Hantu Amnesia Part 23

Hallo sahabat KSJ48. Yang nungguin hantu amnesia. Monggo dibaca. Happy Reading :v

“Woii, cepet turun. Lama bener sih” ucap Melody sambil mendorong tubuh Frieska keluar mobil.

“Iya-iya kak sabar kenapa” balas Frieska sambil turun dari mobil milik ayahnya itu.

Pagi yang cerah kicauan burung saling bersahutan, dirusak dengan pemandangan yang tidak mengenakan.

Pagi buta begini sudah ribut saja. Melody tampak kesal, ketika sampai di sekolah, Adiknya itu malah melamun. Pintu mobil yang berada di dekatnya, tidak bisa dibuka karena ada mobil disebelahnya, membuat ia harus keluar dari pintu mobil yang berada di samping Frieska.

Melody berjalan jauh meninggalkan Frieska, dia tidak ingin berjalan bersama dengan adiknya. Cewek lugu ini hanya berjalan perlahan sambil menundukan kepalanya.

Di koridor ia bertemu dengan teman sekelasnya.

“Pagi fries” sapa Sinka.

“eh, kamu sin. Pagi juga” balas Frieska.

Setelah membalas sapaan Sinka, ia kembali menundukan kepalanya sambil terus berjalan menuju kelas.

Sinka sudah mengetahui, dari raut mukanya, ia sedang ada masalah dengan kakaknya, sama seperti Sinka.

Dia penasaran masalah apa yang terjadi diantara mereka.

“fries, lo lagi ada masalah yah sama kakak lo ?” tanya Sinka.

“Bisa dibilang begitu” jawab Frieska.

“Emang masalah apa sih ?”

“Aku juga nggak tau, yang jelas dia suka marah – marah sama aku”

“haha sama kayak kakak aku donk”

Sinka lalu menceritakan ketika dia sedang ribut dengan Naomi. Katanya perbedaan antara dia dengan Frieska itu adalah ia berani melawan kakaknya sedangkan Frieska tidak. Sinka memberi saran kepada Frieska agar dia tidak diam saja.

“Kalo lo diem aja, nggak ngelakuin apa – apa, kakak lo akan terus gitu sama lo” ucap Sinka.

“iya sin, makasih atas sarannya” balas Frieska.

*~~~*

Luthfi sedang mendengarkan teman – temannnya mengobrol di kelas, hanya Sinka teman sebangkunya yang belum datang. Selang beberapa menit, ia melihat Sinka masuk ke kelas berbarengan dengan Frieska.

Sesudah duduk di bangku, ia kemudian memberi Sinka pertanyaan.

“Tumben lo bareng sama dia ?” tanya Luthfi.

“hehe, iya kebetulan aja ketemu di koridor” jawab Sinka.

Sinka langsung berbaur dengan teman Luthfi yang lainnya. Cowok tertutup ini hanya diam mungkin sesekali menanggapi obrolan temannya.

Sinka kemudian menceritakan tentang teman kelasnya  yang tadi masuk ke kelas bersamanya. Dia merasa kasian kepada Frieska yang selalu dkasari atau dibentak oleh Melody.

Sinka merasa senasib dengannya. Mendengar ceritaan Sinka, Luthfi merasakan akan ada masalah baru yang akan menimpanya.

Luthfi acuh tak acuh mendengar ceritaannya sambil memakan roti kesukaannya.

“fi lo tolongin dia gih” ucap Sinka.

“Uhuk-uhuk” Luthfi tersedak mendengar ucapan Sinka, ia menepuk – nepuk dadanya agar roti yang telah ia kunyah jatuh ke perutnya.

“Kok ke gw sih ?” tanya Luthfi.

“Iyaa, kalo menurut gw sih, lo orang yang bisa menyelesaikan masalah” jawab Sinka.

“Iya fi, masalah gw sama Tyas kan kelar gara – gara lo” sambung Shania.

“Bener tuh fi, masalah gw sama Rangga juga” sambung Beby.

“Masalah gw sama…” ucapan Septyan di potong Luthfi karena kesal mendengar semua omongan teman – temannya itu.

“Stop, gw ngelakuin itu bukan karena keinginan gw” balas Luthfi.

“Terus keinginan siapa ?” tanya Yupi.

“eu…mmm..eumm…kalo soal itu…” Luthfi tidak bisa menjawab. Masa dia menjawab ia melakukan itu karena dipaksa hantu yang berada di sampingnya.

