Hantu Amnesia Part 26


Hallo sahabat KSJ48. Lagi sibuk persiapan kuliah, jadi gak sempet nulis. Yaudah, upload aja yang ada. Happy Reading :v
"Yas, yang ini cocok gak buat aku" ucap Shania dengan tangan memegang sebuah kaos wanita bergambarkan keroro.
"Cocok shan, apalagi kalo aku pake ini" balasnya sama dengan tangan mengenggam kaos putih lelaki bergambarkan keroro.
"Haha, emang kamu gak malu pake baju gambar kartun gitu ?" tanya Shania dengan senyuman dimulutnya.
"Ngapain malu, malahan seneng kali, apalagi pakenya barengan sama kamu."
"Idiihh, udah belajar ngegombal" Shania mencubit perut Tyas.
"Aww, sakit tau."
"Haha rasain"
"Gimana jadi nih beli baju keroro ?" tanya Tyas.
"Jadilah, langsung dipake yah" jawabnya.
Shania memasukan baju itu dalam daftar belanjaannya. Ia memilih kembali pakaian obral yang dikiranya cocok dan yang ia sukai.
Nafsu berbelanjanya perlahan mereda. Shania membayar pakaian yang telah ia pilih bersama Tyas.
Mereka keluar dengan tangan saling memegang satu sama lain.  Mereka kini tengah berjalan di pinggir alun-alun kota, keadaan sunyi sepi menemani mereka, hanya beberapa orang yang berlalu lalang.
"Lucu juga pake baju samaan" ucap Shania sambil menatap baju bergambarkan keroro yang ia pakai.
"Haha iya shan, kayak orang pacaran" balas Tyas tanpa menyaring perkataannya.
Mereka juga baru menyadari bahwa sedari tadi tangan mereka berpegangan.
"Maaf shan, aku pegang-pegang tanganmu" Tyas melepaskan genggamannya dan matanya menatap kearah lain.
"Gak apa-apa kok yas" glagat malu Shania keluar kedua tangannya memegang erat tas belanjaannya dengan muka yang agak ditundukan.
Dari awal langkah kaki mereka sangat pelan. Tyas berhenti melangkah, ia melepaskan pegangan Shania, membuat tas belanjaannya terjatuh, Tyas lalu memegang kedua tangannya.
Shania tampak heran apa yang akan dilakukan Tyas. Jangan-jangan ia ingin menembaknya ? Detak jantungnya sudah tak karuan.
"Shan, kalo aku suka sama kamu boleh gak ?" suara Tyas terdengar begitu jelas.
Jantungnya memompa darah begitu cepat sampai Shania dapat merasakan detak jantungnya sendiri.
"Sejak kecil aku selalu senang saat dekat denganmu. Tak tau kenapa diri ini ingin selalu ada disampingmu. Meskipun sifatmu pernah berubah, tapi rasa ini tak akan berubah shan" tambahnya.
"Shan kamu mau gak...." tiba-tiba Shania memeluk Tyas, yang membuat ucapannya terpotong.
Cewek bertahi lalat didagunya itu memeluk Tyas sambil memejamkan matanya "Udah yas, hentikan".
Tyas beranggapan bahwa Shania menolak cintanya. Mungkin Shania hanya menganggapnya sebatas sahabat "Iya shan , aku ngerti kok. Kalo kamu cuman anggep aku sahabat" ucap Tyas sembari mengelus lembut pundak Shania.
Shania menggelengkan kepalanya "Bukan gitu yas. Please hentikan perkataan kamu yang membuat detak jantungku berdetak lebih kencang. Aku mau kok jadi pacar kamu."
Oh yess. Satu kata yang ingin di teriakan Tyas 'yatta'. Ia berhasil mengubah statusnya menjadi pacar Shania. Fyuuhh. Mendebarkan juga saat nembak cewek pikirnya.
"Terima kasih shan" Tyas memeluk erat Shania seolah enggan kehilangannya.
