir tak ada yang berbeda. Sinka yang berlatih keras untuk mengalahkan Septyan, hanya bisa kembali menangis. Septyan kembali mengangkat juara. Saat keluar dari sekolah itu, ia melihat Sinka yang berdiri sendiri di gerbang sekolah.
Dia berjalan kearahnya, melewatinya sambil berkata “lo nggak akan pernah bisa ngalahin gw.”
Setibanya di rumah, Septyan menyadari bahwa perbuatan dan perkataannya itu salah. Besoknya ia mengunjungi rumah Sinka, namun dia sudah telat. Dudut sudah pindah rumah, Septyan hanya bisa menyesalinya, teman baiknya pergi tak tau kemana.
Saat masuk SMA, ia kaget melihat Sinka saat MOS. Dia memberanikan diri untuk menyapa teman lamanya itu. Belum juga mendekat, Sinka sudah menjauh menyadari teman yang jadi musuhnya itu mendekat. Sampai sekarang sikap Sinka ke Septyan selalu dingin.
“lo suka yah sama si Sinka ?” tanya Luthfi setelah mendengar semua ceritanya.
“eeu..mm kalo soal itu….” Septyan tidak bisa menjawab pertanyaan Luthfi.
“haha, lo suka yah sama Sinka ?” ledek Tyas.
“Cie..ciee” Shania ikut – ikutan meledek Septyan.
“Udah donk, malah ngeledek” balas Septyan.
“hehe, iya maaf – maaf” ucap Shania.
“Pasti lomba di SMA 11, Sinka nggak mau kalah dari lo” ucap Beby.
“Gw juga mikir gitu” balas Septyan.
“wah, lo harus sering-sering latihan yan, biar menang” ucap Tyas.
“Pastilah” balas Septyan.Mereka ngobrol sampai jam istirahat selesai.
*~~~*
Sepulang sekolah Septyan tidak biasanya pulang ke rumah. Ia pergi ke salah satu rumah sakit. Ia masuk ke dalam salah satu kamar pasien. Saat membuka pintu kamar, terlihat seseorang terbaring di kasur, dan seorang wanita yang tengah duduk di sampingnya.
“Assalamualaikum” ucap Septyan sambil membuka pintu kamar.
“Waalaikumsalam” balas Utami dan ibu Septyan.
Kemudian ia berjalan ke arah mereka, salam ke ibunya dan adiknya salam kepadanya. Ia lalu duduk di sebuah kursi di sebelah Utami.
“Keadaan mamah gimana ? Udah baikan ?” tanya Septyan.
“Iya, mamah sekarang agak mendingan” jawab ibu Septyan.
“dek, mamah udah di kasih obat ?” tanya Septyan.
“udah kak” jawab Utami.“Udah di kasih makan ?” tanya Septyan.
“Baru aja selesai tadi” jawab Utami.
Beberapa waktu yang lalu, ibu Septyan mengalami kecelakaan. Dia tertabrak oleh sebuah mobil saat tengah menyebrang. Septyan yang saat itu sedang berlatih vokal di rumahnya, kaget mendengar pihak rumah menelpon ke rumahnya. Ia bergegas pergi ke rumah sakit, khawatir dengan keadaan ibunya itu.
Saat sedang menengok ibunya, tiba – tiba ada seorang suster yang masuk ke kamar itu. Ia mengecek keadaan ibu Septyan, lalu ia bertanya.
“Suami ibu udah dateng ?” tanya suster itu.
“Belum sus, dia masih bekerja” jawab ibu Septyan.
“Memang ada apa suster ?” tanya Septyan.
“Kata dokter ada sesuatu yang ingin dia sampaikan” jawab suster itu.
“Saya saja sus, saya anak pertamanya” ucap Septyan.
Septyan sejenak melihat kearah ibunya, ibunya memberikan isyarat tanda setuju. Septyan mengikuti suster itu ke ruang dokter.Disana sudah ada dokter yang tengah menulis sesuatu. Septyan dipersilahkan duduk di depan dokter itu.
“Saya anak dari pasien Ibu Rahma dok” ucap Septyan.
“Ayah kamu kemana ?” tanya dokter itu.
“Masih bekerja dok” jawab Septyan.
“Baiklah kalo begitu. Saya cuman mau memberitahukan, bahwa ibu anda harus segera di operasi, jaringan otaknya terganggu karena benturan yang cukup keras. Kita harus melakukan operasi sesegera mungkin” ucap dokter itu.
“Biayanya berapa dok ?” tanya Septyan.
“100 juta” jawab dokter itu.
Angka yang cukup fantastis, mengingat keluarganya saat ini sedang mengalami krisis. Dia berfikir kalo dia bisa memenangkan lomba nyanyi itu mungkin dia bisa membantu membayar operasi itu.
#ToBeContinued
Previous
Next Post »