Luthfi diselamatkan oleh bunyi bel yang berkumandang. Bu Tina masuk ke dalam kelas sambil menjinjing tas di tangan kanannya, ia kemudian meletakan tas itu di meja guru.

Sebelum memulai pelajaran ada sebuah pengumuman yang ingin ia sampaikan.

“Anak – anak 2 minggu lagi kita akan menghadapi Ujian Semester Ganjil” ucap bu Tina.

Para murid menanggapinya dengan berbagai respon, ada yang kaget karena sama sekali belum belajar, ada yang diam duduk santai tanpa mengatakan apapun.

Bu Tina menyuruh anak didiknya untuk kembali diam, agar dia bisa memulai proses pembelajaran.

Seperti pada umumnya anak SMA di Indonesia, banyak murid yang tidak serius dalam belajar, apalagi pelajaran kimia.

Ada yang mengobrol dengan teman sebangkunya, ada yang sedang tiduran, namun ada juga yang memperhatikan setiap perkataan yang keluar dari guru yang berada di depan itu.

Kedatangan Sinka dibangkunya membawa dampak negatif dan positif. Positifnya sekarang Luthfi mendapatkan teman yang menemaninya ketika pelajaran berlangsung. Namun dampak negatifnya Sinka sering mengajaknya bicara ketika pelajaran berlangsung.

Dan berdampak pula pada hantu amnesia ini, ia yang biasanya duduk di samping Luthfi, sekarang harus rela berdiri.

“Gw salut sama lo fi” puji Sinka sambil menahan dagunya dengan tangan kanannya, ia tidak melihat ke depan, Sinka malah sedang melihat Luthfi yang terlihat fokus.

“Salut kenapa ?” tanya Luthfi dengan pandangan tidak dipalingkan ke arah Sinka.

“ya, salut aja. Lo suka maen game, lo keliatannya males banget kalo pergi ke sekolah. Tapi kok otak lo masih bisa diisi sama pelajaran sih” ucap Sinka sambil memasang muka heran.

“Iyaiyalah, dia kan gitu – gitu juga suka belajar” Andela membalas ucapan Sinka walaupun suaranya tidak terdengar olehnya.

“Itu gara – gara lo cuman liat cangkangnya doank, inget cangkang itu cuman pelindung untuk melindungi isinya. Pikiran seseorang susah di tebak” balas Luthfi.

“Dalem banget omongan lo, sampe merinding gw” ucap Sinka sambil memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya, ia seolah kedinginan.

“Kalo lo masih mau sebangku sama gw, mendingan lo diem deh, gak usah ngajak ngobrol gw” balas Luthfi, kali ini ia menatap tajam Sinka.

Adik Naomi ini merasa takut, ia kemudian menghentikan aktivitas yang mengganggu teman sebangkunya, lalu Sinka mengikuti jalannya proses pembelajaran meskipun tidak mengerti sama sekali.

“Luthfi tuh orangnya aneh, kadang–kadang dia dingin banget, dia juga suka marah – marah, tapi di satu sisi dia orang yang baik juga” ucap Sinka dalam batinnya.

Di bangku yang lain, ada seorang siswi yang sama seperti Luthfi, sedang memperhatikan bu Tina, ia adalah Frieska.

Mendengar UAS sebentar lagi akan datang, ia lebih serius daripada biasanya, dia tidak ingin kejadian UTS saat itu terjadi kembali.

Kita kembali ke beberapa bulan yang lalu, saat Ujian Tengah Semester baru selesai di gelar. Saat itu hasil ulangan telah dibagikan kepada seluruh siswa, Frieska membawa pulang hasil ulangan itu dengan perasaan bangga, karena nilainya naik dari ulangan sebelumnya.

Niatnya ia akan memberitahukan kepada kedua orang tuanya pada saat makan malam. Malam itu, Frieska  sedang makan malam bersama kedua orang tuanya dan kakaknya, Melody.

“Mah, pah. Nilai UTS ku naik lho dari yang kemarin” ucap Frieska dengan perasaan bangga.

“Coba papah liat” balas Papahnya yang sedang menikmati hidangan yang ada di meja. “Bentar yah pah” ucap Frieska yang kemudian berlari ke kamarnya.

Melihat itu Melody merasa risih, dia tidak suka adiknya itu sok pamer nilai ke ayah dan ibunya.