Akhirnya kedua sahabat ini menjalin kasih. Semoga hubungan mereka akan terus seperti itu sampai ke pelaminan.
Sama seperti Shania dan Tyas. Rangga dan Beby sedang duduk di sebuah bangku. Berduaan. Mereka makan di sebuah stan yang menjual nasi goreng. Beby begitu lahap memakan nasi goreng tersebut,
"Enak banget nasi gorengnya, murah lagi" pujinya setelah menelan sesuap nasi goreng. 
"Setuju banget beb" Rangga mengangguk-anggukan kepala, mulutnya masih sibuk mengunyah makanan.
"Aku seneng ga. Kamu udah balik lagi kayak dulu" ucap Beby.
Tangan kanan Rangga memegang salah satu tangan beby yang tergeletak diatas meja.
"Aku bukannya kembali ke yang dulu beb. Emang sifat posesifku udah ada dari dulu, tapi baru sekarang-sekarang aja keluarnya. Dan aku janji kalo aku bakalan ngilangin sifat itu demi kamu" tatapan Rangga begitu meyakinkan Beby.
Cewek berlesung pipi itu tersenyum dan menganggukan kepalanya pelan.
Nasi goreng pun telah berpindah ke perut mereka. "Kenyang juga" Beby merasa puas akan apa yang ia makan, tangannya mengelus-elus perutnya.
"Abis ini kita mau kemana ?" ucap Rangga, tangannya mengelap bibirnya yang basah karena air yang ia minum.
"Temenin aku beli baju yah."
"Ayo. Apa sih yang engga buat pacarku ini"
10 menit setelah itu, mereka berkeliling ke stan yang menjual pakaian.
Di stan yang lain. Tepatnya di stan makanan khas Jepang. Ada sepasang teman ditambah dengan seorang hantu. Strateginya sama seperti waktu itu. Mereka memilih meja paling pojok, badan Luthfi dan Yupi menutupi bangku yang diduduki Andela.
Ada seorang cewek yang menghampiri mereka dengan memakai baju maid ala Jepang. Dia menyerahkan buku menu ke tangan Luthfi.
"Saya pesan, 2 okonomiyaki jumbo rasa keju" ucap Luthfi sembari mengembalikan buku menu yang tadi ia terima.
"Saya satu okonomiyaki rasa daging sapi" sambung Yupi.
Maid itu membungkuk dan pergi kembali ke belakang untuk mempersiapkan pesanan mereka.
Untuk mengisi waktu yang kosong, Yupi dan Andela mengobrol, suara tawa terkadang keluar dari bibir mereka. Luthfi hanya sesekali menanggapinya, satu tangan menahan dagunya, ekspresinya sangat datar.
Maid itu kembali dengan membawa pesanan mereka. Luthfi dan Yupi menanggapinya seperti pada umumnya, berbeda dengan Andela. Senyum lebar tampak dimukanya, ia bertepuk tangan sambil berkata "yeaayy. Okonomiyakinya udah dateng."
Luthfi menggelengkan kepalanya melihat sikap Andela.
"Ittadakimasu" Luthfi menyantap makanannya dengan perlahan karena masih panas.
"Luthfi-sama" nada Andela begitu manja, bibirnya sampai manyun segala. Luthfi sudah tau isyarat Andela itu.
"Hai-hai" ia mengambil kembali okonomiyaki menggunakan sendok,
"Atsui" Andela terlihat kepanasan, karena okonomiyaki yang diberi Luthfi masih panas. Luthfi tersenyum jahil melihat Andela.
"Luthfi yang bener dong" pundaknya ditepuk Yupi.
"Gomen-gomen" Luthfi mengambil suapan berikutnya, "Aaaaaa....." mulut Andela sudah terbuka lebar.
"Euummmm" suapan itu mendarat ke mulut Luthfi. Yupi yang sedang memakan okonomiyaki miliknya merasa kesal melihat tingkah laku Luthfi.
"Sini biar aku yang nyuapin Andela" ia merebut okonomiyaki jatah Andela dan mulai menyuapi hantu amnesia ini.
"Aaaa....eeummmm"
"Enak ?" tanya Yupi.
"Oishi" Andela begitu menikmati makanan yang masih ia kunyah, kejunya begitu meleleh dimulut. Yupi memandang kearah Luthfi, dan cowok itu tau maksudnya.
"Dia bilang enak" tangan dan mulut Luthfi masih sibuk memenuhi kebutuhan perutnya.
"Syukurlah" Yupi memberikan senyuman termanisnya.
"Aww" kepala Andela tiba-tiba terasa sakit.
"Ndel kamu kenapa ?"
"Awwwww" ia masih kesakitan, pertanyaan Yupi terabaikan. Muka Andela terlihat sedang menahan rasa sakit. Matanya terpejam rapat sekali. Ia melihat sesosok wanita yang mempunyai senyuman mirip dengan Yupi. Mungkinkah ingatan Andela mulai pulih ?.
Perlahan rasa sakit itu mulai hilang, Yupi terlihat khawatir, sedangkan cowok yang disebelahnya hanya memakan okonomiyakinya tanpa memperdulikan apa yang terjadi.
"Masih sakit ndel ?"
"Udah mendingan yup"
Rasa sakit itu akhirnya benar-benar hilang. Yupi menoleh kearah Luthfi.
"Di rumah, Andela sering kayak gini fi ?" tanya Yupi, ia hanya mendapatkan respon gelengan kepala dari Luthfi.
"Lo inget sesuatu?" tanya Luthfi, sendok yang ia pegang menunjuk kearah Andela.
"Tadi aku liat, perempuan mirip banget senyumnya kayak Yupi". Luthfi berfikir sejenak, mulutnya masih mengunyah okonomiyaki.
"Mungkin cewek itu pernah ada dikehidupan lo". Yupi mulai kembali menyuapi Andela. Ia mendengarkan Luthfi dengan serius.
"Hmm, lo tau gak yup. Kenapa hantu bisa amnesia ?" pertanyaan yang sulit dijawab. Bahkan authornya blom tau kenapa hantu bisa amnesia ?
"Nanti deh aku cari tau penyebabnya" jawab Yupi, ia lalu memakan okonomiyaki miliknya.
Di stan yang sama, namun dengan meja yang berbeda. Ada seorang cewek dan cowok yang belum lama akrab. Mereka adalah Ve dan Risman. Ve menyadari kalo di stan itu ada Luthfi dan adiknya.
"Kok malah sama Yupi sih ?" gumamnya dalam hati.
Niatannya ia ingin mengajak Luthfi untuk pergi bersamanya ke pameran. Namun berdasarkan pengalaman yang ia alami, 100% Luthfi akan menolaknya mentah-mentah. Tak tau kenapa Ve masih belum menyerah, bagaimana caranya agar bisa mempermainkan hati cowok tertutup itu.
"Kali aja gw bisa dapet kesempatan buat berduaan sama dia" ucap kak Ve dalam hati.
Sementara Risman yang duduk dihadapannya, terus mengoceh tentang dirinya, mencoba menarik perhatian kak Ve dengan menceritakan prestasi yang pernah ia raih.
"Oh"
"Masa ?"
Hanya itu tanggapan yang Risman dapat dari kak Ve. Tatapanya sesekali melihat ke meja paling pojok.
"Kak Ve tau gak......"
"Enggak" kak Ve memotong omongan Risman. "
Denger dulu dong. Aku tuh yah waktu kelas 1 SMA pernah juara lomba matematika lho"
"Gitu yah ?"
"Iya, terus...." cerita Risman seolah unlimited, tak ada habisnya. Telinga kak Ve sampai panas mendengarnya.
"Duuh, nih anak bawel banget sih" ucap kak Ve dalam benaknya. Ditambah dengan makanan yang mereka pesan belum datang.
"Aaaahhh. Cukup" bentak kak Ve sambil menggebrak meja cukup keras, posisi tubuhnya sudah berdiri. Reflek, ia menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung dan pelayan.