“Cihh, dasar anak tukang pamer” ucap Melody dalam hatinya.

Tak lama kemudian Frieska kembali dengan beberapa lembar kertas ditangannya. Dia kemudian menyerahkan hasil ulangannya itu kepada ayahnya.

Papah Frieska berhenti makan sejenak, lalu meminum segelas air putih dan mengelap mulutnya.

Matanya melihat hasil ulangan Frieska, memang sih nilai ulangannya lebih baik daripada kemarin.

“Gimana pah nilai Frieska ?” tanya ibunya yang mulai penasaran.

“yaa, lumayan lah” jawab ayahnya.

Hati Frieska lega, ia bisa menunjukan perkembangannya kepada ayahnya itu, meskipun tak ada kata pujian yang keluar, tapi setidaknya ia tidak dibanding – bandingkan dengan kakaknya.

“Coba mamah liat” ucap ibunya sambil membawa hasil ulangan Frieska.

“ah, ini mah masih kecil kalo dibandingin sama kakak kamu” ucap ibunya yang tadi siang telah melihat hasil UTS Melody.

“Iyaiyalah mah, aku kan lebih pinter daripada dia” balas Melody dengan memasang muka sombong, sejenak ia melihat kearah Frieska dengan tatapan angkuh.

“Kamu memang anak kebanggaan ayah mel” ucap Ayah Melody yang sudah melanjutkan makannya.

Ekspresi Frieska berubah dari senang menjadi sedih, ia tau otaknya tidak sepintar kakaknya, tapi setidaknya ia sudah berusaha mengimbangi prestasi Melody. Dia juga ingin sesekali dibanggakan oleh kedua orang tuanya.

“Kamu harus belajar lagi fries supaya bisa kayak kakak kamu ini, dia dapet nilai bagus terus” ucap ibunya.

“Iya mah” balas Frieska lesu, nafsu makannya telah hilang.

Frieska tidak ingin kejadian itu terulang lagi, dia bertekad ingin mendapatkan nilai sempurna dan ia juga ingin mengalahkan kakaknya Melody.

*~~~*

“yas, nanti pergi ke pamerannya bareng sama gw yah”

“Sorry shan, bukannya gw nolak, tapikan gw gak punya kendaraan”

“alah, pamerannya juga deket, lo kesini naek angkot, terus nanti kita jalan bareng gitu”

“Emangnya lo gak cape atau malu apa jalan sama gw ?”

“Sama sekali nggak, gw pengen ngenang kita yang dulu yas, kita kan sering pulang bareng jalan kaki dari sekolah”

“hahaha iya, yaudah kalo gitu nanti jam setengah 6 gw ke rumah lo” “Oke gw tunggu yah”

Setelah beberapa tahun hubungan mereka kacau, akhir – akhir ini Shania dan Tyas sudah mulai akur kembali.

Berkat Luthfi kedua orang ini bisa kembali seperti dulu, Tyas tengah smsan dengan Shania, sambil tiduran di kasurnya, cowok ini tidak sabar menunggu balasan dari teman kecilnya ini. Sepertinya telah tumbuh cinta diantara mereka.

Sama dengan mereka, Septyan kini telah mendapatkan kembali teman lamanya yang pernah mempunyai masalah dengan mereka. Rencananya mereka akan pergi bersama ke pameran tersebut.

Sementara itu di rumah Luthfi, hantu amnesia ini sedang bahagia, karena 3 hari lagi ia akan pergi ke pameran bersama Luthfi dan teman – temannya, di rumah Luthfi ia terus mengoceh seputar pameran itu.

“fi, nanti disana kita beli baju juga yah” ucap Andela sambil memasang wajah memohon.

Luthfi yang sedang bermain COC, menatap hantu itu dengan anehnya “Emang gw ngajak lo ke pameran ?” tanya Luthfi.

“Ih jahat, masa aku nggak diajak” balas Andela yang kemudian memanyunkan bibirnya.

“Nggak lucu bibir lo di monyong – monyongin juga” ucap Luthfi yang melihat tingkah laku hantu itu.

“Abisnya sih…ajak aku yah fi, masa temen setia yang menemani kamu kemana – mana gak kamu ajak” ucap Andela.

“hai-hai, demo asoko ni ore wa game kai mono dake sa” balas Luthfi yang masih fokus dengan gamenya. *Iya –iya , tapi disana gw cuman beli game saja.