"LO JADI COWOK BUAAWWWEELLL BANGGEEETT SIH ? LIAT TELINGA GW SAMPE MERAH GINI," tangan kanannya menunjuk-nunjuk kulingnya yang memang sudah memerah.
Risman kaget mendengar ucapan kak Ve. Mulutnya bungkam seribu bahasa.
"LO JANGAN KEGEERAN DEH. GW NGAJAK LO KESINI BUKAN BUAT NGE-DATE SAMA LO." Kak Ve mengambil tas kecilnya dan pergi dari stan tersebut.
Risman masih terdiam, matanya menatap kosong apa yang ada didepan.
"Ini mas pesanannya" ucap maid itu lalu meletakan makanan yang Risman dan kak Ve pesan.
Nafsu makannya sudah hilang. Ingin rasanya mata ini menetaskan air mata. Luthfi dan Yupi melihat semua itu. Mereka menghampiri Risman, yang, masih tak bergerak sama sekali.
"Man, maafin kakak aku yah" Yupi meminta maaf atas apa yang dilakukan kakaknya. Risman seolah menjadi mayat, ia tidak merespon sama sekali.
"Woiii, jangan segitunya kali" Luthfi menepuk pundak Risman cukup keras.
Usaha Luthfi berhasil, Risman mulai kembali bergerak.
"Gk kok yup, bukan salah kak Ve. Gwnya aja yang kegeeran."
Risman tertunduk lesu. Ia membayar makanan yang sama sekali tidak ia makan. Dan berjalan pelan keluar dari stan. Hatinya begitu hancur, dia seperti diterbangkan ke angkasa dan terjatuh ke tanah dengan kecepatan tinggi.
"Kawai so" Andela melihat kepergian Risman dengan tatapan sedih. *Kacian
"Souganei darou ?" balas Luthfi. *mau gimana lagi ?
"Aaa. Wasureteta" *aku lupa.
"Nani ga ?" *lupa apa ?
"CD game "
"Pake bahasa Indonesia dong fi, aku gak ngerti"
Haha. Memang dari tadi Yupi hanya bengong, tak mengerti apa yang dikatakan Luthfi dan Andela.
"Dah-dah, kita beli CD game yuk" ajak Luthfi sambil melangkah ke kasir, Andela dan Yupi mengikutinya dari belakang.
"Sekalian anter aku, beli tas baru dan baju baru buat Andela yah fi" balas Yupi sambil melirik kearah Andela.
"Yeayy, atarashi fuku" Andela begitu senang mendengar Yupi ingin membeli baju untuknya. *baju baru.
"Iya-iya, yaudah yuk" setelah membayar apa yang mereka makam, mereka pergi menuju stan selanjutnya.
*~~~*
"yan, aku seneng banget bisa jalan bareng sama kamu" ucap Sinka, dia sedang berjalan bersama Septyan menuju halte bus terdekat. Mereka pulang lebih awal daripada teman-temannya yang lain.
"Haha, sama sin. aku juga seneng. kapan-kapan aku mau liat kamu pake baju panda itu" balas septyan. Di pameran, sinka membeli sebuah baju wanita bergambarkan panda.
"Besok deh, aku pake buat kamu".
"Janji yah"
"Iyah"
"Sin, masih inget gak lagu itu ?"
Sinka sekilas memeriksa memori otaknya.
"Oh iya yang itu. Emang kenapa yan ?" Sinka penasaran akan maksud Septyan.
"Gimana kalo kita nyanyiin bareng sambil jalan ke halte bus ?" ajak Septyan, ia lalu tersenyum dan mengangkat kedua alisnya beberapa kali.
"Ayo. Aku mulai yah. Satu dua tiga"
"Persahabatan bagai kepompong mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Persahabatan bagai kepompong hal yang tak mudah berubah jadi indah"
Tangan mereka saling berpegangan. Riang gembira itu yang mereka rasakan.
Beberapa saat setelah itu,  pameran kota pun berakhir. Semua pengunjung pulang ke rumah mereka termasuk Luthfi dan yang lainnya.
Sesudah mengantarkan Luthfi, Yupi pulang ke rumahnya. Pikirannya masih terbayang akan kejadian di stan itu. Ia ingin menanyakan beberapa hal kepada kakaknya.
Kebetulan kak Ve belum tidur, ia masih terduduk diam sambil menonton acara televisi. Sebelum menghampiri kak Ve, ia mengganti dulu pakaiannya.
"Lagi nonton apa kak ?" tanya Yupi saat duduk dsebelah kakaknya.
Kak Ve yang sedang fokus akan tontonannya sedikit kaget.
"Kamu yup bikin kakak kaget aja" balas kak Ve sambil memandang Yupi yang sedang tersenyum kearahnya.
"Tadi kenapa kakak sampe marah-marah sama Risman ?"
Yap. Yupi ingin tau alasan itu.
"Hmm, gimana yah. Mending kakak jujur deh sama kamu" Yupi tambah penasaran.
"Jujur tentang apa kak ?".
"Ceritanya tuh berawal saat Luthfi nempatin meja tempat kakak sama temen-temen biasa makan."
Yupi diajak flashback ke hari itu. Ya. Hari dimana Ve pertama kali bertemu dengan Luthfi, ada rasa yang berbeda saat ia menatap mata Luthfi.
Ve menceritakan sejujur-jujurnya, tentang kronologi dia ingin mempermainkan hati cowok tertutup itu. Namun alih-alih mempermainkan hatinya, malah sebaliknya, Ve jadi kepincut oleh lelaki cuek itu.
"Terus kenapa kakak pergi ke pameran sama Risman ?"
"Nah itu dia. Kalo kakak bareng sama temen-temen kamu gak enak, soalnya kan..."
"Iya, kalo soal itu aku tau"
"Pas kakak ngajak Melody, Naomi, sama Yona pada gak bisa semua. Yaudah kakak ajak aja si Risman itu. Keliatannya dia suka sama kakak."
"Ceritanya manfaatin cowok lagi nih?"
"Ya bisa dibilang gitu sih. Kakak juga kasian sama Risman. Tapi mau gimana lagi. Telinga kakak sampe merah gara-gara dia terus nyerocos hal yang enggak penting"
"Kakak suka yah sama Luthfi ?" ucap Yupi sekenaknya. Senyum curiga ditambah jarinya menunjuk kearah kak Ve, membuat cewek bermuka chubby ini salah tingkah.
"Eumm...kalo soal itu..."
"Aku juga suka sama Luthfi kak" Yupi mengatakan tentang perasaannya kepada Luthfi.
"Ya, kalo kakak suka sama Luthfi, berarti kita saingan" sambung Yupi.
"Gak kok yup, kakak cuman tertarik aja sama dia, gak ada perasaan suka sama sekali."
"Enggak usah boong deh kak. Ya kalo kita mencintai orang yang sama. Kita saingan secara sehat aja."
Kak Ve tersenyum mendengar ucapan bijak adiknya ini. Ia merangkul Yupi.
"Bijak bener adik kakak satu ini. Dah ah mending kita nonton film. Jangan ngebahas cowok mulu."
Obrolan tentang cowok pun berakhir. Adik kakak ini memfokuskan diri menonton film yang ditayangkan ditelevisi.
*~~~*
Kinal merasakan sesuatu yang tak biasa, sudah jam 7 pagi namun Risman tak kunjung datang. Perasaannya gelisah, tak biasanya ketua kelas bolos sekolah pikirnya.
"Woii nal, kenape lo ? Ngelamun terus dari tadi" Jeje mengagetkan Kinal yang daritadi terdiam tak berucap.
"Lagi mikirin apa sih nal ? Berat banget kayaknya?"
Dhike juga sepertinya ingin mendengarkan apa yang dirasakan Kinal.
"Mikirin Risman yah ?" Ayana kembali mengigau ditengah tidur paginya.
"Buset dah nih bocah udah tidur aje" Jeje agak kaget mendengar ucapan Ayana yang biasanya benar.