“eee..nande ? sonna koto iuna, asobi ni ikamsho” ucap Andela dengan menganggkat tangan kanannya keatas dengan penuh semangat. *eee….kenapa ? jangan bilang seperti itu, ayo kita bermain.

“yada ne, ore wa gaki janeo” balas Luthfi sambil menggelengkan kepalanya. *Ogah, gw kan bukan anak kecil.

“Maksud aku tuh, kita jalan – jalan dulu kek, jangan cuman beli game terus pulang ke rumah kan gak seru” ucap Andela dengan perasaan kesal.

“ya – ya, kalo gw gak males, gw ikut jalan – jalan dulu” balas Luthfi, kemudian ia beranjak dari duduknya berjalan keluar kamar, Andela melihat Luthfi, ia tau cowok pendiam ini akan membuat ramen.

“fi buatin aku ramen satu yah” ucap Andela.

“eeehh, omae nande shiteru ?” tanya Luthfi. *lo kenapa bisa tau ?

“hehe, jam segini kan biasanya kamu makan ramen, bikin dua ya fi” jawab Andela.

“hai-hai” ucap Luthfi sambil melanjutkan langkahnya yang terhenti akibat ucapan Andela tadi.

*~~~*

“sin, tunggu sebentar” ucap kak Mayang menghentikan Sinka yang akan berjalan ke kelasnya.

“Iya ada apa kak ?” tanya Sinka sambil menoleh kearah kakaknya.

“Kamu anterin uang jajan kak Naomi gih dia lupa bawa uang jajan” jawab kak Mayang.

“Gak mau ah kakak, nanti aku sama dia ribut lagi” ucap Sinka.

“Ayo donk dudut, kasian kan kakak kamu, nanti kalo perlu uang gimana” balas kak Mayang.

“Tapi kak….”

“Nih uangnya,” kak Mayang menyodorkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

“Yaudah deh, kalo gitu” balas Sinka sambil mengambil uang itu lewat jendela mobil.

“Makasih yah sin, kakak berangkat dulu yah, udah telat nih” ucap kak Mayang, jendela mobil kembali ditutup dan mobil pun berangkat ke salah satu Universitas dimana kak Mayang menimba ilmu.

Sinka kesal dengan kelakuan kakak yang satu ini, dia sampai lupa meminta uang jajan.

“Duuh pasti gw ribut lagi nih kalo ke kelasnya” keluh Sinka.

Tapi dia tidak punya banyak pilihan, ia harus mengantarkan uang itu, daripada urusan tambah panjang, Sinka menyimpang ke kelas Naomi terlebih dahulu.

Disana, ia celingak–celinguk mencari sosok kakak atau lebih tepatnya sih musuh bebuyutan.

Naomi sendiri sedang duduk bersama ketiga sahabatnya, dia menyadari ada sosok yang tak asing sedang berdiri di depan pintu.

Suasana di kelas saat itu sedang ramai – ramainya, untuk memastikan Naomi memutuskan untuk menghampiri cewek itu.

Dan benar saja cewek itu adalah adiknya, “Ngapain lo kesini ?” tanya Naomi dengan nada sewot, ia kemudian menyilangkan kedua tangannya.

“Sewot aja lu, gw kesini juga disuruh sama kak Mayang” jawab Sinka tak kalah sewotnya.

“Disuruh apaan ?” tanya Naomi heran.

Sinka lalu menarik tangan kanan Naomi, kemudian menaruh uang diatas tangannya sambil berkata “Nih, lo lupa bawa uang jajan”.

“Sialan, pantes aja kayak ada yang ketinggalan” ucap Naomi sambil memasukan uang yang diberikan Sinka.

“Udah-udah pergi sana lo, males gw deket–deket sama lo” ucap Naomi dengan gelagat ngusir.

“Udah ditolongin juga, gak ada terima kasihnya, dasar nenek pikun” gerutu Sinka sambil meninggalkan kelas kakaknya.

Sinka menuju kelasnya dengan perasaan yang lebih kesal. Tak ada kata terima kasih yang terucap ketika ia mengantarkan uang jajannya. Kakak beradik yang hanya terpaut satu taun biasanya seperti itu. Sering terjadi pertengkaran antara mereka, seolah dirinya tidak ingin kalah. Sinka sebenarnya sudah lelah terus bertengkar dengan Naomi, tapi terkadang kelakuan kakaknya yang sering menyulut emosinya.

#ToBeContinued

Previous
Next Post »