"Gw aneh aja, kenapa hari ini Risman gak masuk ? Itu aja" ekspresinya begitu cemas.
"Yaelah nal. Yang kayak gitu udah biasa kali. Mungkin dia gak enak badan atau ada keperluan keluarga." Jeje berusaha menenangkan Kinal.
"Tapi dari semalem gw sms gak dibales je. Dia juga gak kirim surat lagi." Masih dengan ekspresi khawatirnya.
"Gini aja deh, gimana kalo pulang sekolah kita main ke rumah Risman ?" ajak Dhike.
Kinal menyetujui itu, hatinya mulai tenang. Berkat sahabatnya yang selalu ada untuknya.
Pelajaran pertama agak terganggu karena kedatangan seorang wanita paruh baya. Ia menyerahkan sebuah surat yang menyatakan kalo anaknya Risman sedang sakit.
Kinal semakin ingin menemui Risman setelah mengetahui kabar tersebut.
Waktu mengharuskan para murid untuk beristirahat. Seperti biasa Melody dan kawan-kawan sedang makan siang dimeja khusus.
"Gimana pameran kotanya Ve ? Seru ?" tanya Melody sambil melihat kearah Ve.
"Ya gitu deh."
Ve tidak ingin teman-temannya mengetahuinya.
"Lo kesana sendirian ?" tanya Yona.
"Sama cowok lah" senyuman Ve seolah menutupi sesuatu.
"Oh iya, gimana ngedatenya mi ?" Ve mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ya, gitu deh nggak ada yg spesial. Besok juga si Ivan mau gw putusin" jawab Naomi datar.
"Haha, maen putusin aja lu" ledek Melody.
"Ya, gpp dong ? Lagian udah seminggu gw jadian sama dia. Waktunya ganti pacar" ucap Naomi.
"Lo emang gak berubah mi" komentar Yona.
"Ngapain pacaran lama-lama. Bosen tau" ujarnya menanggapi komentar Yona.
*~~~*
Tak ada yang berbeda saat Luthfi pulang sekolah. Iya tengah berjalan menyusuri koridor bersama hantu yang setia menemani masa jomblonya.
"fi. Aku masih kepikiran sama Risman. Kasian dia."
"Kasian?" Luthfi heran akan ucapan Andela.
"Ya. Dia dimarahin kak Ve besoknya langsung sakit."
"Terus ?"
"Kamu harus tolongin dia fi. Keliatannya dia suka banget sama kak Ve. Kamu bantuin biar kak Ve gak judes sama dia."
"Sorry, gw paling males banget terlibat dalam masalah cinta."
Langkah kakinya ia percepat meninggalkan Andela.
"Fi tungguin" Andela berlari berusaha mengimbangi Luthfi.
"Ayo dong fi, biasanya juga kamu bantuin temen kamu. Aku yakin dalam hati kamu yang paling dalam, kamu peduli banget sama orang yang ada disekitarmu, apalagi temen kamu" bujuk Andela.
"Gw bilang gak mau yah gak mau." Tatapan Luthfi begitu tajam menusuk tulang.
Andela baru pertama kali melihat tatapan Luthfi yang begitu penuh dengan amarah. Dia seperti mempunyai trauma berat akan masalah cinta.
"Kalo kamu gak mau, aku mau ke rumah Risman" ucap Andela sambil menghentikan langkahnya.
"Terserah." Ia tak memperdulikan apa yang akan dilakukan Andela, ia hanya terus berjalan menuju halte bus.
#ToBeContinued
HBD Kak Ve. Semoga makin betah di JKT48. Moga pipinya makin lucu dan gak ada gantinya. Moga makin sukses di JKT48. #Veranda22Tahun
Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
19 Agustus 2015 pukul 02.12 delete

Next kak. Suka nih sama ff ini

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
19 Agustus 2015 pukul 02.15 delete

Sip. Makasih udh mau baca ff gue. Tungguin kelanjutannya yah :d

Reply
avatar